Menurut Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain, gangguan bipolar (juga dikenal sebagai ganguan manik depresif) adalah "suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan periode manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. Begitu meningkatnya hingga melampaui batas normal suasana hati yang baik".
Fase peningkatan ini disebut mania. Gejalanya mungkin mencakup berpikir dengan sangat cepat. Cerewet, dan penurunan kebutuhan untuk tidur. Bahkan, sipenderita dapat terjaga selama berhari-hari tanpa tidur, tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kehabisan energi. Gejala lain dari gangguan bipolar adalah perilaku yang sangat impulsif tanpa memikirkan konsekwensi. "Mania sering kali mempengaruhi cara berpikir, penilaian, dan prilaku sosial dengan cara yang menimbulkan problem serius dan hal-hal yang memalukan," kata laporan yang dibuat oleh Institut Kesehatan Mental Nasional AS.
Berapa fase mania ini berlangsung? Kadang-kadang hanya beberapa hari; dalam kasus lain, mania terus berlangsung selama beberapa bulan sebelum akhirnya digantikan oleh pasangannya, depresi. Yang paling beresiko mengalami gangguan bipolar adalah orang-orang yang anggota keluarganya mengidap penyakit itu.
Kabar baiknya adalah bahwa ada harapan bagi para penderita. "Jika didiagnosis lebih awal, dan ditangani sepatutnya," kata buku The Bipolar Child,"Anak-anak itu serta keluarga mereka dapat menjalani kehidupan yang jauh lebih setabil. Penting untuk diperhatikan bahwa satu gejala saja tidak memperlihatkan adanya depresi atau gangguan bipolar. Seringkali diagnosis didapat dari serentetan gejala yang terlihat selama suatu jangka waktu Pikiran yang Tersiksa.
Di seluruh dunia, depresi dan gangguan bipolar menyerang jutaan pria dan wanita. Bagaimana mereka dapat dibantu?
Nicole telah mengalami periode-periode suasana hati yang suram sejak ia berusia 14 tahun. Tetapi, pada usia 16 tahun, ia mulai mengalami sesuatu yang baru—keadaan euforia yang mengejutkan dan energi yang luar biasa tinggi. Gagasan yang berseliweran menyerbu benaknya, ucapan yang terbata-bata, dan kekurangan tidur disertai kecurigaan tak berdasar bahwa teman-temannya sedang memanfaatkan dia. Lantas, Nicole menyatakan bahwa ia dapat mengubah warna benda-banda sesuai dengan keinginannya.
Pada saat itulah, ibu Nicole sadar bahwa bantuan medis dibutuhkan, maka ia membawa Nicole ke rumah sakit. Setelah dengan cermat memonitor suasana hati Nicole yang berubah-ubah, para dokter akhirnya mencapai sebuah diagnosis: Nicole mengidap gangguan bipolar. Seperti Nicole, jutaan orang di seluruh dunia menderita gangguan afektif—apakah gangguan bipolar atau suatu bentuk depresi klinis. Dampak penyakit-penyakit ini dapat menghancurkan.
"Selama bertahun-tahun saya sangat menderita," kata seorang pasien bipolar bernama Steven. "Saya mengalami depresi yang mengerikan dan kemudian euforia yang berlebihan. Terapi dan pengobatan membantu, tetapi saya masih harus berjuang keras."
Apa penyebab gangguan afektif? Seperti apa rasanya diserang depresi atau gangguan bipolar? Bagaimana para penderita—dan orang-orang yang merawat mereka—dapat menerima dukungan yang dibutuhkan?
Dalam tahun-tahun belakangan ini, gangguan bipolar telah mendapat lebih banyak perhatian publik. Gejala penyakit ini mencakup perubahan suasana hati yang parah, yang bolak-balik antara depresi dan mania.
"Selama fase depresi," kata sebuah buku yang baru diterbitkan oleh Ikatan Dokter Amerika, "Anda mungkin dihantui oleh gagasan untuk bunuh diri. Selama fase mania penyakit Anda, penilaian Anda yang baik mungkin lenyap dan Anda mungkin tidak bisa melihat bahayanya tindakan Anda." Gangguan bipolar mungkin mempengaruhi 2 persen penduduk Amerika Serikat, yang berarti ada jutaan penderita di negeri itu saja. Namun, angka saja tidak dapat melukiskan betapa tersiksanya hidup dengan gangguan afektif.
Gangguan Bipolar—Selalu berubah-ubah
"Kestabilan adalah tempat bertamu penderita bipolar. Tak seorang pun dari kami yang benar-benar tinggal disitu."—Gloria DEPRESI KLINIS memang penuh tantangan. Namun, sewaktu ditambah lagi dengan mania, hasilnya disebut gangguan bipolar. "Satu-satunya hal yang konsisten tentang gangguan bipolar adalah bahwa itu tidak pernah konsisten." kata seorang penderita bernama Lucia.
Kata The Harvard Mental Health Letter, pasien bipolar "Selama mania dapat sangat suka ikut campur dan mendominasi. Dan euporia mereka yang sembarangan dan tidak bisa diam bisa tiba-tiba berubah menjadi kekesalan atau kemarahan". Lenore mengingat pengalamannya sewaktu dilanda mania. "Saya memiliki energi yang meluap-luap," katanya. "Banyak orang menjuluki saya wanita super. Orang bilang, 'Seandainya saya bisa seperti kamu'. Saya sering merasa sangat kuat, seolah-olah saya dapat melakukan apa saja. Saya melakukan kegiatan harian dan hanya sedikit tidur—dua atau tiga jam semalam. Namun saya bangun dengan tingkat energi yang sama tingginya."
Tetapi, pada waktunya, awan hitam mulai merundung Lenore. "Di puncak euporia saya," katanya, "Saya merasakan gejolak jatuh di dalam diri saya, bagaikan mesin yang tidak bisa dimatikan. Tiba-tiba suasana hati saya yang menyenangkan menjadi agresif dan destruktif. Saya melancarkan serangan verbal terhadap seorang anggota keluarga tanpa alasan. Saya marah, benci, dan benar-benar tak terkendali. Setelah memperlihatkan perilaku yang menakutkan ini, saya tiba-tiba merasa lelah, ingin menangis dan sangat depresi. Di pihak lain, saya bisa berubah lagi ke diri saya yang sangat ceria itu, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Perilaku yang tidak karuan akibat gangguan bipolar ini merupakan sumber kebingungan bagi para anggota keluarga."
Mary, yang suaminya menderita gangguan bipolar, menyatakan, "Bingung rasanya melihat suami saya yang bahagia dan senang bicara kemudian tiba-tiba menjadi putus asa dan pendiam. Kami benar-benar berjuang untuk menerima fakta bahwa ia tidak sanggup mengendalikan hal ini."
Ironisnya, gangguan bipolar sering kali sama menyusahkannya—bagi sang penderita. "Saya iri pada orang-orang yang punya keseimbangan dan kestabilan dalam kehidupan mereka," kata seorang pasien bipolar bernama Gloria. "Kestabilan adalah tempat bertamu penderita bipolar. Tak seorang pun dari kami yang benar-benar tinggal di situ."
Apa penyebab gangguan bipolar? Salah satunya adalah faktor genetis—yang lebih kuat dari pada faktor depresi. "Menurut beberapa kajian ilmiah," kata Ikatan Dokter Amerika, "Anggota keluarga dekat—orang tua, kakak, adik, atau anak-anak—dari penderita depresi bipolar lebih cenderung mengalami penyakit ini 8 hingga 18 kali daripada anggota keluarga dekat dari orang yang sehat. Selain itu, memiliki seorang anggota keluarga dekat yang menderita depresi bipolar dapat membuat Anda lebih rentan terkena depresi mayor."
Kontras dengan depresi, gangguan bipolar tampaknya menyerang pria dan wanita dalam jumlah yang sama. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak. Meskipun demikian, menganalisis gejalanya dan menarik kesimpulan yang benar dapat sangat sulit bahkan bagi seorang pakar medis. "Gangguan bipolar adalah bunglonnya gangguan kejiwaan, mengubah tampilan gejalanya dari satu pasien ke pasien lain, dan dari satu episode ke episode lain bahkan pada pasien yang sama," tulis dr. Francis Mark Mondimore dari Fakultas Kedokteran di Jhons Hopkins University. "Ia bagaikan siluman yang dapat menyelinap mendatangi korbannya dengan berjubahkan gelapnya kesedihan tetapi kemudian menghilang selama bertahun-tahun—lantas datang kembali dengan berjubahkan mania yang terang-benderang tetapi berapi-api." Jelaslah, gangguan afektif sulit didiagnosis dan bahkan dapat lebih sulit lagi bagi penderitanya. Tetapi ada harapan bagi para penderita. "
Sumber: www.sivalintar.com/www.watchtower.org
Artikel Terkait:
- TRILOGI EBOOK BIPOLAR GRATIS UNTUK ANDA!
- 4 Kunci Penyembuhan Bipolar (Bagian 1)
- Solusi Holistik Pemulihan Depresi & Bipolar
- Penjelasan Medis Manfaat NONI PLUS Untuk Kesehatan Mental
- Nutrisi Herbal untuk Kesehatan Fisik dan Mental
- Bipolar Care Indonesia, Peduli Penyandang Bipolar
- Menjalani Proses Pengobatan dan Pemulihan Gangguan Jiwa, Butuh Keyakinan dan Kesabaran
- Pakwi, Pelukis Wayang Peraih MURI
- Jika Engkau Sibuk Mengurus Kebaikan bagi Orang lain, Tuhan yang akan Mengurus Kepentinganmu
- Hana Madness dan Kreasi Bipolar
- "Lakshmi Si Tanpa Obat"
- Membebaskan Diri dari Belenggu Bipolar dengan Harapan, Keyakinan dan Tindakan
- Apa yang Anda Inginkan dari Pasangan Hidup Anda?
- Ibuku, Tak Pernah Membentak Apalagi Memukulku
- Ayahku adalah Sahabat, Teman Curhat dan Penasihatku
- Sebuah Lukisan, Sebuah Kebahagiaan dan Sebuah Kepuasan Batin
- 3 Kunci Penting yang Tak Boleh Diabaikan ODMK Ketika Menjalani Terapi Pemulihan agar Hasilnya Optimal
- Rekaman Wawancara Tentang Bipolar Dengan Penyiar Radio Nederland Wereldomroep (RNW)
- Bagaimana Anda Mendefinisikan Gangguan Bipolar yang Anda Alami?
- Haruskah Menceritakan Semua Masalah Kejiwaan yang Anda Rasakan Kepada Psikiater?
- Puisi Bipolar
- Tidak Ingin Berkutat dengan Perasaan “Minder” dan “Tidak Mampu” ( Bagian 2, selesai)
- Tidak Ingin Berkutat dengan Perasaan “Minder” dan “Tidak Mampu” (Bagian 1)
- Gangguan Bipolar dan Skizofrenia Bisa 'Sembuh Total'!
- Bagaimana Menaklukan dan Mengendalikan Jiwa yang Liar?
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
15 Oktober 2008, Launching Komunitas Blogger Subang,, Mari bergabunglah bersama kami..
thank you very helpful and really good info
thaks gan infonya bagus dan bermanfaat
Makasih gan atas kunjungan dan komentarnya. sering-sering ya mampir :D
mirip dengan gejala2 yg saya alami,,, merasa terteka,sendiri dan keadaan pola tidur yang memburuk,,, dalam 1 malam saya hnya tidur 1-2 jam...
merasa cepat marah,sedih,ceria dalam waktu yang tak terprediksi...
merasa selalu curiga dg oraang2 disekitar saya dn bnyak yg bilang ada yg tak beres dg kondisi kejiwaan saya... dn saya bingung dg hal itu, ini suatu peyakit atau hanya karena pikiran2 d benak saya mengenai msalah sehari2 :'(
Anonim, saran saya segera konsultasi dengan psikolog klinis atau psikiater untuk memastikan jenis gangguannya secara akurat. Agar bisa segera diatasi dengan cara yang tepat dan efektif. Hingga tak harus menduga-duga dan mengatasi dengan cara yang kurang tepat bahkan keliru.
saya baru tahu kaau ada penyakit bipolar. dan ternyata gejalanya mirip dengan yang saya alami. sebelumnya saya mengira, perubahan sikap saya semata-mata karena pengaruh dari menstruasi. tapi jika dipikir-pikir, perubahan sikap karena menstruasi terjadi ketika mendekati mens saja. tidak setiap saat seperti yang saya alami. lalu apa solusinya?
Silakan baca artikel-artikel tentang bipolar di blog ini (klik menu "bipolar" di bagian atas blog ini). Jika ingin lebih praktis, saya sudah menerbitkan buku dan ebook khusus tentang bipolar. penjelasannya silakan baca di blog ini juga. semoga membantu.
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)