Pemenang yang sejati mempunyai sikap gigih seorang pemuda yang tinggal dekat Boston. Karena dia benar-benar membutuhkan pekerjaan, dia mulai mencari-cari dalam iklan lowongan pekerjaan di surat kabar setiap hari. Ketika dia melihat satu lowongan pekerjaan di Boston, dia duduk dan mulai menulis surat lamaran yang terbaik dan mengirimkannya lewat pos ke P.O. Box 1935 di Boston. Dengan cermat dia menjalaskan kualifikasinya, perhatianya kepada pekerjaan, serta kemauanya bekerja keras dan belajar. Dia menunggu hampir dua minggu, tetapi tidak ada jawaban untuk suratnya. Dia duduk dan menulis surat lamaran kedua dan mengirimkanya ke P.O. Box 1935. Dua minggu lagi berlalu dan tetap tidak ada jawaban.
Pemuda ini pantang menyerah. Dia menulis surat lamaran ketiga yang menjelaskan keinginan dan tekadnya bekerja untuk perusahaan ini. Dia kecewa setelah dua minggu lagi berlalu dan tidak ada kabar dari perusahaan. Mungkin sembilan puluh lima persen penduduk akan merasa bahwa mereka sudah menempuh mil yang kedua dan bisa berhenti sebagaimana mestinya. Tetapi tidak demikian dengan pemenang ini. Dia sangat menginginkan pekerjaan ini sehingga mengambil langkah lebih lanjut.
Dia naik kereta api ke Boston. Lalu dia berjalan kaki dari stasiun kereta api ke kantor pos besar. Setelah memasuki gedung kantor pos, dia bertanya kepada kepala kantor pos siapa pemilik P.O. Box 1935. Kepala kantor pos memberitahukan kepadaya bahwa memberikan informasi itu berlawanan dengan peraturan. Tentunya sekarang sudah waktunya untuk menyerah dan mencari pekerjaan lain. Tidak ada seorangpun yang bisa menyalahkannya sekarang. Tetapi tidak demikian pemenang ini.
Dia berjalan berkeliling kantor pos sejenak dan menemukan gagasan yang bagus. Dia menemukan kotak pos dan berdiri di dekatnya, menunggu. Dia menunggu selama dua jam, tetapi tidak ada seorangpun yang datang mengambil surat dari kotak. Waktu dua jam lagi berlalu, dan masih belum ada orang yang datang. Akhirnya menjelang akhir hari seorang laki-laki datang dan mengambil surat dari kotak pos. Dia mengikuti laki-laki itu sejauh beberapa blok dan memasuki sebuah gedung kantor besar. Ketika laki-laki itu naik lift, dia mengikuti. Lift berhenti di lantai sebelas, dan laki-laki itu turun serta berjalan memasuki kantor perusahaan pialang.
Pemuda ini memasuki kantor dan bertanya kepada sekretaris apakah dia bisa bertemu dengan manajer. Sekretaris begitu terkesan dengan sikap si pemuda yang sopan sehingga dia mempersilahkan pemuda ini masuk. Pemuda ini memperkenalkan diri dan mengatakan kepada manajer bahwa dia telah menulis tiga surat lamaran untuk pekerjaan yang diiklankan oleh perusahaan, dan bahwa tidak ada seorangpun yang membalas suratnya. Dia mengatakan kepada manajer bahwa dia sangat ingin bekerja untuk perusahaan itu sehingga dia naik kereta api ke Boston, menunggu sepanjang hari sampai seseorang mengambil surat dari P.O.Box 1935, dan mengikuti orang itu ke kantor ini. Kemudian ia berkata, "Dan saya ingin memegang pekerjaan ini pada perusahaan Anda. Anda akan senang sekali mempekerjakan saya."
Manajer begitu terkesan dengan sikap dan kegigihan si pemuda sehingga dia mempekerjakannya. Pemuda ini mulai bekerja sekeras dia bisa untuk mempelajari tentang perusahaan itu dan perincian pekerjaanya. Sikapnya, ketekunanya, dan pengabdianya menghasilakan karier yang sangat sukses sebagai analis keuangan.
Nama pemenang ini? Roger Babson.
Sumber : Why Winners Win, Art Gardner , 1996.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)