BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI
Tampilkan postingan dengan label curhat bipolar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat bipolar. Tampilkan semua postingan

TRILOGI EBOOK BIPOLAR GRATIS UNTUK ANDA!


Assalamu’alaikum... teman-teman semuanya.

Bagaimana kabar anda hari ini?
Semoga sehat dan bahagia selalu… aamiin.

Hari ini saya akan berbagi kabar baik dengan anda semuanya.
Ya, di akhir tahun 2017 ini dan menyongsong tahun baru 2018 yang penuh harapan, saya akan memberikan sesuatu untuk anda!


Trilogi Ebook Bipolar yang selama ini saya jual secara online yaitu :

(1). Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah (Rp.73.000)
(2). Bedamai dengan Bipolar (Rp.50.000)
(3). 7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar (Rp.73.000)

Mulai hari ini saya berikan GRATIS UNTUK ANDA SEMUA!

Penjelasan singkat tentang 3 ebook Bipolar ini, bisa anda lihat di artikel “Tiga Serangkai Ebook Bipolar”.

Gimana, anda mau 3 ebooknya?
Mau apa mau banget? :)

Nah, bagaimana cara untuk mendapatkan 3 ebook Bipolar ini secara gratis?
Mudah sekali, begini caranya :

Kirim pesan ke Nomor WA saya 089636613462, dengan format :
Nama_Kota/Kabupaten_Saya Mau Trilogi Ebook Bipolar

Link untuk download ebook bipolarnya akan saya kirim via WA. Selanjutnya anda tinggal klik linknya dan download ebooknya dari HP anda! Mudah sekali bukan?

Apakah hanya sampai disitu? Tidak!

Layaknya menjual produk atau jasa, biasanya ada yang namanya “Layanan Purna Jual”, yaitu pelayanan spesial setelah produk atau jasa diterima konsumen.

Begitu pula dengan ebook yang saya “kasih” ke anda, juga ada “Layanan Purna Kasih” untuk anda…hehe.

Seperti apa bentuk layanan purna kasihnya?

Setelah anda membaca ebooknya dan ada yang tidak anda fahami dari materi ebooknya, kita bisa bahas bersama-sama di grup khusus Bipolar. Kita bisa diskusikan materi ebooknya di Grup WA “Solusi Bipolar”. Jika anda mau join di grup, silakan klik link ini : bit.ly/solusibipolar.

Kabar terbaru untuk Anda, 3 ebook ini sudah saya revisi dan edit menjadi 1 buku fisik berjudul "2 KUTUB: Perjalanan Menantang Diantara Dua Kutub". 



PO Perdana dibuka tanggal 28 Desember - 6 Januari 2018, dengan diskon harga 40%! Info lengkapnya cek DI SINI.

Oke, teman-teman semua, itulah kabar baik yang ingin saya sampaikan untuk anda hari ini, semoga bermanfaat dan membuat anda bahagia.


Salam Sehat Bahagia,

Tarjum Sahmad
WA: 089636613462
FB: bit.ly/2BU9d4s



Lanjutkan...

4 Kunci Penyembuhan Bipolar (Bagian 1)



Di artikel ini saya akan menjelaskan hal-hal apa saja yang menjadi “kunci penyembuhan” saya dari gangguan bipolar. Saya akan jelaskan 4 aktivitas penting yang saya lakukan dan rasakan hasilnya. 4 kunci inilah yang merupakan inti dari terapi alamiah penyembuhan bipolar yang saya jalani.

Dari pengamatan dan penelitian terhadap diri saya sendiri, saat saya mengalami gangguan bipolar 24 tahun silam dan saat saya masih menjalani proses penyembuhan. Ada 4 hal yang saya lakukan dan saya rasakan efek positifnya yang punya andil cukup besar dalam proses penyembuhan bipolar saya :

(1). Aktivitas olahraga permainan out door (Voley Ball) yang cukup inten saya lakukan.
(2). Aktivitas spiritual (Berdzikir, berdo’a, sholat, baca Al Qur’an dll)
(3). Puasa Ramadhan dan puasa sunnah mempercepat proses pemulihan bipolar
(4). Pola makan sehat alami menjaga fungsi keseimbangan tubuh.

Sebelum membahas lebih jauh tentang solusi pemulihan bipolar, akan saya jelaskan dulu apa saja penyebab gangguan bipolar itu sebenarnya.

Lanjutkan...

Solusi Holistik Pemulihan Depresi & Bipolar


Setelah 24 tahun (1992 – 2016) saya mencari-cari jawaban yang meyakinkan dari 3 pertanyaan atas apa yang terjadi pada diri saya sendiri, pikiran dan perasaan saya, akhirnya saya mendapatkan jawabannya dari seorang dokter spesialis penyakit dalam dan jantung yang percaya dan mendalami pengobatan timur (India dan China).

Diantara Anda, terutama teman-teman lama saya di dunia maya mungkin sudah banyak tahu tentang diri saya dan apa yang saya alami dari tulisan-tulisan saya di blog pribadi maupun blog komunitas dan dari media sosial. Sebagian yang lain, teman-teman baru saya di dunia maya, mungkin belum tahu banyak tentang diri saya dan tentang apa yang pernah saya alami.

Sejak lama saya sudah membuka diri soal ini. Dan sama sekali tidak malu atau ragu untuk menceritakan sesuatu yang bagi kebanyakan orang masih dianggap sebagai aib atau kelemahan diri. Seperti judul buku psikomemoar saya “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, saya ingin mengubah hal-hal buruk yang pernah terjadi pada diri saya menjadi hal-hal indah yang bisa saya bagi dengan sesama.

Sangat penjang jika saya ceritakan semua di sini. Saking panjangnya cerita saya ini sudah disusun menjadi satu buku dan dua ebook. Berikut ini akan saya ceritakan sekilas saja.

Saya pernah mengalami gangguan jiwa yang oleh sebagian orang disamakan dengan “gila”, istilah yang bahkan di dunia kedokteran dan psikologi tidak dipakai lagi. Semuanya bermula saat saya duduk di bangku kelas 2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) saat saya berusia 15 tahun. Awalnya saya merasakan hal-hal yang aneh dengan perasaan saya: perasaan sedih, cemas, khawatir dan takut tanpa alasan yang jelas. Dunia psikologi menyebutnya “depresi terselubung”. Dari depresi terselubung meningkat menjadi depresi mayor yang lebih kronis dan puncaknya menjadi gangguan bipolar yang saya rasakan saat memasuki bangku kelas 1 SMA (Sekolah Menengah Atas).

Gangguan bipolar lebih berat dan menyiksa dibanding depresi, karena terjadi perubahan suasana hati yang ekstrem diantara dua kutub (bipolar) yaitu kutub manik atau mania yang ditandai dengan parasaan senang dan melambung yang berlebihan. Kutub yang satunya adalah depresi, ditandai dengan suasana hati sebaliknya, sedih, murung, tanpa gairah dan tertekan. Suasana hati seorang bipolar naik turun seperti roller coaster antara dua kutub tersebut dan nyaris tak pernah stabil di satu kutub atau keseimbangan diantara dua kutub. Perubahan mood itu bisa berlangsung dalam hitungan minggu, hari bahkan yang paling cepat dalam hitungan jam. Sungguh suasana hati dan pikiran yang sangat menyiksa.

Kondisi psikis yang labil ini saya alami selama lebih dari 5 tahun (dari kelas 2 SMP sampai kelas 3 SMA). Tanda-tanda pemulihan mulai tampak di pertengahan kelas 3 SMA. Waktu itu saya sangat aktif dalam kegiatan olahraga, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal. Namun proses pemulihan gangguan jiwa tidak instan seperti pemulihan gangguan fisik, saya baru merasa benar-benar pulih 6 tahun setelah saya lulus SMA, tepatnya tahun 1998. Jadi jika dihitung dari awal munculnya gejala sampai benar-benar pulih, saya mengalami gangguan bipolar selama 11 tahun. Sejak itu gangguan bipolar saya tidak pernah kambuh lagi dan kondisi psikis saya sangat stabil sampai sekarang. Tahun 2000 saya menikah dan dikaruniai 2 orang puteri cantik yang sehat dan cerdas. Alhamdulillah saya sangat bersyukur untuk semua anugerah Tuhan yang tak ternilai ini. Itulah sekilas cerita masa lalu saya.

Oke, sekarang akan saya jelaskan apa saja pertanyaan yang selama 24 tahun tak pernah ditemukan jawaban yang meyakinkan dan baru sekarang saya temukan.

Pertanyaan itu adalah:

(1). Dari beberapa buku dan artikel yang pernah saya baca, salah satu penyebab depresi, gangguan bipolar dan gangguan jiwa lainnya yang diyakini secara ilmiah selama ini adalah ketidakseimbangan kiwiawi dalam otak, yaitu rendahnya kadar serotonin. Masalahnya, selama ini saya tidak mendapatkan penjelasan yang lengkap dan detail tentang bagaimana serotonin diproduksi di dalam tubuh? Di organ tubuh mana serotonin diproduksi? Apa saja penyebab menurunnya kadar serotonin? Dan bagaimana mengembalikan fungsi sistem tubuh untuk mengembalikan produksi serotonin?

Masalah serotonin jarang sekali dibahas mendalam, detail dan tuntas di grup-grup diskusi komunitas kesehatan jiwa, baik offline maupun online (grup facebook). Selama ini fokus pembahasan masalah gangguan kejiwaan lebih banyak pada bagaimana cara mengatasi akibat kekurangan serotonin ini ketimbang mengatasi akar masalahnya. Ini ibarat pohon yang daunnya rontok, batangnya layu dan tak berbuah, tapi hanya diobati batang pohon, ranting dan daunnya saja tanpa menyentuh akar pohon yang menjadi penyebab utamanya.

(2). Secara medis, menurut bidang ilmu psikiatri yang dijelaskan para psikiater, gangguan bipolar tidak bisa disembuhkan dan penderitanya harus minum obat penyetabil mood seumur hidup. Saya sendiri, seperti yang saya ceritakan di atas sudah merasa pulih dasri gangguan bipolar dan tidak pernah relaps/kambuh lagi sejak tahun 1998 sampai sekarang. Uniknya saya tidak pernah minum obat antidepresan (anti depresi) atau mood stabilizer (penyetabil mood). Disaat penderita bipolar lain berjuang untuk memperoleh kesembuhan dengan terus mengonsumsi obat-obatan, saya bisa pulih tanpa menggunakan obat. Tentu saja ini menjadi unik bahkan aneh secara medis. Beberapa orang teman bipolar malah meragukan, apakah benar saya pernah mengalami gangguan bipolar? Karena itu tadi, kok bisa pulih tanpa bantuan obat-obatan. Bukan hanya mereka, saya sendiri mempertanyakan soal ini sejak 24 tahun lalu, mengapa saya bisa pulih dari gangguan bipolar tanpa obat?

(3). Sejak kelas 3 SMA saya sangat aktif melakukan aktivitas olahraga (Volley Ball) bahkan terus berlanjut dan semakin aktif setelah saya lulus SMA sampai saya menikah. Sejak saya aktif berolahraga itulah saya merasakan percepatan dalam proses pemulihan gangguan bipolar saya. Saya mempertanyakan: Apa pengaruh positif aktivitas olahraga terhadap pemulihan gangguan bipolar? Apakah aktivitas olahraga tanpa saya sadari mampu memperbaiki ketidakseimbangan kimiawi di tubuh saya?



Tiga pertanyaan itulah yang selama ini saya cari jawabannya dan belum saya temukan jawaban yang meyakinkan selama 24 tahun sejak saya pulih dari gangguan bipolar (1992 – 2016). Sampai beberapa hari yang lalu saya membaca buku (terjemahan bahasa Inggris) berjudul “CLEAN: Program Revolusioner Mengembalikan Kemampuan Alami Tubuh untuk Menyembuhkan Diri.” Buku ini ditulis oleh Dr. Alejandro Junger, MD., dokter sepesialis penyakit dalam dan jantung asal Amerika Serikat. Salah satu bagian buku ini membahas tentang “Depresi”. Uniknya Dr. Junger sendiri pernah mengalami depresi dan apa yang dia tulis di buku ini adalah pengalaman depresi dirinya sendiri dan pengalaman depresi pasiennya.

Artikel ini mengutip pandangan, pemahaman dan pengalaman dokter ahli penyakit dalam dan jantung terkemuka di negara yang ilmu kedokterannya paling maju dan modern. Silakan simak penjelasan sang dokter yang berpikiran terbuka dan revolusioner ini di paragraf demi paragraf artikel ini.

Dr. Junger, menjelaskan dengan detail dan gamblang tentang bagaimana cara mengaktifkan kembali produksi serotonin dalam tubuh dan menghilangkan pikiran berkabut atau kesedihan. Ini mungkin menjadi langkah besar untuk memulihkan kondisi psikis dan mengembalikan semangat hidup sesungguhnya. Dijelaskan pula bagaimana obat-obat antidepresan berperan mengembalikan proses produksi serotonin dalam tubuh.

Kate, berusia 30 tahun, tengah mengalami masa depresi. Dia berkonsultasi dengan psikiater yang mengatakan kepadanya bahwa dia mengalami “ketidakseimbangan senyawa kimia”. Kate mendapat resep antidepresan dan ketika dosis rendah tidak membuat suasana hatinya bertambah baik, resepnya ditingkatkan hingga dosis maksimum. Dosis tinggi ini mengganggu Kate. Dia merasa tidak nyaman dengan obat-obatan itu. Suasana hatinya tetap buruk—tetapi setidaknya nyeri di dadanya membaik dan kecemasan yang membuat dia sulit bernapas agak berkurang. Berat badannya naik hingga 12.5 kg selama menggunakan obat yang diresepkan. Ironis, karena kesedihan yang dialaminya akibat kondisi ini, sama banyaknya dengan kesedihan yang berhasil diatasi antidepresan.

Anti depresan merupakan bagian dari kelompok obat yang disebut inhibitor/penghambat pengambilan kembali serotonin selektif (selective serotonin reuptake inhibitor/SSRI). Kelompok obat ini dirancang untuk meningkatkan kadar serotonin yang rendah—bukan dengan meningkatkan produksinya, melainkan dengan membuat jumlah serotonin yang tersedia dalam tubuh bersirkulasi lebih lama sebelum dinonaktifkan. Meskipun sangat menguntungkan dalam kondisi depresi tingkat sedang, untuk membuat kondisi seseorang lebih stabil, obat-obatan ini jarang sekali mengatasi masalah sesungguhnya: sesuatu dalam “pabrik” serotonin di usus, tempat sebagian besar serotonin diproduksi, telah menyalahi aturan.

Untuk meningkatkan serotonin dalam tubuh Kate, Dr. Junger berusaha memperbaiki apa pun yang menyebabkan produksi serotonin dalam tubuhnya menurun. Masalah paling umum yang dialami wanita seusianya adalah penurunan fungsi kelenjar tiroid. Ini disebabkan oleh stress, alergi dan defisiensi nutrisi. Kondisi ini dapat menaikan berat badan dan depresi. Dengan memperbaiki sistem dalam tubuhnya, melalui program DETOX, produksi serotonin dalam tubuhnya berpeluang untuk pulih dan tiroidnya dapat bekerja seperti sediakala.

Kate, menjalani program DETOX selama 6 minggu, karena dia merasa luar biasa sehingga ingin tetap menjalani program itu. Akhirnya berat badan Kate turun sebanyak 15 kilogram dan penampilannya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dr. Junger bekerjasama dengan psikiater Kate untuk menurunkan dosis antidepresannya setahap demi satahap.

Ketika lingkungan usus Anda mengalami kerusakan dan inflamasi (peradangan), terjadi penurunan kadar serotonin secara perlahan, karena sebagian besar serotonin diproduksi dalam usus di bawah kondisi yang tepat. Ketika anda mengalami gangguan dalam usus, ini akan mengubah, secara fisik, perasaan Anda dan cara Anda merespon lingkungan sekitar Anda. Suasana hati dan perasaan Anda akan bertambah buruk, berubah menjadi apati, tidak peka, atau tidak bersemangat. Penjelasan ini dapat dipandang sebagai pemahaman ilmiah modern dari penurunan semangat hidup. Semua ini disebabkan oleh toksisitas.


Sebagaimana diketahui oleh setiap orang yang memahami psikologi dan fisiologi, gambaran depresi jauh lebih rumit dari pada ini. Banyak neurotransmitter lain yang terlibat dan mungkin mengalami ketidakseimbangan di bagian tubuh lain. Masalah toksin ini kemudian diperparah dengan gangguan jantung dan jiwa yang tidak terdeteksi saat pemeriksaan fisik.

Tidak mungkin menganggap depresi disebabkan oleh satu masalah tunggal. Dr. Junger yang menangani Kate, mengakui tidak pernah bisa menegaskan kepada Kate, apakah masalah kesehatannya bermula dari tubuh (rendahnya produksi neurotransmitter yang menyebabkan menurunnya semangat hidup) atau JIWA (semangat hidupnya telah memunculkan gejala yang menarik perhatiannya).

Akan tetapi, kadar serotonin merupakan sesuatu yang dapat dioptimalkan dan dapat diperbaiki. Berkali-kali Dr. Junger menjadi saksi betapa mengembalikan keutuhan kondisi usus dapat mengaktifkan kembali pabrik serotonin utama dalam usus dan menghilangkan pikiran berkabut, kesedihan atau kesusahan. Ini mungkin menjadi langkah besar untuk mengembalikan semangat hidup sesungguhnya.

Seringkali seperti yang dialami Kate, pasien yang telah mengonsumsi antidepresan dapat mengurangi dosis obatnyua dan akhirnya berhenti sepenuhnya. Menghentikan pemakaian obat antidepresan harus di bawah pengawasan dokter yang meresepkannya dan tidak boleh dilakukan sendiri.

Antidepresan, jika digunakan secara tepat, dapat memberikan keuntungan. Dan dalam kasus depresi ringan hingga sedang, obat ini dapat menjadi “jembatan” yang menolong pasien berpindah dari tempat berlumpur ke tempat yang tanahnya lebih padat.

Seperti obat lainnya, obat antidepresan ini perlu dinetralkan dan dieleminasi oleh hati sehingga dapat memperparah muatan toksik. Tetapi anti depresan bisa menjadi alat yang berguna sementara kita mengembalikan populasi flora usus selama dan setelah program DETOX.

Karena otak bersifat “plastis”, maksudnya dapat mengalami perubahan dan modifikasi, antidepresan dapat membantu menciptakan jalur saraf yang baru dengan memanfaatkan pengalaman yang pernah diproses sebelumnya. Anda menciptakan ingatan baru dan lebih baik. Perasaan anda akan membaik dalam beberapa bulan setelah flora usus Anda kembali normal dan usus Anda kembali memproduksi serotoninnya sendiri. Anda akan memandang dunia dengan lebih baik, sehingga merasa lebih bahagia.

Karena kebanyakan antidepresan hanya bekerja sementara dan banyak orang membangun toleransi setelah 6 bulan hingga satu tahun, mengatasi depresi tanpa memperbaiki kondisi dalam tubuh merupakan perbuatan yang salah. Sering kali pasien menerima antidepresan dosis tinggi atau obat antidepresan pilihan kedua atau ketiga (karena pilihan pertama dianggap tidak ampuh.

Menggantungkan diri pada antidepresan untuk jangka waktu yang lama, sama saja dengan mamacu kuda yang lemah untuk berlari kencang. Ia mungkin bisa berlari, tatapi akan pingsan tidak lama kemudian. Sementara itu, efek samping dari obat—mulai dari penurunan libido, impotensi, insomnia, dan naik atau turunnya berat badan hingga mulut kering dan masih banyak lagi—akan terkumulasi. (Efek samping yang tragis adalah bunuh diri, yang sangat sedikit disinggung dalam dunia kedokteran). Ketika pasien mengalami peningkatan kadar serotonin secara alami, ibaratnya kita membawa seratus kuda baru ke pacuan dan mengirim kuda yang lemah ke padang rumput dan membiarkan mereka memulihkan tenaga dengan merumput.


Produksi Kebahagiaan


Produksi serotonin sangat erat pengaruhnya terhadap diet atau pola makan. Sebagaimana senyawa lain dalam tubuh, serotonin dibentuk dari nutrisi yang diperoleh dari makanan. Pembentukan serotonin membutuhkan asam amino tertentu, terutama triptofan, yang berasal dari makanan kaya protein. Kadar trpitofan amat rendah dalam tipe makanan modern. Ketika kita mengonsumsi daging hewan liar yang dibiarkan merumput atau diberi pakan tanaman lain, kita memperoleh lebih banyak triptofan. Hewan yang diberi pakan biji-bijian lebih sedikit mengandung triptofan, sebagaimana mereka sedikit mengandung asam lemak omega-3.

Produksi serotonin alami akan dihambat oleh kafein, alcohol dan aspartame, kekurangan sinar matahari dan kurang berolahraga. Setelah memperbaiki kerusakan lingkungan usus, buatlah RENCANA HIDUP SEHAT melalui diet dengan nutrisi yang seimbang dan sebisa mungkin mengonsumsi suplemen yang mengandung probiotik (makanan yang menyuplai bakteri usus yang menguntungkan). Rencana ini merupakan langkah penting dalam mempertahankan kadar serotonin supaya lebih stabil.

Peran penting aktivitas olah raga untuk pemulihan kesehatan mental


Sebagai seorang yang pernah mengalami depresi dan berlanjut menjadi gangguan bipolar, saya menemukan benang merah yang selama ini saya cari yaitu bagaimana aktivitas olahraga bisa membantu mempercepat proses pemulihan kondisi psikis dan membuat suasana hati saya lebih positif dan setabil untuk jangka panjang.

Penjelasan ilmiah tentang peran penting olah raga terhadap pemulihan gangguan jiwa seperti yang dijelaskan di atas bahwa kurangnya sinar matahari dan kurangnya olah raga bisa menghambat produksi serotonin. Dulu, sebelum dan saat saya mengalami gejala-gejala depresi yang berlanjut semakin kronis dan menjadi gangguan bipolar, saya jarang sekali berolahraga, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Setelah saya aktif berolah raga (voley ball), saya merasakan percepatan pemulihan kondisi pesikis yang luar biasa.

Dengan pengalaman pribadi menjalani aktivitas olahraga yang intens dan pengaruh positifnya terhadap kondisi psikis, saya suka menyarankan teman-teman penyandang bipolar yang sedang menjalani terapi pemulihan, untuk aktif dan rutin berolahraga. Sangat dianjurkan untuk berolahraga secara rutin , lebih bagus lagi olah raga permainan seperti sepak bola, volley ball, basket ball, futsal dan bulu tangkis. Mengapa olah raga permainan? Karena dalam olah raga permainan selain melakukan aktivitas fisik, Anda juga melakukan aktivitas mental, sosial bahkan spiritual.


Di buku psikomemoar “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, saya mengupas tuntas dan mendalam, sebanyak 25 halaman (hal.87-112), tentang manfaat olahraga bagi penyandang gangguan bipolar dari aspek fisik, mental, sosial dan spiritual.


Saya menemukan jawaban dari 3 pertanyaan saya di awal artikel ini:

(1). Bagaimana serotonin diproduksi di dalam tubuh dan apa efeknya terhadap kondisi fisik dan psikis? Ketika lingkungan usus mengalami kerusakan dan inflamasi (peradangan), terjadi penurunan kadar serotonin secara perlahan, karena sebagian besar serotonin diproduksi dalam usus di bawah kondisi yang tepat. Ketika anda mengalami gangguan dalam usus, ini akan mengubah, secara fisik, perasaan Anda dan cara Anda merespon lingkungan sekitar Anda. Suasana hati dan perasaan Anda akan bertambah buruk, berubah menjadi apati, tidak peka, atau tidak bersemangat. Akan tetapi, kadar serotonin merupakan sesuatu yang dapat dioptimalkan dan dapat diperbaiki. Mengembalikan keutuhan kondisi usus dapat mengaktifkan kembali pabrik serotonin utama dalam usus dan menghilangkan pikiran berkabut, kesedihan atau kesusahan.

(2). Mengapa saya bisa pulih dari bipolar tanpa obat? Ternyata secara ilmiah terbukti, mengembalikan keutuhan kondisi usus dapat mengaktifkan kembali pabrik serotonin utama dalam usus dan menghilangkan pikiran berkabut, kesedihan atau kesusahan. Walaupun waktu itu saya tidak pernah mengkonsumsi obat psikiater, karena saya tinggal di desa yang bersih dan jauh dari polusi, sehari-hari saya mengkonsumsi makanan sehat dan alami yang hampir bersih dari toksin dan bahan-bahan kimia berbahaya. Saya juga tidak merokok dan minum-minuman beralkohol. Makanan sehat alami yang kaya nutrisi inilah yang membantu mengembalikan fungsi organ-organ tubuh yang salah satu fungsinya menyeimbangkan sanyawa kimia dalam tubuh.


(3). Bagaimana aktivitas olahraga bisa mempercepat pemulihan gangguan jiwa? Aktivitas olahraga yang inten dan paparan sinar matahari yang cukup saat berolahraga ternyata bisa membantu mempercepat produksi serotonin alami dalam tubuh.


DETOX

Oh ya, di artikel ini Dr. Junger menjelaskan bahwa dengan memperbaiki sistem dalam tubuh, melalui program DETOX, produksi serotonin dalam tubuh berpeluang untuk. Dalam bukunya yang revolusioner ini, Dr. Junger membahas dengan lengkap dan detail tentang pentingnya DETOX! Pembahasan tentang depresi ini hanya salah satu bagian dari pembahasan lengkap buku ini tentang DETOX. DETOX adalah program pembersihan toksin secara alami dari dalam tubuh. Penjelasan lebih lengkap tentang apa dan bagaimana DETOX, silakan lihat DI SINI.

P.S. Jika ada pertanyaan seputar depresi, gangguan bipolar serta solusi penanganannya dan tentang program Detox yang bisa membantu pemulihan depresi dan gangguan bipolar, silakan kontak saya via email: tarjumsahmad@gmail.com, WA/Call: 085221074133, BBM: 27F97886 dan facebook: fb.com/tarjum.

Jika menurut anda artikel ini menarik dan bermanfaat, silakan share dan sampaikan komentar terbaik anda di bawah.

Lanjutkan...

Penjelasan Medis Manfaat NONI PLUS Untuk Kesehatan Mental


Artikel ini akan menjelaskan salah satu produk herbal untuk membantu proses pemulihan gangguan mental. Nama produknya NONI PLUS. 

Produk ini bukan sebagai pengganti obat medis yang diresepkan psikiater, tapi sebagai produk pendamping untuk membantu proses pemulihan gangguan mental.

Artikel ini merupakan hasil konsultasi dengan dr. Prapti Utami, M.Si, tentang sejauh mana manfaat NONI PLUS untuk kesehatan mental. Berikut penjelasan yang cukup detail dari dr. Prapti:

Salah satu zat aktif dalam NONI PLUS adalah scopoletin. Adanya scopoletin memblok enzim asetylcholin transferase yang mengakibatkan asetylcholin meningkat.

Lanjutkan...

Nutrisi Herbal untuk Kesehatan Fisik dan Mental

Oleh Tarjum



Penggunaan obat-obatan saat ini sudah menjadi bagian dari standar pengobatan medis untuk penyakit fisik maupun psikis.

Khusus untuk pengobatan medis gangguan mental seperti bipolar dan skizofrenia, mengkonsumsi obat-obatan sesuai anjuran psikiater sudah menjadi keharusan.

Di bawah ini akan saya jelaskan nutrisi herbal alternatif untuk membantu pemulihan gangguan mental.

Nama produknya NONI PLUS, produksi Synergy Worldwide - NSP, USA. Produk ini bukan sebagai pengganti obat-obatan yang diresepkan psikiater, tapi sebagai nutrisi pendamping untuk membantu proses pemulihan gangguan mental.

Lanjutkan...

Bipolar Care Indonesia, Peduli Penyandang Bipolar

Ultah pertama Bipolar Care Indonesia (dok.BCI)

Disaat banyak orang membentuk komunitas bisnis, organisasi profesi atau lembaga swadaya masyarakat (LSM), 5 orang anak muda yang punya kepedulian tinggi terhadap masalah gangguan jiwa khususnya gangguan bipolar, membentuk sebuah komunitas sosial yang diberi nama “Bipolar Care Indonesia”.

Apa dan bagaimana Bipolar Care Indonesia dan apa saja kegiatan yang sudah mereka lakukan untuk membantu para penyandang gangguan jiwa? Silakan simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Sebelumnya saya akan menjelaskan sekilas tentang apa dan bagaimana gangguan bipolar itu?

Gangguan bipolar adalah salah satu gangguan jiwa, dimana penderitanya mengalami perubahan mood yang ekstrem antara manik (senang sekali) dan depresi (sedih sekali). Di satu waktu seorang penderita bipolar bisa merasa sangat gembira, lalu di lain waktu merasa sedih bahkan sampai ingin bunuh diri. Kedua hal yang sangat bertolak-belakang tersebut datang silih berganti, kadang ada periode normal diantaranya, dan pola, keparahan, serta frekuensinya bisa berbeda pada setiap penderita.

Perubahan mood ekstrem dan gejala-gejala yang dirasakan penderita bipolar tersebut mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan penderita, sehingga menurunkan kualitas hidup jika tidak ditangani dengan tepat. WHO menyebutkan bahwa gangguan bipolar berada dalam urutan ke-6 penyakit utama yang dapat menyebabkan disabilitas di seluruh dunia. Padahal, jika ditangani dengan tepat, penderita bipolar bisa kembali berfungsi optimal dan mandiri.

Saya sendiri pernah mengalami gangguan bipolar saat masih remaja (dari kelas 2 SMP sampai kelas 3 SMA). Sekarang Alhamdulillah sudah pulih. Saya sudah menulis pengalaman bipolar saya di buku psikomemoar “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah” yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo, salah satu “saudara tua” Kompasiana. Saya juga menulis 2 ebook tentang gangguan bipolar dan menulis artikel tentang bipolar di blog pribadi dan di Kompasiana.

Setelah aktif menulis di blog, media sosial, menulis buku dan ebook tentang gangguan bipolar, beberapa kali saya mendapat undangan untuk mengikuti kopi darat, workshop, seminar dan acara-acara terkait gangguan bipolar, baik dari grup-grup diskusi bipolar, komunitas maupun dari organisasi psikiatri seperti PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia).

Namun, karena acara-acara tersebut lebih sering diadakan di Jakarta dan kota-kota besar, saya yang dari daerah (Subang) jarang bisa hadir, walau ada kerinduan untuk bertemu dengan teman-teman bipolar yang suka berbagi pengalaman di dunia maya.

Beberapa seminar bipolar sempat saya hadiri. Ada kebahagiaan tersendiri ketika bertemu teman online yang selama ini hanya saling menyapa lewat layar monitor. Rasanya seperti bertemu kembali dengan seorang teman lama. Saya juga pernah menjadi narasumber seminar bipolar yang diadakan oleh mahasiswa psikologi UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Saya menjadi pembicara di Seminar Bipolar UIN Sunan Kalijaga.

Apa dan Bagaimana Bipolar Care Indonesia?

Bipolar Care Indonesia (BCI) yang dibentuk tanggal 27 Mei 2013, adalah komunitas sosial yang bergerak di bidang kesehatan jiwa, khususnya untuk gangguan bipolar. Cakupan kegiatan BCI yaitu edukasi, dukungan, dan aktivitas. BCI melakukan kampanye mengenai isu kesehatan jiwa di berbagai media dan acara serta memberikan dukungan untuk ODMK (orang dengan masalah kejiwaan) beserta caregiver-nya (pendamping penderita bipolar). BCI juga melakukan aktivitas-aktivitas untuk mengajak penyandang bipolar agar lebih produktif.

Pak Wi, sedang melukis di pameran Kreasi Bipolar (dok.BCI)

Di komunitas ini anggotanya bisa saling berbagi cerita, inspirasi, motivasi, dan bertanya terkait gangguan bipolar. Seperti yang dituturkan Vindy di grup facebook BCI. BCI berharap bisa membantu para penyandang bipolar, caregiver dan keluarganya.
Untuk informasi seputar gangguan bipolar, psikologi, atau topik-topik lainnya bisa follow twitter BCI di @BipolarCareInd. Bisa juga menghubungi BCI melalui email di bipolarcare.indonesia@gmail.com. Untuk artikel mengenai gangguan bipolar dan kegiatan-kegiatan BCI, bisa cek di http://www.bipolarcareindonesia.com.

BCI punya motto: RAISE mental health awareness, CARE for each other, TOGETHER for better life.

Melalui BCI, Vindy dan rekan-rekannya, mengadakan aktivitas yang kadang sunyi dari publisitas dan luput dari perhatian publik. Mereka merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata yang bertujuan untuk membantu para penyandang gangguan bipolar.

Jenis kegiatan yang sudah mereka adakan diantaranya: Kumbar (kumpul bareng), Psikoedukasi, Art for Cure (terapi seni), Mental Health Check-Up, Konseling Kelompok, Seminar Awam Bipolar, Kreasi Bipolar (pameran karya seni bipolar) dan Talkshow di radio dan televisi.

Melalui kegiatan-kegiatan tersebut mereka dan para nara sumber (aktivis dan praktisi kesehatan jiwa) berbagi ilmu, pengalaman dan pemahaman dengan para penyandang gangguan bipolar, caregiver, keluarga dan masyarakat umum.

Meski mereka masing-masing juga masih bergelut dengan gangguan bipolar yang fluktuasi moodnya kadang tak mudah dikendalikan, mereka tetap antusias untuk berbagi pengalaman, penngetahuan, pemahaman dengan orang-orang yang mengalami gangguan bipolar.

Waktu saya Tanya Vindy, “Apa kendala utama untuk mengadakan acara-acara tersebut?”
“Biasanya memang dana, kalau kebetulan dapet sponsor Alhamdulillah,” jawab Vindy, “Sama kalau dulu panitianya cuma dikit. Sekarang bisa diusahakan untuk gabung jadi panitia biar gak keteteran.”

Menurut Vindy, sumber dana untuk acara-acara tersebut didapat dari Sponsor, donatur dan kas BCI. Dana dari seponsor sekitar 80%, sisanya dari donator dan kas BCI.

Menghapus Stigma Negatif Gangguan Jiwa


Satu hal yang harus diketahui adalah penyandang gangguan jiwa tak ingin diperlakukan istimewa, dimanjakan atau dikasihani oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya, mereka ingin diperlakukan sama dengan yang lain. Mereka ingin dicintai, disayangi dan dihargai seperti orang lain yang dianggap normal. Dalam setiap pertemuan, sosialisasi, edukasi dan seminar selalu ditekankan agar meraka menjadi pribadi yang mandiri, bisa hidup dengan kemampuannya sendiri dan tak bergantung kepada orang lain termasuk kepada keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Salah satu masalah (dari sekian banyak masalah) yang masih mengganjal dalam usaha-usaha untuk membantu penyandang gangguan jiwa adalah stigma negatif. Ketika meraka sudah mulai pulih, dan kembali ke tengah-tengah masyarakat, mereka berharap bisa diterima dan diperlakukan tanpa stigma, sama seperti orang lain. Stigma anegatif Inilah yang berusaha dihapus oleh para penyandang gangguan jiwa, aktivis kesehatan jiwa, praktisi kesehatan jiwa dan orang-orang yang peduli kepada penyandang gangguan jiwa.

Salah satu cara menghapus stigma negatif itu melalui sosialisasi, publikasi dan edukasi dengan memberikan penjelasan yang benar dan proporsional tentang segala jenis gangguan jiwa kepada masyarakat.


Foto bareng panitia dan nara sumber selesai acara Kreasi Bipolar 2013 (dok.BCI)

Tahun lalu saya sempat hadir di acara “Kreasi Bipolar” yaitu seminar untuk masyarakat awam mengenai gangguan bipolar dan pertunjukan serta pameran seni karya penderita bipolar. Acara Kreasi Bipolar tersebut diadakan tanggal 2 Juni 2013, di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Di sanalah saya pertama kali bertemu langsung dengan Vindy dan teman-teman dari Bipolar Care Indonesia.

Untuk apa acara Kreasi Bipolar ini diadakan?
Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar mengenal gangguan jiwa yang kerap terjadi di masyarakat namun tidak terdeteksi. Selain itu untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa penderita gangguan bipolar juga dapat berkarya dan bekerja dengan menjadi panitia di acara ini. Diharapkan acara ini dapat memberikan informasi baru kepada masyarakat dan menjadi ajang untuk gigi bagi penderita bipolar.

Acara ini sebagai ajang sharing, saling mendukung dan saling menguatkan diantara penyandang bipolar dan keluarganya. Merangsang para penyandang bipolar untuk mau menggali bakat dan kemampuan yang dimiliki dan menyalurkannya dalam aktivitas kreatif.

Semoga acara Kreasi Bipolar dan kegiatan-kegiatan lain yang bisa membantu para penyandang gangguan bipolar yang dimotori Bipolar Care Indonesia, bisa lebih sering diadakan, bukan hanya di Jakarta tapi di daerah-daerah lain di seluruh penjuru negeri.

Lanjutkan...

Menjalani Proses Pengobatan dan Pemulihan Gangguan Jiwa, Butuh Keyakinan dan Kesabaran

Oleh Tarjum


Bahan tulisan ini saya kutif dari diskusi yang saya ikuti di situs jejaring sosial. Berawal dari komentar di status facebook seorang aktivis kesehatan jiwa, berlanjut menjadi diskusi yang menarik.

Diskusi mengenai pengobatan bipolar khususnya dan gangguan jiwa umumnya di situs jejaring sosial selalu hangat dan menarik. Tak jarang terjadi perdebatan sengit diantara peserta diskusi.

Sampai saat ini, banyak hal yang sudah diketehui dan difahami dari masalah-masalah seputar gangguan jiwa, tapi jauh lebih banyak yang belum diketahui dan difahami. Seiring semakin banyaknya pengguna internet, media social seperti blog, facebook dan twitter cukup efektif membantu menyebarkan informasi tentang gangguan jiwa kepada publik melewati batas-batas negara.

Mendeteksi gangguan jiwa tak semudah seperti mendeteksi gangguan fisik. Bahkan dengan alat medis paling canggih sekalipun belum bisa dideteksi secara akurat. Mungkin karena letak gangguan jiwa yang berada di dimensi yang abstrak (pikiran dan perasaan), walaupun sebagian bisa dideteksi di salah satu organ tubuh manusia yang paling rumit dan komplek yaitu otak.

Jika ada teman ODB/ODMK yang curhat soal gangguan jiwa yang dialaminya, saran pertama saya adalah, konsultasi ke psikiater untuk memastikan gejalanya, agar tak hanya menduga-duga, karena banyak kesamaan gejala gangguan jiwa yang satu dengan yang lainnya. Jika sudah konsultasi ke psikiater, ikuti anjurannya. Kalau dianjurkan dan perlu minum obat ya minum obat sesuai jenis dan dosis yang dianjurkan.

Mereka biasanya balik tanya, “Mas Tarjum sendiri kan gak pernah konsul ke psikiater dan gak pernah minum obat?”

Saya jawab begini, “Jaman saya waktu itu jangankan istilah bipolar, skizofrenia atau jenis gangguan jiwa lainnya, istilah psikiater saja saya belum tahu, lha saya kan anak desa yang sehari-harinya cuma menggembala domba. Waktu itu istilah yang saya tahu hanya seputar stress, depresi, gangguan kecemasan dan psikolog.

Orang tua saya juga petani yang hanya lulusan sekolah rakyat (SR), yang tak tahu-menahu soal gangguan jiwa. Untuk konsul ke psikiater dan dan beli obat yang harganya tak murah, mana mampu keluarga saya waktu itu.”

Jadi saya nggak konsul ke psikiater dan nggak minum obat karena waktu itu belum tahu dan belum memungkinkan.

Tapi, walaupun saya tak pernah konsultasi ke psikiater, sebisa mungkin saya mencari informasi dari buku, majalah dan surat kabar untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan diri saya dan gangguan jiwa jenis apa yang saya alami, kok ada fase-fasenya.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk memahami gangguan jiwa yang saya alami sendiri. Uniknya saya baru tahu istilah “ Gangguan Bipolar”, 12 tahun (2002) setelah saya merasakan gejalanya (1990). Jadi selama 12 tahun itu saya tidak tahu gangguan jiwa jenis apa yang saya alami.


Menanggung derita psikis sperti bipolar atau skizofrenia memang berat. Seorang psikiater bahkan menggambarkan seperti ini, “Sakit psikis 10 kali lebih berat dari sakit fisik yang paling berat sekalipun.” Kita seakan tak kuat lagi menanggung beban tekanan psikis itu dan sampai titik tertentu kita merasa akan menyerah. Saya dan teman-teman ODB/ODS/ODMK yang lain juga pasti pernah merasakan suasana hati seperti itu.

Mungkin sebagian orang menganggap, gangguan bipolar yang saya alami tergolong ringan, jadi tanpa dibantu obat pun saya bisa pulih. Ini pandangan yang keliru. Seringan apa pun gangguan jiwa, terasa sangat berat bagi orang yang merasakannya. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan hari demi hari harus dijalani dengan suasana hati yang sangat tidak nyaman; tertekan, cemas, sedih, takut dan beragam perasan negatif lainnya yang sering tak bisa dikendalikan dan tak bisa diredakan.

Suasana hati dan pikiran yang sangat tak nyaman itu dirasakan dan dijalani selama bertahun-tahun lamanya, tanpa si penyandangnya tahu kapan derita jiwanya akan berakhir. Dengan gambaran suasana hati penyandang gangguan jiwa seperti yang saya jelaskan sekilas di atas, masihkah anda menganggap gangguan jiwa sebagai hal yang ringan, mudah dikendalikan dan mudah diatasi?

Bukan hanya itu, ketidaknyamanan psikis hanya satu dari sekian banyak ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ODMK. Gangguan fisik juga sering mengiringi gangguan mental. Ketidakfahaman orang-orang terdekat tentang gangguan jiwa menambah berat beban psikis ODMK. Belum lagi stigma negatif yang sampai saat ini masih melekat kuat kepada ODMK.

Bukan hal yang mudah untuk bisa mengendalikan sikap, suasana hati dan tindakan bagi seorang penyandang gangguan jiwa.

Mungkin teman-teman bertanya-tanya, “Tapi kok mas Tarjum bisa pulih tanpa obat? Apakah itu sebuah keajaiban?”

Sebenarnya tak ada yang ajaib bagi Tuhan kalau Dia menghendaki. Tapi keajaiban Tuhan juga tidak turun dari langit begitu saja. Perlu ikhtiar terus menerus yang melelahkan dan sering membuat kita merasa ingin menyerah. Namun, waktu itu saya memutuskan untuk terus berusaha dan tak mau menyerah, karena saya punya harapan dan keyakinan saya bisa pulih dan bisa hidup normal.

Satu hal yang harus selalu kita ingat dan yakini adalah, ketika Tuhan memberi kita sebuah ujian, salah satunya dengan gangguan jiwa, Tuhan tahu betul sampai di mana batas kekuatan mental kita.

Buktinya sampai saat ini, saya anda dan teman-teman penyandang gangguan jiwa yang lain masih bisa bertahan, masih diberi kesadaran, kekuatan dan masih bisa mengendalikan diri. Itu artinya kita masih kuat dan memang harus kuat, sampai kita bisa benar-benar bisa mengelola suasana hati dan pikiran kita, lalu berdamai dengan diri-sendiri.

Sesuai pengetahuan yang saya dapat dari bahan bacaan, saya mencoba mengatasi derita jiwa saya sebisa mungkin. Saya berusaha mengubah pola pikir, sikap dan tindakan, walau itu tak mudah. Yang tadinya kurang gaul, mulai memberanikan diri bergaul, diantaranya; nonton acara hiburan, aktif berolahraga, aktif di organisasi kepemudaan, dll). Saya juga merubah penampilan saya yang culun jadi lebih trendi.

Selain itu, saya juga melatih dan mengasah bakat yang saya miliki yaitu melukis dan membuat patung. Jadi, sebisa mungkin saya menyibukan diri dengan sikap, pola pikir dan aktivitas-aktivitas yang positif.

Tak lupa, setiap saat terutama sehabis sholat saya membaca do’a khusus yang maknanya untuk menjernihkan pikiran dan perasaan. Saat berdoa, sambil bersimpuh dan bersujud hadapan-Nya, saya sering menangis memohon kesembuhan, menumpahkan segala beban psikis di hadapan-Nya.

Kadang muncul keraguan dalam hati, benarkah Tuhan mendengar do’a saya? Benarkah Tuhan akan mengabulkan do’a saya dan akan memberi saya kesembuhan? Namun saya berusaha menepis semua keraguan itu. Selalu terngiang di kepala saya, pesan seorang ustadz, “Jangan pernah berburuk sangka kepada Tuhan, berbaik sangkalah kepada-Nya. Karena Tuhan sebagaimana prasangka dan keyakinan kita kepada-Nya.”


Setelah ikhtiar panjang selama bertahun-tahun, diiringi do’a, berbekal harapan dan keyakinan, akhirnya Tuhan memberi saya kesembuhan. Proses pemulihan tidak seketika dan serta-merta begitu saja, namun perlahan dan bertahap. Butuh kesabaran dan keyakinan dalam proses pemulihan gangguan jiwa, baik dari penyandangnya maupun dari caregiver dan orang-orang terdekatnya.
Di sinilah letak masalahnya. Banyak teman-teman ODB/ODMK dan keluarganya yang tidak sabar menjalani proses panjang pengobatan dan pemulihan gangguan jiwa. Ini hal yang wajar sebenarnya, karena dalam banyak hal kita selalu ingin mendapatkan hasil dengan cepat dengan cara yang mudah, bahkan kalau bisa dengan cara instan. Itulah mungkin salah satu penyebab mengapa banyak penyandang gangguan jiwa yang mencari pengobatan alternatif.
Padahal untuk meraih sebuah tujuan dalam hal apa pun, ada proses yang harus dilalui dan tak bisa diraih dengan cara-cara instan. Sebagai contoh, berapa teman ODB mengeluh karena setelah beberapa waktu lamanya menjalani terapi dan pengobatan, belum juga merasakan hasilnya, lalu menghentikan proses pengobatannya dan mencari alternatif pengobatan lain. Dia ingin cepat merasakan hasilnya dan segera pulih setelah menjalani pengobatan. Dia tidak sabar menjalani proses panjang yang harus dilalui untuk meraih kesembuhan.


Proses yang anda jalani untuk mengendalikan gejolak perasaan dan pikiran itulah yang tanpa anda sadari akan menempa jiwa anda menjadi lebih kuat. Seperti seorang atlet angkat besi yang terus melatih otot-otot tubuhnya setiap hari dengan mengangkat beban. Dengan kesabaran dan disiplin diri yang tinggi dia menjalani latihan beban setiap hari, menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat setiap hari. Sampai akhirnya, setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun berlatih, dia mampu mengangkat beban yang jauh melebihi berat tubuhnya sendiri dan menjadi pemenang dalam kejuaraan.

Gangguan jiwa membuat saya bisa lebih memahami diri sendiri dan orang lain. gangguan jiwa mendorong saya untuk mencari dan menggali informasi sebanyak mungkin tentang bagaimana memahami gejalanya dan bagaimana mangatasinya.

Dengan pengalaman, pemahaman dan pengetahuan itu pada akhirnya saya bisa mengendalikan gejolak jiwa, berdamai dengannya dan perlahan-lahan bisa melepaskan diri dari belenggunya. Bukan hanya itu, saya juga bisa berbagi pengalaman dan pemahaman kepada teman-teman ODB/ODMK yang lain.

Itulah sekilas yang saya maksud hikmah dari gangguan jiwa yang saya alami. Soal ini sudah saya jelaskan dengan gamblang di buku psikomemoar “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”.

Kesimpulannya, Tak ada yang mustahil atau tak mungkin dalam proses pemulihan gangguan jiwa jika Tuhan menghendaki. Tapi kehendak Tuhan juga mengikuti hukum alam, hukum sebab akibat. Kita tetap harus ikhtiar dan berdo’a untuk meraih kesembuhan. Dalam menjalani proses pengobatan dan pemulihan itu, diri kita dan orang-orang terdekat kita dituntut untuk bersabar dan tak mudah menyerah.


Lanjutkan...

Pakwi, Pelukis Wayang Peraih MURI

Oleh Tarjum

Pakwi dengan lukisan Togog dan Semar (facebook.com/nawa.tunggal)

Kecintaanya pada tokoh wayang, tak diragukan lagi.

Dari ribuan lukisan yang dibuatnya, sebagian besar adalah lukisan wayang dengan beragam karakter dan posisi. Itulah bukti kecintaan dia pada salah satu karya seni dan budaya khas Indonesia.

Siapakah pelukis yang luar biasa ini?

Dialah “Dwi Putro”, biasa disapa “Pakwi”

Saya pertama kali bertemu dengan Pakwi, beberapa bulan yang lalu di Pasar Seni Ancol, saat menghadiri acara “Kreasi Bipolar” yang diadakan rekan-rekan Komunitas Bipolar Care Indonesia (sebuah grup facebook tempat sharing masalah-masalah yang terkait gangguan bipolar).

Waktu itu, saya perhatikan, Pakwi nyaris tanpa henti melukis di stand pameran yang dibuat khusus untuk memajang karya-karya lukisnya. Saya berdiri tepat di hadapan Pakwi yang sedang asyik menyelesaikan lukisan wayangnya. Dia nggak peduli dengan kahadiran saya.

Pakwi, mengacuhkan saya..hehe (dok pribadi)

Saya melihat semangat, antusiasme dan stamina Pakwi yang luar biasa saat menggoreskan kuas di atas media lukis. Ketika melukis, dia seperti tak terpengaruh oleh keadaan di sekelilingnya. Dia fokus dan konsentrasi penuh pada media lukisnya tanpa peduli dengan siapa pun atau apa pun yang ada di depan, belakang atau di sampingnya.

Siapa sebenarnya Dwi Putro atau Pakwi?

Berikut saya kutif tulisan tentang Pakwi, di website kickandy.com. Pakwi juga pernah tampil di acara “Kick Andi Show” bersama beberapa orang penderita sikzofrenia dan gangguan bipolar.

Pria asal Yogyakarta itu selain terkena skizofrenia juga mengalami gangguan pendengaran dan komunikasi. Kondisinya semakin parah ketika kedua orangtuanya meninggal dunia. Pakwi pun hidup di jalanan selama beberapa tahun.

Melihat kondisi Pakwi yang makin memburuk, Sang adik, Nawa Tunggal merasa sedih dan tergerak untuk membantu dan mengangkat Pakwi dari kehidupan jalanan. Dengan penuh kesabaran dan ketekunan, Pak Wi akhirnya tidak sering mengamuk dan bisa menjadi pelukis.

Saya sendiri mengenal Pakwi dari sang adik, Nawa Tunggal. Saya pernah ketemu dengan Nawa Tunggal di salah satu seminar Kesehatan Jiwa di Jakarta. Nawa Tunggal bersama beberapa orang rekannya yang aktivis Keswa (Kesehatan Jiwa), membentuk sebuah grup di facebook bernama “Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI)".

Nawa Tunggal, Adik dan pendamping setia Pakwi(facebook.com/nawa.tunggal)

Saat ini member KPSI sudah lebih dari 9.927 orang. Member KPSI, yang tersebar di seluruh Indonesia, selain penderita sizofrenia dan gangguan jiwa lainnya, juga anggota keluarga pasien skizofrenia, psikiater, aktivitas keswa dan orang-orang yang peduli terhadap penderita gangguan jiwa.

Nawa Tunggal, yang wartawan Kompas ini, sangat telaten mendampingi sang kakak yang menderita skizofrennia. Dia berperan sebagai adik, orang tua, caregiver, mentor, sekaligus manager untuk sang kakak.

Ketelatenan, kesabaran dan kegigihannya membantu sang kakak untuk bisa hidup normal dan terus berkarya, sangat layak diacungi dua jempol. Berkat dukungan, pendampingan, arahan dan kasih sayangnya, kondisi Pakwi, semakin membaik.

Pakwi, seakan tak pernah lelah untuk berkarya, melukis beragam tema dan karakter dengan sapuan kuas yang penuh semangat, antusiasme dan daya imajinasi yang kuat.

Salah satu tema lukisan yang paling disukai Pakwi, adalah tokoh-tokoh wayang. Ini mungkin wujud kecintaan Pakwi kepada seni dan budaya khas Indonesia.

Pakwi sedang melukis Semar (facebook.com/nawa.tunggal)

Ungkapan semangat, harapan, kecintaan maupun kebanggaan terhadap negara dan bangsa Indonesia, tak selalu harus diungkapkan dengan kepalan tangan, pekik dan teriakan. Dalam diam, dalam kesunyian dan kesendirian, bahkan dalam kegalauan jiwa, semangat, harapan dan kecintaan pada negeri itu bisa diungkapkan.

Seperti Pakwi, yang mengungkapkan semangat, harapan dan kecintaanya pada negeri, melalui goresan-goresan kuasnya di atas kanvas. Lukisan-lukisan wayang yang artistik dan sarat makna adalah wujud dari semua itu.

Pakwi seolah ingin mengatakan, bahwa seorang penderita skizofrenia, yang sering dipandang negatif dan jadi bahan olok-olok orang yang tak memahami gangguan jiwa, masih tetap mampu berkarya.

Teruslah berkarya Pakwi!


Karya-karya Lukis Pakwi

Lukisan wayang Pakwi sepanjang 88 meter, memproleh rekor MURI “Difabilitas Mental Melukis Wayang Terpanjang Nonnstop".

Pakwi dan Rekor Muri (facebook.com/nawa.tunggal)

Selain melukis sendiri, Pakwi juga berkolaborasi melukis dengan beberapa orang pelukis ternama, diantaranya: Nasirun, Tisna Sanjaya, Fredy Sofian, Joko Kisworo dan Jaya Suprana.
Kolaborasi Pakwi dengan Tisna Sanjaya, Fredy Sofian dan Joko Kisworo di Pasar Seni Jakarta, Senayan, 3 - 5 November 2013.

Kolaborasi Pakwi, Tisna S, Fredy S. dan Joko K. (facebook.com/nawa.tunggal)

Lukisan Pakwi kolaborasi dengan Nasirun dan Noriyu, 10 Oktober 2013, di Bentara Budaya Jakarta.

Kolaborasi Pakwi, Nasirun dan Noriyu (facebook.com/nawa.tunggal)

“Damar Kurung” karya Pakwi dalam Pameran Tunggal “1001 Lukisan Skizofrenia”, 2 - 11 Nov 2012 di Pasar Seni Ancol.

Damar Kurung, karya Pakwi (facebook.com/nawa.tunggal)


Lanjutkan...

Jika Engkau Sibuk Mengurus Kebaikan bagi Orang lain, Tuhan yang akan Mengurus Kepentinganmu

Oleh Kristi Swastiani

Kemarin saya membaca catatan seorang teman di halaman facebooknya. Catatan berisi curahan suasana hatinya yang sedang galau dan berusaha ia kendalikan.

Curhat yang jujur, lugas dan apa adanya dari seseorang yang didiagnosa mengidap schizofrenia affective, Kristi Swastiani. Seperti apa sih curhatan Kristi? Silakan simak di bawah ini.

Sudah seminggu aku susah tidur. Minum obat tidur pun sudah, belum lagi serangan relaps tengah malam berturut-turut, biasanya jam 12:00 sampai jam 01:00 malam.

Kutelan saja sendirian. Seperti pesan Bu Dwi, psikiater di Klinik Sosial Saint Antonius,”Jangan Ganggu kaka-kakakmu kalau kamu susah tidur, kasian mereka sudah capek cari uang.”

Kulihat jam di kamar, jam 01:00. Bagus relaps lagi gue, kayak serangan sakaratul maut. Kayak roh tuh di tarik dari kaki sampai kepala. Nih dia neh efek di ruqyah 7 tahun yang lalu sama guru spritual keluarga kami, Bapak Tomo. Telen saja sudah.

Kaka di kamar sudah nyenyak. Keluarlah aku ganggu satpam komplek untuk diajak muter-muter cari udara segar. Yah, sejak jadi yatim piatu dan sudah 5 tahun tinggal berdua aja sama kaka, banyak yang memperhatikan kami.

Kemaren malam aku pun bisa tertidur nyenyak walaupun awal jam 10-an sempat terdengar suara-suara dan bayangan tidak jelas. Dan lagi-lagi kutelanlah sendirian, karena kaka belum pulang kantor. Aku pun hanya bener-bener berdo’a dalam sujud roka’at terakhirku saat sholat Isya, bener-bener mohon ke ilahi, untuk diberikan kenyamanan tidur.

Seperti yang dilakukan Bu Dwi di setiap sms disaat aku mengganggunya untuk konsultasi kalau merasa ingin kambuh. Bu Dwi hanya berpesan "Minum obat dan berdoa pada Tuhan, selamat Tidur." itu saja dan hp pun dimatikan oleh Beliau. Lemas juga aku bertahun-tahun di training Bu Dwi untuk tidak bergantung pada beliau.

Dalam kerelaps-an ku, mood berantakan, pala penat, suara-suara bersliweran, akupun tetep harus menjalankan tanggung jawab ku sebagai "IRT”. Walaupun menurut orang-orang rumah belum bersih banget tapi setidaknya yah I will do my best di tengah keterbatasanku.

Membaca tulisan Mas Anta, jadi mikir, beliau berkata yang pada intinya "Setiap ODMK mempunyai keunikan tersendiri dalam kepulihannya, tidak bisa disamakan." Aku pun berpikir, andaikan saja lingkunganku bisa seramah itu padaku atau kaka-kakaku atau saudara-saudaraku, mungkin hidup akan terasa lebih enak dan nyaman. Tinggal makan, tidur dan internetan (maaf kalau ada yang tersinggung saat membaca tulisan ku yah).

Tapi, yah seperti biasa, diriku mencari jawaban-jawaban atau mengevaluasi diri lagi. Lalu aku pun berpikir, mereka keras padaku dan tidak ada pemakluman sebagai ODMK, karena mereka ingin aku mandiri, kalau kalau mereka sudah tidak ada.

Seperti yang selalu dipesankan Mas Ossy, kaka pertamaku yang beda agama ke psikiater Mahdi, Ibu Wulandari, "Bagaimana caranya bu,saya mohon agar Kristi bisa mandiri kalau di rumah sendirian, karena kami sudah tidak punya orang tua, tidak bisa terus mengandalkan tetangga dan saudara untuk mengawasi dia. Kami semua dalam tahap belum mapan jadi kudu kerja keras cari uang, termaksud pembayaran RSJ. di Srikandi atau Sadewa."
Bu Wulan biasanya hanya bilang, "Siap pak Ossy!"

Yah, tujuanku menulis notes ini bukan untuk mencari pembenaran atau kebanggan diri, untuk merendahkan atau membuat self esteem jadi down untuk temen temen ODMK yang lain.

Aku percaya setiap manusia bahkan adik kaka pun punya takdir yang berbeda beda, punya cara yang berbeda beda, punya kapasitas yang berbeda-beda dalam menyikapi setiap permasalahan hidup termaksud penyakit yang diderita.

Hargai setiap keberhasilan kemandirian sekecil apapun itu. Mau yang sekira-kiranya orang lain mikir hal itu sepele tapi bagi aku atau temen lainnya pasti suatu prestasi yang membanggakan. Walaunpun itu mungkin hanya beres-beres kamar tidur sendiri, beres beres rumah, nganterin adik ke sekolah, nganterin ibu ke pasar,-angun pagi atau mandi sekali pun. Itu prestasi banget menurut aku pribadi.

Satu yang aku tau pasti dan aku yakini "Tuhan itu setiap memberikan masalah atau ujian atau tantangan kehidupan pasti memberikan juga solusinya, tidak ada kata kebetulan dalam "kamus" Tuhan.

Ayo kita berjuang buat kepulihan kita dan kesuksesan hidup kita masing masing. Tentu saja sesuai dengan standarisasi keberhasilan kita sendiri tapinya (sembari berharap nanti malam dan seterusnya bisa tidur nyenyak lagi aamiin).

Selasa, 10 September 2013, pukul 13:48.
Salam penuh cinta
Kristi

Ingin kenal lebih dekat dan berbagi pengalaman dengan Kristi? Silakan kunjungi halaman facebooknya.

Lanjutkan...

Hana Madness dan Kreasi Bipolar

Oleh Tarjum

Gayanya modis, terkesan energik dan nyentrik dengan tato indah di lengannya.

Bicaranya lugas dengan senyum lebar dan tawa lepasnya yang khas. Penampilan yang pas untuk seorang yang mengaku sebagai pelaku sekaligus penikmat seni. Dialah Hana Madness.

Dia pernah tampil di acara "Kick Andi Show" Metro TV dan "Sunting" ANTV, menceritakan pengalaman psikologisnya sebagai seorang Survivor skizofrenia dan bipolar.

Hari Minggu, 2 Juni 2013, saya bertemu Hana Madness saat dia menjadi narasumber di acara bertajuk “Kreasi Bipolar” yang digagas oleh rekan-rekan Bipolar Care Indonesia dan Kedai Art Brut serta didukung Taman Impian Jaya Ancol.

Selain menjadi pembicara dalam diskusi seputar gangguan Bipolar, Hana juga menampilkan karya-karya seni kreatifnya di stand pameran lukisan dan karya seni Kreasi Bipolar.

Beberapa karya Hana yang ditampilkan antara lain lukisan, sketsa, fotografi, gelang (arm candy) dengan pernak-pernik cantik dan botol/toples bekas yang dihias sedemikian rupa hingga tampak unik dan cantik.

Yang menarik, botol dan toples bekas yang biasanya kita buang di tong sampah, oleh Hana disulap menjadi benda cantik bernilai seni tinggi seperti terlihat di foto ilustrasi.

Selain Hana, beberapa seniman bipolar juga memamerkan hasil karyanya, diantaranya: Vindy, Pak Wi dan beberapa rekan bipolar lainya.

Pak Wi, bukan hanya memerkan lukisannya yang mendominasi ruang pamer Kreasi Bipolar, tapi dia juga nyaris tanpa henti terus melukis di stand pameran.

Pak Wi tampak fokus dan konsentrasi pada media lukisnya tanpa terpangaruh oleh lalu-lalang pengunjung dan keramaian di sekitarnya.

Kreativitas Hana, Pak Wi dan seniman bipolar lainya, bisa jadi inspirasi bagi teman-teman ODB, bahwa dengan naik-turunnya mood yang kadang sangat ekstrem, seorang bipolar masih bisa membuat karya-karya kreatif bernilai tinggi.

Teman-teman Bipolar teruslah berbagi dan berkarya. Karena bukan tak mungkin, otak yang terus-menerus dirangsang, dilatih dan digunakan untuk berpikir dan berimajinasi kreatif, akan mampu menetralisir ketidakseimbangan kimiawinya yang selama ini diduga menjadi penyebab gangguan bipolar.

Teman-teman Bipolar, jangan pernah berhenti berbagi, berkarya dan melakukan yang terbaik untuk diri sendiri, orang lain dan orang-orang yang anda cintai.


Bipolar Care Indonesia
Group facebook : https://www.facebook.com/groups/bipolarcare.indonesia/
Twitter : @kreasibipolar
Email : bipolarcare.indonesia@gmail.com


Lanjutkan...

"Lakshmi Si Tanpa Obat"

Oleh Anindhita Lakshmi

Artikel ini dikutif dari status penulisnya di grup FB Solusi Bipolar. Berikut sharing Lakshmi yang jujur dan lugas.

Halo semuanya apa kabar?

Mau share aja, dulu saya bersikeras untuk tidak minum obat dari psikiater & 100% berserah diri pada terapi-terapi alami seperti olahraga, seni, sosialisasi, dan semacamnya. Sampai-sampai mas Bagus Utomo pun saat pertama kali bertemu saya menyapa saya dengan kalimat "Halo Lakshmi yang tanpa obat!" hehe :p

Beberapa waktu yang lalu saya kembali relapse setelah hampir 1 tahun tidak mengalami relapse (saya didiagnosa Skizofrenia pada tahun 2002 & Bipolar Disorder dari tahun 2006). Saya relapse dalam kondisi kehidupan yang saya pikir sudah sangat ideal & membahagiakan. Semua kejang tersebut membuat daya ingat saya menjadi sangat buruk, kemampuan berbahasa saya menurun drastis (jadi agak gagap atau berbelit karena lidah terasa kaku dan tebal setiap berbicara).

Akhirnya saya sadar bahwa tidak semua gejala/kekambuhan dapat diatasi seluruhnya dengan terapi-terapi alami tersebut. Selama ini saya tidak meminum obat karena semua obat tersebut men-shut down saya selama 48 jam lebih (dulu obat saya Seroquel, Depakote, & Risperdal. Namun 1 minggu yang lalu saya memberanikan diri kembali ke Sanatorium Dharmawangsa (tempat pertama kali saya berobat pada tahun 2002) & kembali menemui psikiater. Di sana saya kembali berkonsultasi, berargumentasi, serta introspeksi.

Kondisi saya saat bertemu dokter, jujur saja, masih sangat defensif. Mungkin karena pengalaman-pengalaman tidak enak dulu (yang saya juga sudah banyak lupa). Sampai pada akhir pertemuan dokter saya memberikan Frimania 400, Remital & Antiprestin, & Pharmaton Formula yang semuanya saya tebus dengan harapan semoga kali ini saya cocok dengan obat-obatan ini karena nama obatnya "baru" semua untuk saya. Malam itu pun langsung saya minum semuanya sesuai dosis.

2 hari kemudian saya bangun. Ternyata obat malam masih terlalu keras efeknya untuk saya. Saya masih tidur kelamaan.

Tapi ada yang lucu. Saya merasa damai. Tenang. Santai. Tapi juga mampu berpikir & tetap bekerja seperti biasa walau masih ada efek "teler" hasil tidur kelamaan (oleh dokter obat malam saya akhirnya dipecah 1/3 dosis agar tidurnya ngga kelamaan). Tapi ini semua seperti pencerahan buat saya. Akhirnya saya menemukan titik damai dengan obat. Bukan berarti lantas ketergantungan! Akhirnya saya dapat beraktivitas dengan "damai", ngobrol dengan siapapun tanpa rasa paranoid, serta bercita-cita tanpa pesimis. Ini unik & langka, perasaan yang cuma saya rasakan kalau manic saja (yang datangnya juga tidak tertebak).

Maaf tulisan saya jadi panjang lebar begini. Intinya, saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya, dari "Lakshmi si tanpa obat" (atau anti obat lebih tepatnya), jadi "Lakshmi yang ingin mencoba mengatasi 'masalah' dengan benar." Tidak dokter-dokteran lagi. Jadi, untuk yang butuh, tapi masih belum yakin untuk menemui psikiater, sebaiknya temui psikiater secepatnya, karena mereka punya solusi yang mempercepat pemulihan Anda. Jangan kayak saya yang kelamaan keukeuh main dokter-dokteran, sampai akhirnya relapse berkali-kali & baru pergi ke psikiater setelah sekian ratus relapse.

Salam sehat jiwa :)

Anda bisa menyimak obrolan lengkap Lakshmi dan teman-teman FB-nya di grup Solusi Bipolar.
 

Penulis adalah seorang Bipolar yang aktif berbagi di media online maupun offline. Anda bisa kenal lebih dekat dengan Lakshmi melalui akun FB-nya disini.


Lanjutkan...

Membebaskan Diri dari Belenggu Bipolar dengan Harapan, Keyakinan dan Tindakan

Oleh Tarjum

Ada beberapa orang teman penyandang gangguan bipolar dan gangguan jiwa lainnya curhat ke saya, mengeluhkan kondisi psikisnya yang tak kunjung membaik.

Artikel ini merupakan rangkuman dari saran-saran saya untuk mereka. Apa yang akan saya sampaikan ini berdasarkan pengalaman dan pemahaman saya. Karena saya juga pernah merasakan apa yang mereka rasakan.




Pentingnya Memiliki Harapan

Setelah berusaha dengan segala cara, namun hasilnya belum sesuai harapan, anda mulai merasa putus asa. Anda merasa tak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mengatasi tekanan jiwa yang kian berat.

Disaat seperti itulah keinginan untuk mengakhiri hidup biasanya muncul. Anda merasa, bunuh diri adalah pilihan terbaik untuk melepaskan diri dari semua beban mental yang membelenggu.

Bipolar memang ujian berat untuk penyandangnya. Saat fase depresi, dunia seakan gelap, tampak buruk dan tak ada harapan. Tapi, selama anda masih memiliki kesadaran, masih ada harapan. Harapan untuk pulih, harapan untuk hidup normal, harapan untuk meraih impian, harapan untuk membahagiakan orang-orang yang dicintai.

Harapan itulah yang bisa membuat anda bertahan dan terus berusaha untuk mengatasi masalah kejiwaan anda. Tentu tidak cukup hanya dengan harapan, anda harus berusaha sekuat tenaga melakukan segala hal yang perlu dilakukan agar jiwa anda menjadi lebih baik dari hari ke hari.


Keyakinan Melahirkan Kesadaran

Kesadaran itu harus muncul dari diri si penyandang bipolarnya. Kesadaran yang saya rasakan berawal dari keyakinan bahwa semua yang terjadi pada saya adalah atas kehendak Tuhan, bukan sebuah kebetulan atau kesalahan. Tentu di dunia ini ada hukum sebab-akibat.

Keyakinan sangat penting dalam proses pemulihan bipolar. Keyakinan bahwa dibalik semua yang menimpa diri kita ada hikmah dan maksud Tuhan yang belum saya ketahui dan fahami.

Untuk memahami maksud Tuhan itu kita harus ikhtiar, bukan asal ikhtiar tapi ihtiar maksimal sesuai kemampuan kita. Dari sanalah kesadaran dan keinginan untuk sembuh akan tumbuh dan terus tumbuh.

Tapi semua itu terasa sangat berat!

Benar! Memang berat.


Melatih Keseimbangan dan Kekuatan Mental

Ibarat melatih otot tubuh dengan latihan beban setiap hari, semakin berat beban yang anda angkat semakin besar dan kuat otot anda. Beban mental yang sedang anda rasakan sekarang akan melatih mental anda menjadi lebih kuat.

Untuk melatih otot tubuh agar terbentuk ideal, anda tak bisa melakukannya sembarangan bukan? Harus ada pelatih atau istruktur kebugaran yang memberi arahan cara-cara melakukan latihan beban yang baik dan benar. Klo anda melakukannya sembarangan, bukan bentuk tubuh ideal yang akan dapatkan tapi anda malah akan terkilir, keseleo atau cedera otot.

Untuk membentuk otot tubuh seperti yang dinginkan tidak bisa dengan latihan sesaat atau kadang-kadang, tapi harus dilakukan secara kontinyu dan konsisten. Latihan beban untuk membentuk otot tubuh dilakukan hari demi hari secara rutin. Dilakukan beberapa jam sehari dan beberapa hari dalam seminggu.

Begitu pula dalam proses pemulihan gangguan jiwa, anda tak bisa melakukannya sembarangan tanpa bimbingan ahlinya. Agar proses pengobatan dan pemulihan gangguan bipolar anda lebih terarah, anda harus konsultasi dan mendapat bimbingan dari psikiater.

Membentuk kekuatan dan kesetabilan mental juga tak bisa dilakukan dalam waktu singkat, perlu latihan yang kontinyu dan konsisten. Perlu disiplin, ketekunan dan kesabaran dalam menjalaninya sampai meraih hasil yang diinginkan.

Satu hal yang harus anda sadari, Tuhan menimpakan beban berat kepada anda bukan tanpa alasan, Tuhan maha tahu kebutuhan anda dan batas kekuatan anda. Jika Tuhan memberikan beban yang lebih berat kepada anda dibanding orang lain, berarti anda lebih kuat dibanding mereka.

Jadi tetaplah berpikir positif kepada diri sendiri, keluarga, orang-orang di sekitar dan kepada Tuhan.

Semoga Tuhan menunjukan jalan terbaik untuk anda.

Lanjutkan...

Apa yang Anda Inginkan dari Pasangan Hidup Anda?


Oleh Tarjum

Seorang teman facebooker, menulis setatus pertanyaan tentang pasangan bipolar di grup Solusi Bipolar yang saya kelola.

Berikut petanyaannya :

"Pertanyaan untuk bapak pendiri Solbip (hehe, boleh ya disingkat Solbip?)

Menurut Bapak Tarjum, sikap apakah yang anda inginkan sebenarnya dari pasangan hidup anda? Ini pertanyaan serius. Lagi-lagi berkaitan dengan novel yang saya baca tentang runaway husband (Serpihan Cinta Bipolar).
 

Dijawab ya Pak *mode ciyyus."


Tarjum :
Lebih spesifiknya, dalam posisi saya sebagai seorang bipolar atau sebagai suami secara umum? Biar gak melebar.


Dea Kalyla :
Sebagai seorang bipolar dong, kalau sebagai suami umum mah saya tanya ama tetangga sebelah :)


Tarjum :
Sebagai pria bipolar sekaligus suami bipolar, saya tak mengharapkan hal yang muluk-muluk. Saya hanya ingin pasangan saya setia dan menyayangi saya sepenuh hati. Bisa memahami dan menerima kondisi saya apa adanya. Tidak menuntut sesuatu yang di luar batas kemampuan saya, tidak melakukan sesuatu yang akan melukai hati saya. Karena hal itu bisa memicu dan menggoyahkan kesetabilan mood dan kondisi psikis saya.

Saya ingin ketika saya sedang labil atau tertekan, dia bisa menghibur dan memberi dukungan semangat. Karena sebagai orang terdekat dalam hidup saya, dialah yang akan menjadi teman untuk berbagi cerita dan pengalaman. Seburuk apa pun situasi di luar sana, saya bisa tetap menjaga mood dan suasana hati, karena di rumah saya merasa tenang dan damai bersama orang yang saya sayangi.

Ketika awal masa pacaran dengan si dia, saya sudah jujur padanya bahwa saya pernah mengalami gangguan jiwa (ketika pacaran, kondisi psikis saya sudah pulih walaupun belum sepenuhnya).

Saya ingin dia tahu dan faham dari awal kondisi saya, agar tak merasa dibohongi atau menyesal di kemudian hari. Maksud saya, jika dia mau terima kondisi psikis saya, hubungan dilanjutkan. Jika gak terima, jangan dilanjutkan. Sebab jika hubungan sudah berjalan lama dan mendalam, dia baru tahu kondisi saya, akan lebih menyakitkan bagi saya dan dia.



Dea Kalyla :
Boleh nanya lagi, om? Hehe.. sekarang manggilnya nggak formal lagi. Kalau terasa terlalu pribadi nggak usah dijawab. Pernah bete nggak ke pasangan? Entah karena hal-hal sepele atau hal-hal prinsip? Biasanya kenapa tuh?


Tarjum :
Bukan pernah....tapi sering :). Ya..namanya juga manusia, dua hati dan karakter yang berbeda disatukan, pasti gak selalu seiring dan sepaham. Kadang hal-hal sepele bisa bikin bete. Contohnya: saya bete klo dia gak nurutin nasihat saya atau melanggar apa yang saya larang.

Klo dalam hal-hal yang sifatnya prinsip kita masing-masinng berusaha saling menghargai dan tak saling melanggar. Klo yang gak terlalu prinsip kita saling mentolerir sampai batas tertentu.


Dea Kalyla (panggilan akrab)...gak usah terlalu formal di sini, kita kan temen , udah cukup terjawab pertanyaanya?



Dea Kalyla :
Wuih, mantep. Kayaknya keluarga bahagia dan sejahtera ya. Hohoho ... jadi pengen menikah xaxaxa


Tarjum :
Amin. itu tujuan kita berdua. Ya udah klo udah nemu yang cocok segera nikah. Nikah itu enak lho..hehe..


Dea Kalyla :
Ehm, kapan ya omTarjum bisa baca itu novel? Soalnya yang namanya pria bipolar itu mengerikan sekali, om. Seenaknya aja (kalau kata saya) mempermainkan hati wanita. Terlihat seenaknya karena dia nggak merasa mempermainkan. Ngebayangin jadi tokoh perempuannya rasanya sedih banget.

Ehm, ada yang bilang, menikah itu berperang melawan orang yang tidur satu selimut dengan kita. Kan jadi ngeri tuh. Apalagi baca di novel itu, kesannya pria bipolar itu begitu kurangajar hehe... Ma'af kalau istilahnya kasar. tapi emang begitu.Memang sih, kurang ajarnya ketika belum ketahuan kalau bipolar. Belum mendapatkan terapi yang pas.


Tarjum :
Klo dibilang mengerikan, saya pikir itu berlebihan. Emang sih ada sisi negatif dari pria bipolar, tapi pria bipolar juga kan sensitif, peka, romantis dan penyayang..

Dea Kalyla :
Tapi iya sih, romantis dan penyayangnya iya hahaha. Jadi malu. Tapi nggak awet, alias berbatas waktu. Dan kita nggak tahu kapan itu batas waktu peralihan antara sisi romantis dan penyayang dan sisi yang lainnya lagi. Soale di jidatnya nggak ada tulisan expired date nya haha. Tahu-tahu... praaaank, krompyang, krompyang.


Tarjum :
Pasangan hidup itu bukan musuh yang harus ditaklukan seperti binatang buas. Tapi teman hidup yang harus kita fahami, kita mengerti dan kita terima segala kelebihan dan kekurangannya. Seseorang yang harus kita perhatikan dan kita sayangi stulus hati. Menikah itu kan ibadah, menyempurnakan agama dan melahirkan generasi yang lebih baik. Jadi semuanya harus kita jalani dengan ikhlas hanya mengharap ridha-Nya.

Weh kayak pak ustadz aja ya :)


Dea Kalyla :
Hahaha, tampang emang mendukung untuk menjadi ustadz.Oh ya, satu pertanyaan lagi. Ma'af lagi nih. Kalau istri om Tarjum suka ngeluh atau protes nggak dengan misalnya mood om Tarjum yang up n down (atau udah nggak lagi?) Atau ngeluh karena tiba-tiba dicuekin. Meski Om Tarjum nggak maksud nyuekin sih. Cuman ya karena tiba2 aja lagi ada yang lain yang lebih diperhatiin hehe..


Tarjum :
Saat menikah saya udah pulih dari bipolar walaupun masih ada up n down.
Klo soal ngeluh pasti ada, karena saya bukan pria sempurna. Biasanya dia ngeluh klo keinginannya gak diturutin. Ngeluh bahkan marah karena merasa dicuekin, merasa gak dimengerti, sementara saya asyik dengan hoby sendiri (baca buku, nulis dll). Dulu saya tergolong pria yang dingin, istri saya bilang kurang romantis. Tapi saya belajar dan berusaha menjadi pria yang lebih romantis..hehe...
Klo dicuekin karena ada yang lain nggak lah, saya kan setia dan sayang banget sama istri...cieee :P



Dea Kalyla :
Ehm ...ehem ...setia ya? Ciyyus? Miapah? Hehe bercanda. Terima kasih untuk kesempatan ngobrolnya dan jawaban-jawabannya yang terbuka.


Tarjum :
Ciyyuss dong. Sama-sama... saya kan seneng 'buka-bukaan' :)

Dea Kalyla :
Oh iya om. Saya tadi di jalan, di tengah guyuran hujan (halah) jadi inget kata-kata teman. Katanya, kalau belum nikah, buka mata lebar-lebar. kalau udah menikah tutup mata rapat-rapat. maksudnya ketika belum menikah, kita harus mencari sebanyak mungkin informasi tentang si calon. Agar kita tak salah pilih. Bukan mengenai kesempurnaan, tapi menyangkut segala yang kita suka dan tidak suka, yang kita bisa terima dan yang tidak. Soalnya kadang sesuatu yang kecil pas nikah bisa jadi gede. Begitu katanya.
Menurut om Tarjum? Bagaimana? Kan sudah berpengalaman menikah :)


Tarjum :
Ya betul. Buka mata lebar-lebar untuk mencari calon pasangan yang terbaik. Lebih banyak pilihan lebih baik. Maksudnya bukan punya banyak pacar, tapi punya banyak teman pria yang akhirnya bisa memilih mana yang paling cocok dijadikan pasangan. Mau pilih yang ganteng atau yang mapan boleh-boleh saja. Tapi, yang harus jadi kriteria utama adalah akhlaknya.

Seorang yang akhlaknya baik agamanya pasti baik. Klo orang yang dasar agamanya baik, dia akan takut (kepada Tuhan) ketika mau menyakiti atau mengkhianati pasangannya. Klo orang sudah gak takut lagi sama Tuhan, apa yang akan jadi patokan dalam hidupnya. Saya miris, sekarang banyak orang yang ngomong dengan enteng "Hari gini takut dosa!". Sekarang banyak orang yang menganggap hubungan di luar nikah atau selingkuh sebagai hal yang lumrah, naudzubillah.


Tentu saja dalam sebuah pernikahan, masalah pasti akan banyak ditemui, godaan dan cobaan akan datang silih berganti. Tapi jika iman dan agamnya kuat, insya allah semua rintangan itu bisa diatasi, karena kita punya pegangan yang maha kuat dan maha segalanya, Tuhan.


Cinta bukan barang jadi atau benda mati. Cinta bisa berubah; bisa berkurang, bisa bertambah bahkan bisa hilang. Seiring berjalannya waktu, ketika cinta mulai memudar, iman dan akhlak yang nantinya bisa menjaga dan memperkuat ikatan perkawinan. Ya ampun, kok jadi kayak ceramah..hehe...


Dea, maaf ya, bukan maksud menceramahi atau menggurui, saya hanya berbagi pemahaman dan pengalaman aja. Semoga bermanfaat.



Dea Kalyla :
Santai om. Kan saya sedang menggali hehe. Justru seneng kalau dapet byk begini. Terima kasih ya.Wah, saya setuju bgt tuh. Cinta bs berubah, bahkan hilang. Makanya suka ngerinya di situ. Takut ditinggalkan.Sekali lg, terima kasih sharingnya.


Tarjum :
Sama-sama. Dea, suka nambah ya? Tadi bilang nanya satu lagi...eh nambah lagi..hehe. 

 
____________
Solusi Bipolar adalah Grup Facebook sebagai media sharing, komunikasi dan diskusi antar anggotanya tentang Gangguan Bipolar, untuk bersama-sama mencari solusi terbaik dalam mengatasi gangguan bipolar.

Image : Yahoo! News

Lanjutkan...
Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial