Oleh : Muhammad Rafi
Jiwa dan semangat gotong royong telah mengakar kuat di bumi pertiwi ini, beberapa tahun silam jika ada warga yang ingin melakukan hajatan atau acara keselamatan tanpa di undang pun warga tersebut akan datang berbondong- bondong membantu si empunya acara. bantuan di berikan dengan tulus, ada yang membantu dengan menyediakan dana (uang), bahan-bahan makanan, sampai menyumbangkan tenaga.
Inilah ciri khas dari bangsa Indonesia secara turun-temurun berlaku. Namun di tengah dahsyatnya gempuran tekhnologi serta mmeningkatnya status social seseorang di masyarakat membuat nilai-nilai luhur yang telah terpola lama ini mulai bergeser menuju kehidupan individualis.pola “loe-loe” Gue-Gue “ semakin hari semakin tertanam kuat di masyarakat perkotaan dan kini mulai mewabah hingga kepedesaan.
Kemajuan Tekhnologi
Pantaskah kemajuan tekhnologi menjadi penyebab dari semua ini..? jawabannya berpulang pada diri kita sendiri, sejauh mana kita menempatkan teknologi bagi kehidupan kita. Kemajuan tekhnologi tidak seharusnya menjadi alasan bagi kita untuk tidak mau berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat.
Tekhnologi di ciptakan untuk mempermudah urusan manusia bukan malah mengkotak-kotakan manusia.memang tak di bisa di pungkiri terkadang tekhnologi membuat sebagin kita lupa bahwa kita punya orang-orang yang perlu di perhatikan. Tak jarang kita hanya berkomunikasi melalui HP di saat kita punya banyak waktu luang untuk bertemu dan bertatap muka secara langsung dengan saudara-saudara kita atau tetangga di sekeliling rumah kita.
Di tambah lagi dengan demam Face book, friendster, internet dsbnya.semakin jarang saja kita untuk saling kunjung mengunjungi dan menyapa secara hangat. perlu di ingat walaupun tekhnologi juga bisa di gunakan sebagai alat komunikasi dengan saudara atau karib kerabat tidak lah mampu menggantikan kehangatan pertemuan secara langsung.
Dengan kita bertatap secara langsung dengan sudara kita atau teman kita maka suasana yang terbangun demikian erat dan hangat.ikatan emosional akan lebih terasa kuat dan mengenatl bila di bandingkan dengan media lain. Tekhnologi seperti HP hanyalah di gunakan sebagai sambilan bila kondisi kita tidak memungkinkan untuk bertemu dan bertatap muka secara langsung.
Karena manusia menurut Aristoteles adalah makhluk social.saling membutuhkan satu dengan yang lain, manusia satu dengan yang lainnya ibarat mata rantai yang saling terikat.
Marilah kita saling mengunjungi dan menyapa secara hangat saudara-saudara kita yang selama ini hampir terlupakan dalam pergaulan kita sehari-hari.jangan sampai kita membeda-bedakan status social seseorang baik itu sikaya, si miskin, tukang becak, petani, gelandangan, anak-anak jalanan, mereka semua adalah saudara kita. Sapalah dengan senyuman hangat dan tulus niscaya hari-hari yang kita lalui sangat menyenangkan dan membahagiakan ketimbang memalingkan muka karena keangkuhan.
Baju kesombongan dan kemahabesaran tak pantas di pakai oleh manusia manapun di dunia ini, karena di atas manusia dan jagat raya ini masih ada yang maha tinggi kekuasaannya yakni Tuhan Yang Maha Esa ( Allah Swt ).
Image by : www.kabarindonesia.com/ foto.php?jd=Gotong+Roy
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)