Seorang dokter, menulis komentar di blog ini. Dia menyatakan akan cerai dengan suaminya yang juga seorang dokter, karena suaminya menderita skizofrenia.
Berikut kutipan komentarnya, serta tanggapan dari seorang pengunjung dan tanggapan saya sendiri :
Dokter XY :
Saya seorang istri yang akan cerai dengan suami saya, karena saya dan dia sama-sama tidak bisa bertahan. Saya tidak bisa bertahan karena suami saya yang seorang dokter di rumah sakit pemerintah mempunyai gejala skizofrenia, adik kandungnya ada yang memang skizofrenia, dan adik kandungnya yang telah meninggal juga penderita depresi berat, dan juga suami saya itu punya saudara sepupu yang skizofrenia dan diceraikan istrinya. Kalau saya, minta dia yang menggugat cerai saya, karena saya takut punya anak yang skizofrenia dan takut suami saya yang sudah sepuluh tahun ini tidak pernah mau ke psikiater/dokter spesialis jiwa, karena tidak menyadari sakitnya, dan cenderung hanya mengandalkan agama untuk menyembuhkan dirinya, yang menurut dia diguna-guna teman seprofesi yang sesama laki-laki. Saya sendiri seorang dokter, saya sudah melaporkan kondisinya ke atasannya. Orang skizofrenia itu memang bisa terlihat normal pada yang tipe paranoid seperti suami saya. Tetapi pada saat tertentu akan muncul pikiran dan pembicaraan atau keluhan yang bizzare. Intelegensianya juga tidak turun. Tipe hebrefrenik seperti adik kandungnya, jadi tolol dan manja serta kaku seperti kanak-kanak. Saya berharap atasannya membantu terapinya ke psikiater, sebab dia masih berkeliaran praktek sebagai dokter dengan kondisi masih gila.
Komentar Anta Samsara :
Adalah tidak sepantasnya jika kita menstigmatisasi orang-orang yang menderita skizofrenia, baik ia adalah seorang dokter ataupun bukan. Seorang penderita skizofrenia membutuhkan pendampingan dari keluarga yang penuh kesabaran. Memang tidak mudah menjadi pendamping seorang penderita. Namun jika bukan orang-orang terdekatnya yang melakukannya, maka siapa lagi? Apa Anda tidak kasihan sebagai istri melihat penderitaan suami yang setiap waktu didera waham bahwa ia diguna-guna?
Saya adalah Anta Samsara, Sekretaris Perhimpunan Jiwa Sehat. Ketua Umum saya (Yeni Rosa Damayanti) punya seorang adik yang sudah sekitar 28 tahun ini menderita skizofrenia paranoid. Ia tetap tidak menyadari sakitnya. Karena ia menolak untuk dibilang bahwa ia menderita penyakit kejiwaan, maka keluarganya mengakalinya agar ia tetap minum obat. Keluarganya memasukkan obat secara sembunyi-sembunyi ke dalam makanannya. Sekarang kondisinya mulai membaik, walaupun keluarganya kerapkali bingung jika ia pergi lebih dari sehari, karena dengan demikian ia tidak minum obat.
Nampaknya masalah ibu memang pelik, karena berkaitan dengan keturunan. Saya hanya mengatakan bahwa bercerai bukanlah keputusan yang terbaik. Tolonglah suami Anda itu. Bebaskanlah ia dari penderitaan. Jika ia berpisah dari Ibu yang dokter dan lebih memahami masalah penyakit, dengan siapa lagi ia akan meraih kesembuhan?
Dokter XY :
Kasus saya sebagai seorang istri dengan suami seorang dokter yang ternyata menderita skizofrenia tidak semudah yang anda bayangkan, karena keluarga suami saya yang justru tidak bisa menerima bahwa suami saya sakit jiwa. Ibunya yang janda dan adik-adiknya berkepribadian buruk. Ibunya gila harta dan adik-adiknya pemalas dan antisosial. Saya terlantar tidak ada rumah dan nafkah lahir batin kalau bukan dari kerja saya sendiri, karena ulah ibu suami saya yang ada indikasi seorang psikopat.
Komentar Tarjum :
Kasus anda sepertinya kebalikan dari yang pernah saya alami dan kebanyakan yang dialami penderita gangguan kejiwaan. Biasanya si penderita yang merasa tidak diperhatikan, merasa tak ada seorangpun yang mengerti derita jiwanya dan harus menanggung beban derita jiwanya sendiri dalam kesepian dan kecemasan.
Tapi, yang anda alami sebaliknya, si penderita merasa tidak sakit dan tak mengakui dirinya sakit. dan anda sendiri sebagai pendampingnya justru memahami apa yang diderita sang suami. Inilah bukti bahwa setigma negatif penyakit jiwa masih kuat, bahkan di kalangan orang-orang yang sangat mengerti dunia medis seperti suami anda.
Tapi saya percaya, perhatian, cinta dan kasih sayang anda pada sang suami pada saatnya akan menyadarkan dia. mungkin perlu waktu untuk memberinya pengertian bahwa dia sebenarnya sakit dan butuh pengobatan. Tak ada orang lain yang lebih memahami dia selain anda, bahkan orang tua dan saudaranya sendiri seperti tak memahami apa yang terjadi pada suami anda.
jangan biarkan dia sendiri menanggung beban derita jiwa yang tak disadarinya, dia membutuhkan anda.
Jika anda sekalian mau memberi komentar atau saran untuk Dokter XY, silakan tulis di kolom komentar di bawah posting ini atau di sini.
Image by : www.sciencedaily.com/.../ 03/080327172352.jpg
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
smua ada batas nya.........
mungkin Ibu sudah sampai pada batas dimana harus mengambil sebuah keputusan. memang perceraian tidak akan menyelesaikan masalah.....tidak bercerai jg bkn penyelesaian....malah mungkin akan menumpuk masalah sprti boom wktu yg siap meledak kpn saja....oh ya ibu (Dokter XY) boleh saya minta email nya.....mungkin kita bisa ngobrol lebih jauh lagi....hub email gw duta_souvenir@yahoo.com
Bagi anda yang butuh keturunan silakan datang menemui ibu aminah di desa nangrhoe timu kec. Ulim kab. Pidie jaya Aceh, no. Hp. 085296108536. ( Perlu di ingat: anda harus datang dengan suami anda). Buktikan sendiri, Insyaa Allah Impian anda akan tercapai dengan tingkat keberhasilan diatas 90 persen.
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)