Dikirim oleh : Vivin
Pagi ini saya menerima kiriman email curhat dari seorang ibu yang prihatin dengan tanda-tanda sikap trauma putera semata wayangnya. Berikut curhatnya :
Saya punya seorang anak laki-laki umur 11 tahun. Saat ini saya belum bercerai tetapi sudah berpisah 6 tahun. Hampir tidak ada komunikasi dengan suami, tetapi komunikasi suami dengan anak masih sering terjalin melalui telepon, atau pertemuan anak dengan suami di rumah mertua/org tua suami. Silahturahmi saya dengan mertua masih baik. Beberapa hari ini anak saya terlihat murung dan berbeda dengan biasanya. Tiba-tiba tadi anak saya berkata, “Mama tolong cari alamat Rommy Rafael, karena saya mau minta dihipnotis.” Saya tanya untuk apa kamu dihipnotis, anak saya menjawab supaya hilang semua trauma dan kesedihan saya.
Hati seorang ibu mana yang tidak merasa pedih dan terenyuh mendengar jawabannya. Mungkinkah seorang anak yang belum lulus SD punya keingian seperti itu. Seberapa dalam kesedihannya sampai ia berpikir seperti itu ? Saya tahu dirinya selalu merasa kesepian karena ia tidak punya adik/kakak. Sedangkan papanya pun hanya seminggu satu/dua kali bertemunya.
Anak saya selalu berkata, “Mama setelah dewasa nanti saya tidak mau menikah.” Saya tanya kenapa? “Karena saya tidak mau menjadi seorang Bapak yang tidak bertanggung jawab seperti papa.” Selama ini saya berusaha untuk ceria dan tegar dihadapannya. Tetapi nampaknya tetap tidak mempan.
Teman-teman adakah yang bisa membantu saya untuk menemukan solusi ? saya takut anak saya menjadi depresi
Email Vivin : vivin.88@hotmail.com
Jika anda sekalian mau memberi komentar atau saran untuk Vivin, silakan kirim ke emailnya, ke email saya : sivalintar@yahoo.com atau langsung di kolom komentar di bawah posting ini.
Image by : shanti.blogdetik.com/tag/ibu/
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Yth. Ibu Vivin,
Saya bisa membayangkan betapa terkejutnya anda mendengar kata-kata anak anda itu. Kita bisa menduga bahwa ia merasakan kesedihan yang mendalam dan ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Saya tidak mengatakan itu trauma, meskipun anak anda mengatakan demikian, karena trauma memiliki definisi tersendiri. Kalau hubungan anda dengan anak cukup dekat dan bisa berkomunikasi dengan baik, hendaknya itu tetap dijaga. Beri dia kesempatan untuk mengutarakan perasaannya dan anda mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa berusaha untuk terburu-buru memberikan penilaian atau menyarankan sesuatu sebagai jalan keluar.
Kalau ada keluarga laki-laki yang sudah dewasa beri kesempatan anak anda untuk dekat dengannya. Anak laki-laki seusia dia memerlukan seorang pria dewasa yang bisa menjadi contoh.
Kalau kesedihannya berkepanjangan dan mengganggu proses belajarnya atau kegiatan sehari-harinya sudah saatnya minta tolong kepada seorang psikolog atau psikiater.
Semoga ini bisa membantu.
Salam,
Albert M.
Saya sarankan ibu tersebut mau membawa anaknya ke psikiater anak dan kalau dia mau di hipnoterapi bisa mnghubungi Dr. Erwin Kusuma (psikiater anak sekaligus hipnoterapis). Untuk itu coba hubungi bagian psikiatri RS Gatot Subroto Jakarta.
Terima kasih
Salam
eka
Huuff....emang susah banget tuh klo punya masalah kayak gini. Yang sabar ya mba...
Klo menurut aku sih anak mba sharusnya belum cukup umur untuk meminta dirinya dihipnotis. Kalo trauma sih wajar, karna anak balita sekalipun bisa mengalami trauma. Harusnya sih mb cerita juga kenapa anak mba bisa trauma. apakah selama pernikahan mba selalu disiksa suami didepan anak? ato suami selalu ngebentak-bentak mba di depan anak? ato mungkin anak mba biasa dijadikan pelampiasan jika mba dan suami sedang bertengkar?
Jika anak mba mengalami hal-hal diatas, memang agak sulit aku rasa untuk dia bisa menerima, pasti mengalami trauma berat.
Kurasa anak mba memerlukan sosok ayah yang baik, perhatiam, sayang sama dia, lembut. begitupun dia membutuhka ibu seperti itu. Kalo boleh aku bilang sih, mba coba aja kasih dia pendekatan dengan pria yang bisa menggantikan ayahnya. Maaf, bukan maksudku mba harus cari suami baru ya...tapi ini juga bisa dilakukan oleh ade laki-laki mba, kakak laki-laki mba, ato teman laki-laki mba. Sehingga trauma yang selama ini dia alami mungkin akan berangsur-angsur sembuh. Selain itu mba juga harus sering memberi pengertian tentang masalah-masalah di keluarga mba, tentunya dengan maksud agar dia lebih berfikir positif dan harus menggunakan bahasa anak-anak. Selain itu, sesekali mba juga boleh dateng ke psikiater untuk mendapatkan pola-pola dalam mengatasi psikologis anak mba. Mmm...aku sih ngga begitu ngerti ya...tapi semoga bermanfaat dan semoga anak mba cepet sembuh dari traumanya.
Regards,
Seni
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)