Oleh : Dr Beatricia Iswari
Debi si moody sudah 3 hari terlihat murung dan menarik diri dari teman-temannya. Padahal 2 minggu sebelumnya ia begitu gembira dan energetik mengikuti berbagai kegiatan di kampus. Saat murung itulah pikirannya ngelantur, kuliah pun males, merasa tak berdaya dan kesepian. Paling parah: kadang ia ingin bunuh diri! Moody ala Debi itu bisa menjadi “bom waktu”. Karena tak jarang, hal itu berlanjut sampai jauh, sehingga mengganggu perilaku Debi sendiri dan menyulitkan hubungannya dengan orang lain, Jika dianggap remeh dan tak jua di obati, “bom waktu” bernama BIPOLAR atau dikenal juga dengan Manik-Depresif, salah satu gangguan kejiwaan yang menyerang alam perasaan (mood) itu bisa fatal akibatnya. Jangan keder dulu dengan istilah “gangguan jiwa”. Lagi pula “punya gejala” bukan berarti Anda “gila” sehingga harus dirawat di rumah sakit jiwa. Bipolar memang bisa berbahaya, dan terkadang pasien harus dirawat dengan tujuan untuk mengamankan supaya tidak bunuh diri, tidak mempermalukan dirinya sendirinya dan keluarganya. Namun yang pasti, gangguan ini bisa di obati sampai betul-betul sembuh.
Bak naik roller coaster
Sebenarnya sedih dan gembira itu perasaan yang wajar, manusiawi dan normal di alami setiap manusia. Perasaan mood yang naik dan turun pasti pernah dirasakan oleh siapapun anak cucu Adam dan Hawa. Cuma ada orang yang sedikit saja fluktuasi atau naik turun perasaannya, ada yang sedang dan ada yang sangat fluktuatif. Seperti roller coaster, naik dan turunnya berlangsung secara bergantian dalam tempo yang sangat cepat. Ayunan alam perasaan yang ekstrem pada penderita bipolar ini dapat berlangsung dalam hitungan minggu, bahkan bulan, sehingga mempengaruhi penderita, serta mengganggu keluarga dan teman-temannya. Sayangnya, karena gejalanya bersifat seperti spektrum-gradual dan sering tidak berbatas tegas - bipolar kerap di diagnosis secara salah: dianggap depresi biasa, dan akhirnya tidak terobati secara tepat. Penanganan bipolar yang demikian berbuntut pada meningkatnya angka kejadian bunuh diri. Gangguan bipolar dapat muncul pertama kali pada usia remaja (belasan tahun), usia 20-an atau 30-an. Biasanya ada riwayat serupa di keluarga, bisa pada orang tua, saudara kandung atau kerabat dekat seperti paman, bibi dan sepupu.
Penyebabnya gabungan dari beberapa faktor yaitu ketidak seimbangan kadar zat kimia (neurotransmiter) tertentu di otak, pengaruh hormon, genetik dan pengaruh lingkungan termasuk konsep harga diri (self-esteem), kematian/kehilangan seseorang yang dicintai dan stres berat. Selain itu beberapa zat semisal alkohol, konsumsi obat-obatan tertentu dan penyakit berat/kronis juga bisa menimbulkan gejala bipolar. Gangguan bipolar sendiri dapat dibedakan menjadi Bipolar I (ditandai episode manik yang kentara dengan/tanpa depresi), Bipolar II (minimal ada satu episode depresi atau satu episode hipomanik) dan siklotimik yang gejalanya lebih ringan, seperti moody. Selain itu, bisa juga terjadi fluktuasi mood yang sangat cepat (misalnya dalam hitungan jam) dan cukup sering (minimal empat kali setahun), gangguan bipolar yang tidak khas atau keadaan campuran (mania dan depresi terjadi bersamaan). Diagnosis lazimnya dibuat berdasarkan riwayat yang diceritakan pasien atau keluarganya. Pun lewat gejala yang dialami penderita, ditandai dengan pola perubahan emosi tinggi (mania) dan rendah (depresi) bergantian dalam kurun waktu tertentu. Intensitas/derajat tanda dan gejala yang dialami bisa bervariasi dari sedang ke berat. Meski sepintas tampak seperti orang normal, kalau tidak diterapi, gejala manik-depresif bisa makin parah dan merugikan penderitanya.
Hidup lebih teratur
Gangguan bipolar membutuhkan terapi jangka panjang, bahkan pada saat pasien sudah dinyatakan sembuh. Pengobatan bipolar ini dibagi menjadi pengobatan fase akut dan fase lanjutan. Pengobatan yang efektif dan tepat di awal terapi menjadi kunci dalam mengurangi frekuensi dan keparahan episode manik dan depresi, sehingga pasien dapat hidup lebih stabil. Sedangkan pengobatan lanjutan (maintenance treatment), yang dilakukan saat gejala sudah mereda penting untuk mencegah kambuh kembali. Orang yang tidak melanjutkan pengobatan kemungkinan besar mengalami kembali gejala atau episode mania dan depresi yang lebih ringan, yang bisa berlanjut menjadi berat kembali. Pada dasarnya pengobatan gangguan bipolar meliputi pemberian obat-obatan, edukasi kepada pasien dan keluarganya, psikoterapi dan terapi kognitif. Kadang-kadang dilakukan pula terapi elektro-konvulasi (ECT) dan terapi cahaya. Jangan lupa, waspada terhadap tanda-tanda kambuh seperti perubahan mood, pola tidur, nafsu makan atau datangnya stresor berat. Dengan hidup teratur, bipolar tak lagi menjadi bom waktu yang menakutkan.
Intisari, Juni 2008
Sumber : http://alumni-xaverius.zai.web.id
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
ahli jiwa nih :d
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)