Oleh : Rudhy Suksmawan Hardhiko
Bacalah dengan ‘mata hatimu’
Bismillaahirrahmaanirrahiim..izinkanlah saya, untuk menceritakan kisah saya ini.
Sudah menjadi rutinitas Senin pagi..ba’da solat shubuh, saya bersiap-siap untuk bergegas ke Subang, tempat saya bekerja. Berangkatlah saya bersama Jupiter MX, pagi tadi pukul 05.40 wib, dari rumah kakak di Pamitran Bandung..rada telat dikit memang yang biasanya saya jam 5.30 udah berangkat. Tapi tak masalah karena jalan pagi tadi cukup lancar dan saya masih bisa masuk kerja tepat waktu di RS. Perjalanan menuju Subang kira-kira 1,5 jam…pemandangan Lembang-Ciater-Subang..sungguh indah, membuat segar pikiran sebelum memulai aktivitas di Senin yang padat.
Siang itu…
Udara diluar sangat panas. Sudah menjadi hal yang biasa, setiap Senin pasien banyak yang dating. Selepas jam kerja di RS,saya pun beranjak menuju kantor karena ada meeting. Tak biasanya, siang tadi saya ga nafsu makan , hanya makan mie baso.
Perjalanan menuju kantor perlu 8 menitan (speed: nyantei) jika pake motor. Rute yang saya ambil pun adalah rute melewati kota (pujasera-palabuhan-kertawigenda)..di ketawigenda inilah kantor saya.
Jalan Palabuan-Kertawigenda… Memang jalan itu bukan jalan raya..hanya jalan dua arah yang cukup sempit, tapi ramai dengan warga dan pengguna jalan yang berseliweran. Saya pun tak pernah ngebut jika melewati jalan ini.. hanya sekitar 30 km/jam ..karena sadar jalan itu ramai….
Pukul 14.15 wib,di sekitar perempatan (Palabuan-Kertawigenda) dekat kantor,tiba-tiba saya mengerem mendadak dan brugggkk… seorang anak lelaki kecil berusia sekitar 6 tahun, berlari menyebrang jalan secara tiba-tiba dan menghantam MX saya. Sungguh kaget luar biasa…karena anak kecil itu jatuh tersungkur saya tabrak…
Tangisan anak itu pun pecah ketika terjatuh dan semua warga pun menatapnya, menatap saya…dan saya segera menolong anak itu setelah MX saya pinggirkan dari tengah jalan…Hati kecil saya tak tega melihat anak seusia itu menangis kesakitan, karena kaki berdarah…anak siapakah gerangan..wah, sungguh khawatirlah saya jika anak itu terluka parah. Kebetulan anak kecil itu bersama kakaknya, perempuan, sekitar 3 tahun lebih dari umur adiknya. Keduanya memang akan menuju Tempat Pendidikan Al quran (TPA)..tak jauh dari TKP.
Setelah saya periksa dan yakin hanya luka kecil di kaki…kedua bocah ini saya antar pulang ke rumahnya… awalnya akan saya antar pakai MX, tapi biar nyaman kaki anak itu, diantarlah dengan becak (untung ada tukang beca yang juga ikut nolongin bocah itu tadi). Sepanjang perjalanan ke rumahnya..dia pun terus menangis kesakitan…darah tak banyak keluar tapi bisa saya rasakan betapa perihnya kaki itu…saya pun sudah siap andaikan orang tua bocah itu marah atau ga terima atas penjelasan saya, karena bocah itu lah yang lari tiba-tiba ketika saya melintas.
Sesampai di rumahnya, bocah itu masih menangis kesakitan…di rumah yang sangat sederhana, keluarlah seorang ibu beumur sekitar 40 tahunan…tak kusangka..dia sangat baik menyambut saya, tak marah, tak kesal ataupun emosi…malahan anaknya yang disalahkan.
Sedikit lega..karena ibunya pun sangat baik…anak itu pun dibaringkan di ruang tamu beralaskan tikar…tangisan masih ada..saya makin tak tega ketika bocah itu tergolek kesakitan…apalagi saya harus ikut memegang bocah itu ketika meronta-ronta, berontak, diobati di bagian kakinya..karena saya bisa rasakan betapa sakit dan perihnya…
Perbincangan hangat dengan ibunya pun dimulai. Bocah kecil itu masih terisak-isak..mungkin masih tersisa rasa perihnya..ternyata ibunya seorang tukang urut, 7 anak, dengan suami seorang penjual tukang es keliling. Waktu itu, mata hati saya sangat tersentuh…walaupun ego saya mengatakan tidak bersalah, tapi saya merasa bersalah karena anak itu telah terluka karena saya. Bersyukur..karena anak itu hanya luka lecet di jari-jari kakinya.
Semakin tersentuh saya ketika anak kecil itu terdiam dengan tatapan matanya yang masih basah air mata mengarah pada saya…kubalas dengan senyuman padanya..saya elus kepalanya..terasa agak panas..mungkin karena kaget tadi…Sungguh, hati saya merasakan bocah itu seperti anak saya sendiri..tatapannya seperti mengatakan: “ayah tidak bersalah..tapi aku yang bersalah”…saya pun mengusap kepalanya sambil mendoakan dalam hati agar segera sembuh…tak ingin rasanya saya segera beranjak dari tempat itu…Saya pun baru beranjak pergi setelah anak itu tak meronta kesakitan lagi… tak ada keluhan sakit selain di kakinya yang berdarah…mudah-mudahan tak ada bagian lain yang sakit atau luka. Entah benar atau tidak..apakah ini yang dinamakan naluri kebapakan…yang belum pernah saya rasakan sebelumnya..entahlah
Ibunya…sangat berterima kasih dan minta maaf ke saya..begitu juga saya…sungguh kekeluargaan yang muncul…tak ada emosi atau amarah…terimakasih Ya Allah..kebahagiaan dan hikmah yang tak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata..Engkau berikan pelajaran kepada hamba hari ini…
Prasetyo..mudah2an lekas embuh ya..maafin mas rudhy…yang rajin belajarnya…lain kali hati-hati kalau mau nyebrang jalan:D….salam untuk bapak, tadi tak sempat ketemu…mudah-mudahan es nya laris ya…
Untuk ibunya Prasetyo…mudah2an lancar mudik ke Klaten nya…
Terima kasih alfamart..untung deket dengan rumahnya Prasetyo..saya pun tak repot jauh2 membeli makanan untuk anak itu…
15.30 saya bergegas ke kantor…meeting dimulai dan berakhir 17.30 wib…
Kisah inspiratif ini saya kutif dari blog sahabat, Rudhy.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
haturnuhun kang udah di post tulisan ini..mudah2an berhikmah bagi teman2 semua..
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)