Oleh Tarjum
Bagaimana perasaan anda saat menemani si kecil bermain di Rumah?
Apakah anda menganggap itu hanya membuang-buang waktu produktif anda?
Ataukah anda menganggap itu waktu yang berharga untuk kebahagiaannya?
Jujur saja, mengasuh anak kecil berumur 1 atau 2 tahun yang baru bisa berjalan, lumayan capek. Si kecil akan berjalan atau berlari kesana-kemari, ke mana pun dia suka. Dia akan mengambil barang apa saja yang bisa dijangkau dengan tangan mungilnya. Dia bisa mengambil hiasan bunga di atas meja tamu, linpstik atau bedak ibunya di atas meja rias, piring atau gelas di rak dapur.
Jika lengah, saya akan dikagetkan oleh suara gelas atau piring pecah yang dilempar si kecil. Atau tahu-tahu saya melihat wajah si kecil belepotan lipstik dan bedak. Saya kadang merasa jengkel dan kesal pada tingkah polah si kecil.
Namun ketika saya menunjukan wajah cemberut atau melotot, si kecil malah meniru mimik muka saya atau tertawa lucu. Dan kejengkelan saya pun lenyap seketika, berubah menjadi rasa gemas melihat tingkah lucunya.
Apakah anda, para ibu terutama dan para ayah mengalami apa yang saya ceritakan di atas? Kebanyakan pasti ya! Walaupun mungkin ceritanya tidak sama persis.
Bagaimana menikmati saat-saat bersama si kecil di rumah?
Saya pernah merasakan dan berpikir, saya tidak sanggup menemani si kecil bermain hampir seharian. Lebih baik mengerjakan aktivitas lain yang menguras tenaga.
Istri saya malah berkilah, “Mamah setiap hari harus menemani si kecil dengan segala kerewelan dan kenakalannya. Papah baru sehari aja udah bilang capek.”
Iya juga sih, lima hari seminggu dia mengasuh si kecil sendirian dari pagi sampai malam. Terbayang bagaimana capeknya.
Lalu, saya mencoba menikmati saat-saat menemani si kecil di rumah. Saya berusaha menikmati tingkah lucunya, tawanya, kerewelan dan kenakalannya. Saya berpikir saat-saat bersamanya bukan sebuah kesia-siaan atau buang-buang waktu. Tapi saat-saat yang berharga di masa-masa penting pertumbuhan fisik, mental dan emosinya.
Karena saya tidak tahu berapa lama lagi bisa menemaninya bermain. Berapa lama lagi bisa bercanda dan tertawa riang degannya. Berapa lama lagi saya bisa membuatnya tertawa terkekeh-kekeh. Saya tak pernah tahu.
Saya pernah membaca sebuah cerita (entah kisah nyata atau fiksi), tentang penyesalan mendalam seorang ayah. Dia menyesal karena mengacuhkan dan tak sempat memenuhi permintaan sepele putri kecilnya. Sampai si kecil meninggalkan dia untuk selama-lamanya.
Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena terlalu sibuk dengan aktivitas kerja atau bisnis, sampai tak ada waktu untuk orang-orang yang kita cintai.
Anda punya pengalaman menarik dan inspiratif dengan orang-orang yang anda cintai? Silakan berbagi di komentar.
Jika menurut anda tulisan ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook dengan mengklik tombol share di bawah atau di atas posting ini. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.Tentang Penulis : Tarjum, pendiri dan editor Curhatkita. Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di Facebook dan Twitter.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)