Oleh : Muhamad Rafi
Ketika saya menaiki Bus Kota menuju Gramedia di sore hari nan redup, saya melihat di sepanjang sudut jalan dan jembatan penyebrangan banyak orang-orang yang tidak mampu melakukan aksi meminta-minta kepada setiap pengunjung yang lewat. Demi mencari sesuap nasi, mereka rela di panggang terik mentari yang menyengat kulit, bahkan sangat banyak ibu-ibu paruh baya sambil menggendong anaknya menyebrangi jalan, tanpa merasa khawatir dengan keselamatan jiwa mereka sendiri, mengetuk jendela mobil mewah yang lalu lalang sambil mengulurkan tangan sang anak.
Terkadang terselip juga kisah lucu dan unik, seperti aksi seorang pengemis yang segaja memakai pakaian lusuh, wajah di olesi debu agar kelihatan sangat miskin di depan kaum berduit sehinga bisa mengetuk hati para kaum elit yang lalu lalang di jalan-dan pusat-pusat keramaian, padahal di balik pakaian lusuh tersebut rata-rata mereka ini masih segar bugar dan sehat, serta kebanyakan masih muda belia.
Berbagai alasan yang mereka kemukakan ketika aksi mereka ini tercium oleh aparat kemanan, seperti si badu ( nama samaran ) yang berasalan karena sulit mencari pekerjaan, karena tidak punya ijazah yang memadai, sampai malas mencari kerja, sehingga jalan pintas mereka lakukan.
Yang paling menyedihkan ketika saya melihat seorang ibu yang tidur di emperan toko di sudut jalan raya, sambil membawa sang anak yang masih balita. Tangan sang ibu seperti tak pernah lelah menjulurkan tangannya pada setiap orang yang lalu lalang di hadapnnya. Walaupun hanya cercaan dan hinaan yang mereka terima namun tidak membuat senyum sang ibu paruh baya tersebut hilang dari kedua bibirnya yang membiru,
Mungkin bagi kita yang tinggal dan hidup di kota-kota besar pemandangan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam keseharian kita, tapi kita jarang sekali mengambil pelajaran dari mereka-meraka ini,
Mungkin bagi kita kaum yang berduit, dalam soal pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, tidak menemui kendala yang begitu berarti, namun tidak halnya bagi para pengemis, terkadang tak jarang makanan di rumah kita banyak yang terbuang dan membusuk di tempat-tempat sampah, kita sering kelebihan makanan, kita bisa membeli makanan apa saja yang kita mau dan sukai, tapi bagi saudara-saudara kita yang hidup di jalan-jalan raya, di bawah kolong jembatan, di pingir-pinggir sungai yang kumuh. Mesti berpikir sangat keras apa yang akan mereka makan esok hari, di mana mereka mesti mencari sesuap nasi untuk menguatkan tubuh mereka agar bisa sedikit bertenaga. Bahkan sangat sering kita lihat di depan mata kepala kita sendiri para pengemis yang mengais-ngais sisa-sisa makanan dari restoran yang kita makan untuk sekedar mencari apa yang layak di makan, Mereka ini nyata ada di sekeliling kita.
Saya ingin mengetuk hati saudara-saudara semua, mulailah sekarang kita hidup berbagi dengan orang yang tidak mampu, jangan mencari-cari alasan dan alat pembenaran untuk tidak mau berbagi dengan mereka. Seperti mereka ini malas, atau mereka ini tidak mau berusaha, mereka ini akan manja jika di beri bantuan, itu hanyalah alasan yang sulit di terima dan terkesan egois yang hanya berkaca dari satu sudut pandang kita saja.
Hidup akan sangat berarti jika kita bisa dan mau berbagi dengan orang yang membutuhkan.
Image by : dhedia.wordpress.com/2009/03/
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)