Seorang Gubernur non-aktif divonis 10 tahun penjara karena kasus korupsi. Ketika hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi membacakan vonis tersebut, sang gubernur tidak hadir karena sakit.
Berita terdakwa yang tidak hadir di pengadilan karena sakit sering muncul dalam media massa. Sang gubernur tadi bukanlah orang pertama. Banyak tokoh-tokoh terkenal yang langsung sakit begitu berurusan dengan pengadilan. Akibatnya, masyarakat mengira alasan sakit hanya akal-akalan terdakwa agar sidang ditunda, bahkan dianggap tidak sah.
Tetapi menurut dr E Mudjaddid SpPD KPsi, Ketua Divisi Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, sakit sebelum sidang sangatlah wajar. "Dia mengalami stres yang sangat besar sehingga membuat fisiknya juga terganggu," kata Mudjaddid dalam seminar "Stres dan Dampaknya Pada Kesehatan", yang diselenggarakan Sekolah Mandiga, pendidikan bagi anak autis.
Stres memang bisa mengganggu aktivitas. Jika dibiarkan, stres bahkan menimbulkan keluhan fisik. Keluhan itu akan sulit disembuhkan selama stresnya tidak dikendalikan. "Banyak orang yang tidak menyadari masalah stres. Kalaupun tahu soal stres ini, mereka menganggap remeh dan hanya fokus pada keluhan itu. Mereka tidak sadar, kunci keluhannya ada di stres tersebut," ujar Mudjaddid.
Dia mengatakan, banyak pasien yang datang dengan keluhan di jantung, ulu hati, mual, diare, nyeri kepala, sakit tenggorok, obesitas, sampai impotensi, ternyata sebenarnya hanya menderita stres.
Mungkin karena stres sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, banyak orang yang tidak menyadari keberadaan stres. Apalagi tanda-tanda yang ditimbulkan stres sangat umum sehingga tidak membuat orang waspada. Misalnya, merasa lelah dan tidak segar pada pagi hari. Atau, merasa kesepian dan tidak diperhatikan orang lain. Orang hanya merasa dia kelelahan karena terlalu sibuk bekerja
TIDAK ada seorang pun yang bisa menghindarkan diri dari stres. Namun, stres bisa dikelola sehingga justru mendatangkan nilai positif bagi seseorang. "Stres tidak boleh dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan dinamika hidup," tegas Mudjaddid.
Adanya dinamika hidup membuat hidup menjadi lebih dinamis, tidak pasif, dan tidak menyerah. Stres bisa menjadi bagian dari permainan dan kegemaran. Maka, hidup tanpa stres berarti kematian, begitu dia menegaskan.
Mudjaddid mencontohkan, pemberian target yang tinggi dari sebuah pekerjaan bisa berdampak berbeda pada setiap orang. Target yang tinggi adalah sebuah stresor, yakni suatu keadaan yang bisa menimbulkan stres. Jika target ini dianggap beban, maka bisa stres. Tetapi jika target dianggap tantangan, maka hidup menjadi lebih menggairahkan. Stres justru menjadi pendorong untuk maju.
Stres merupakan respons tubuh yang tidak spesifik terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahaya. Stres bisa timbul karena masalah perkawinan, keluarga, pekerjaan, hubungan interpersonal, lingkungan hidup, keuangan, hukum, dan sebagainya.
Untuk mengetahui seseorang mengalami stres atau depresi, adalah dengan melakukan pengamatan gejala, baik fisik maupun psikis selama dua minggu. Gejala fisik yang timbul misalnya ingatan berkurang, insomnia, nyeri kepala, nyeri dada, susah buang air besar, lemas, lelah, nyeri otot dan sendi, serta gangguan menstruasi pada perempuan.
Dari 1.000 pasien baru yang datang ke Poliklinik Psikosomatik RSCM tercatat yang memiliki keluhan dispepsia (lambung) sebanyak 35 persen, keluhan kardiovaskuler 24 persen, keluhan otot dan sendi sebanyak 10 persen, dan keluhan fisik lain sebanyak satu sampai lima persen.
Sementara gejala psikis, misalnya sulit berkonsentrasi, hilangnya minat atau rasa senang, sedih, putus asa, perasaan bersalah berlebihan, atau merasa tidak berguna. "Biasanya pasien jarang mengemukakan keluhan psikis ini. Mereka hanya melaporkan keluhan fisik, akibatnya dokter kesulitan menegakkan diagnosa sebagai keluhan stres," ujar Mudjaddid.
Tidak jarang pasien yang sebenarnya memiliki stres akhirnya berpindah-pindah dokter karena keluhan yang tidak kunjung hilang. Obat yang diminum pun jadi berbagai macam dengan dosis yang makin besar.
"Cara yang efektif untuk menanggulangi stres adalah mengerti dan mengenali stres. Dengan upaya dan pemikiran yang positif, stres bisa dikurangi. Bila tidak berhasil mengurangi stres, barulah minta pertolongan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan memadai," jelasnya.
Setelah mengerti dan mengenali stres, carilah jalan untuk menghindari atau mengatasi stres tersebut. Misalnya, lalu lintas yang ramai dan macet merupakan stresor yang sering dialami banyak orang. Untuk menghindari stresor ini, cobalah untuk mengatur waktu yang tepat atau mencari jalan alternatif agar tidak terjebak kemacetan. Jangan menunda pekerjaan karena waktu yang pendek untuk menyelesaikan pekerjaan merupakan stresor yang sangat kuat.
Stres juga bisa dikurangi dengan melakukan relaksasi, menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, berpikir dan berperilaku positif.
"Bijaksana dan tenang dalam menghadapi sebuah persoalan sangat penting. Bersikap lentur, toleran, dan menyesuaikan keadaan juga sangat membantu," tegas Mudjaddid. Kalau sudah begini, stres dapat menjauh dan keluhan fisik pun bakal berkurang.(ARN)
Sumber : www.kompas.com
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)