Oleh : Tarjum
Saat libur lebaran kamarin, setelah capek beberapa kali bolak-bolak mudik ke rumah orang tua dan mertua, saya dan anak istri lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Jangan salah, saya bisa beberapa kali bolak-balik mudik karena emang rumahnya dekat, cuma beda kampung kok. Rumah kami, rumah orang tua dan rumah mertua masih satu desa cuma beda kampung, jadi ya sehari bisa bolak-balik mudik,..he..he..
Kami juga nggak ada acara rekreasi ke tempat wisata seperti rekan-rekan, dan para tetangga, karena sudah kebayang akan bermacet-macet ria di jalanan. Selama tiga hari (dari hari H sampai H+2), saya perhatikan motor dan mobil berbagai jenis tak henti-hentinya lewat di jalan raya depan rumah kami menuju beberapa tempat wisata.
Selama berada di rumah saya menjalani peran sebagai ibu rumah tangga sehari penuh, mengasuh anak-anak kami terutama si kecil Rahma, yang baru berusia dua tahun lebih yang sedang nakal-nakalnya. Peran seorang ibu rumah tangga yang kadang dianggap ringan dan remeh oleh sebagian orang.
Pagi hari, begitu bangun tidur Rahma turun dari tempat tidur, keluar menuju ruang keluarga dan duduk di depan TV, merengek-rengek minta distelkan film kartun kesukaannya, kartun Bernard atau Barby. Saya tak punya kesempatan untuk nonton acara favorit berita pagi di salah satu TV swasta jika dia sudah bangun. Dia bisa terkekeh-kekeh menyaksikan tingkah lucu dan konyol si Bernard yang selalu sial. Setelah bosan dia minta distelkan film horror yang juga ia sukai. Balita suka film horor???
Kalau sudah asyik nonton kartun, diajak mandi susahnya minta ampun. Dia baru mau mandi kalau disuruh berendam di ember besar dan main air. Setelah dibiarkan beberapa saat, baru dia mau saya mandikan. Setelah mandi, dibalur minyak kayu putih, bedak dan ganti baju, dia kembali duduk di depan TV, nonton kartun lagi.
Bosan nonton kartun Rahma berlari keluar rumah, hanya tahan beberapa menit duduk di kursi teras depan rumah, dia turun ke pekarangan rumah, memetik bunga-bunga rumput dan mengejar-ngejar serangga kecil. Bosan bermain di pekarangan ruman dia berjalan ke arah jalan raya, ini yang paling kami khawatirkan. Kalau saya larang dengan isyarat tangan atau teriakan dia malah sengaja berlari menuju ke arah jalan, mau tak mau saya harus berlari mencegatnya.
Kalau kebetulan ada tukang es krim keliling lewat dengan suara musik khasnya, di mana pun dia berada, di dalam kamar, di ruang tamu, di dapur, apalagi kalau dia berada di pekarangan samping atau depan rumah, dia akan segera berlari memanggil si tukang es krim sambil melambaikan tangan, “Mang…Mang…!!” Si tukang es krim pun berhenti dan mempir ke rumah kami. Rahma tampak sumringah saat saya belikan sebungkus es krim coklat kesukaannya.
Karena rumah kami di pinggir jalan raya, tentu saja bukan hanya sekali tukang es krim lewat, bisa berkali-kali dalam sehari. Setiap mendengar suara musik si tukang es krim dia akan celingukan dan bergegas berlari keluar rumah. Untuk menjaga kondisi kesehatannya, sebisa mungkin kami batasi dia hanya boleh makan es krim paling banyak tiga kali dalam sehari. Tapi kalau dia ngambek dan menjerit-jerit minta dibelikan es krim lagi, ya apa boleh buat, kami belikan.
Yang paling sulit kalau nyuruh dia makan. Jujur saya nyerah kalau diminta nyuapin si kecil. Kalau nggak berlari kesana-kemari dia akan menutup mulutnya rapat-rapat saat saya sodorkan nasi dan lauk di mulut mungilnya. Yang sanggup nyuapin cuma ibunya, itu pun kadang harus setengah dipaksa.
Satu lagi yang juga agak sulit, kalau nyuruh dia tidur siang atau malam hari. Kalaupun kami paksa dia mau diajak ke tempat tidur, bukanya mau tidur, dia malah berjalan-jalan atau meloncat-loncat di atas tempat tidur. Dia paling suka ngegangguin kakaknya yang biasanya sudah kelihatan ngantuk dan hendak tidur.
Yang lucu kalau Rahma sudah merasa ngantuk dan ingin tidur, dia ngajak kami semua masuk ke kamar tidur, “Mah, bobo..” Pah, bobo..”. Dia sendiri yang mematikan TV, menutup pintu dan mematikan lampu kamar. Sebelum tidur biasanya dia minta dibuatin susu. Setelah itu minta dipeluk saya atau ibunya, tak lama kemudian dia tidur pulas.
Barulah tugas saya selesai mengasuh dan menemani si kecil sehari penuh, ternyata lumayan capek. Itu baru tugas mengasuh anak, belum lagi tugas-tugas ibu rumah tangga yang lain seperti mencuci, memasak, menyetrika, mengepel lantai, menemani anak belajar, mengatur uang belanja, mengontrol stok makanan dan banyak lagi tugas lainnya yang tak bisa dianggap ringan.
Ternyata sungguh berat tugas seorang ibu rumah tangga. Tugas terberat namun mulia bagi seorang ibu adalah membesarkan, mengasuh dan mendidik anak. Mempersiapkan generasi penerus dan calon-calon pemimpin masa depan.
Saya pernah mendengar kisah seorang sahabat Rasulullah s.a.w, Umar bin Khatab R.A. yang dikenal keras dan garang terhadap orang-orang yang memusuhi islam. Seorang sahabatnya mendapati dia hanya berdiam diri saat diomeli istrinya di rumah. Sang Kholifah menyadari betul betapa berat tugas seorang istri dan ibu mengurus keluarga dan anak-anaknya.
Rasulullah sendiri memberi teladan bagaimana beliau dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang memperlakukan istrinya di rumah. Beliau suka memasak dan mencuci bajunya sendiri. Beliau bahkan tak mau mengganggu istrinya yang sedang tidur saat beliau pulang larut malam dan memilih tidur di depan pintu rumahnya.
Betapa berat namun mulia tugas seorang ibu rumah tangga.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Mantap..mdh2an banyak para suami yg membaca ini👍
bagus nihh..
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)