BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Surat yang akan Kubacakan Untukmu Delapan Belas Tahun dari Sekarang, B

    

lomba menulis curhatkita

Pengalaman Pribadi

Oleh : Mr. X

Aku tahu, ini mungkin sudah tidak akan ada gunanya lagi. Tapi meski sebentar, mungkin nanti kau masih bisa menyempatkan diri menengok kami dan sekedar mendengarkan ketika nanti kubaca di tempat kita semua janji bertemu. Kuingatkan kau sekarang, kalau kita semua, ada janji bertemu delapan belas tahun dari sekarang di depan bangunan-segi-lima yang menjadi awal sejarah kita semua. Aku berani jamin, bahkan dengan taruhan yang waktu itu sempat kau elakkan dengan alasan sudah mendekati akhir bulan itu pun, bahwa kami semua akan datang ke sana, di tempat kita semua janji bertemu.

Sudah sejak lama, ketika kita semua masih di awal saat lima-belas itu baru berkenalan, aku mendaftarkan diri sebagai salah satu yang iri akan kebaikannmu. Kedatanganmu yang terlambat saat pertama kali sampai di graha, membangunkan kami yang terlalu capek dengan perjalanan seharian, dengan suara koper yang tertahan. Dan kau meminta maaf sampai membungkuk-bungkuk padahal kita belum berkenalan sama sekali. Kita yang sama-sama asing hanya bertukar senyum ketika kau menawarkan nasi bungkus bekalmu yang kau makan di atas kasur. Tanganmu terulur dan kita berdua resmi berkenalan. Menggelikan dan sama sekali bukan kesan pertama yang pantas di ingat. Aku tidak terlalu ambil pusing waktu itu, karena kita semua masih berstatus sebagai saingan.

Tahun pertama lewat begitu saja tanpa yang berarti tentangmu. Hanya ketika tahun kedua, aku benar-benar bisa mengenalmu. Dengan alasan sebagai mata-mata, kita berdua yang ditumbalkan untuk bisa meluangkan waktu setiap selasa malam, berpura-pura belajar bersama sepuluh mereka yang lain di ruang keramat itu. Satu hal yang kuingat, saat ada drama terpaksa yang tentu saja bukan bakatku, kau dan pasanganmu menjadi yang paling seru. Aku sampai mengeluarkan air mata saat itu, karena sadar bahwa kau ternyata juga bisa segila waktu itu. Inilah juga yang membuatku berpikir ulang tentang komunitasmu itu. Ternyata ada kau, dia dan beberapa dia yang tidak terlalu eksklusif. Aku salut.

Kegilaanmu itu juga lah yang setiap pagi pasti membuat aku dan teman kamarku menambah daftar dosa yang harus di hapus sebelum cuti lebaran. Kebiasaanmu dengan tiga orang di depan kamarmu itu untuk saling memaki dan menutupnya dengan ledakan tawa yang dahsyat, mau tak mau memancing kami yang lain untuk berkomentar. Dan biasanya, pagi kita yang luar biasa itu berakhir dengan teriakan keramat yang sama-sama membekas di hati kita semua. Teriakan dari beliau-yang-namanya-tak-boleh-disebut, yang pernah meluluhlantakkan pintu lemari tiga kamar di sebelahku setelah sehari sebelumnya secara tidak sengaja kami aklamasikan sebagai bapak angkatmu. Dasar wakil pengasuh.

Ketika menginjak tahun kedua saat kita sedang berada pada level seorang berdasi strip dua yang paling sombong, satu masalah membuat kita bertiga puluh tiba-tiba sepakat mengumpulkan diri. Dan sepanjang konferensi melingkar itu, aku banyak belajar dari caramu membuat kami bungkam, berpikir dan mencerna sekian rentet bercandaan yang aku pikir lebih menohok kami daripada sekedar nasehat. Sampai malam itu berakhir, kami semua, termasuk aku, memendam pekerjaan rumah masing-masing akan arti sebuah komitmen, bukan hanya demi diri ku sendiri, tapi demi nasib ke dua puluh sembilan yang lain. Pagi hari berikutnya, mungkin hanya komitmen sederhana agar kita semua tidak menjadi pasukan hijau yang mencolok dan memancing semua mulut untuk berkomentar. Namun sekarang, aku sudah meluaskan ajaranmu malam itu tentang bertanggung jawab akan sebuah komitmen, bukan hanya untuk segelintir orang yang kita sidang malam itu, tapi juga untuk dua-ratus-sembilan-puluh-sekian yang menemani kita menyelesaikan push-up dan setengah-kombinasi sebanyak lima belas kali dengan jas kebanggaan kita itu.

Kau dan komunitasmu itu juga yang mengajarkan kami cara meluruskan tangan yang benar, membengkokkannya dengan sudut tertentu, membanting badan yang bisa kalian lakukan dengan diiringi wow-keren-kok-bisa-ya dari junior dan serangkaian ritual yang bagiku sangat melelahkan itu. Masih ada gaung suaramu yang bercampur dengan yang lain ketika kalian bergantian menjadi komandan di depan, sementara kami dengan sesekali bercanda mengekor di belakang. Dan di momen-momen akhir tiga tahun yang luar biasa itu pun, kita ternyata masih belum terlalu sering belajar satu sama lain. Hanya keisenganmu yang sering melintas koridor, untuk mencari komik atau sekedar laptop yang sedang menyala dan ikut menonton film, yang membuat kita bisa sesekali bertukar salam. Selebihnya, aku lebih banyak menguping dari irisan mereka yang sama-sama dekat dengan kita berdua akan semua tingkahmu, yang untuk ke sekian kalinya, meyakinkan aku bahwa menjadi seorang yang idealis bukan berarti mengorbankan kebebasan kita untuk membandel.

Dan sampai lima-belas kita itu tiba di boulevard untuk acar pelepasan alumni, aku masih merasa belum cukup belajar darimu, dan dari teman-teman kita yang lain. Pagi yang kita tangisi itu menjadi saat terakhir kita bertemu.

Delapan belas bulan kita berpencar, sekarang aku hanya bisa berbagi tawa dan kagum ketika aku membaca sekian testimonial yang ada di wall-mu. Dengan situs jejaring sosial itu, aku dan semua yang pernah kau hutangi sebuah atau sekian buah perbuatan baikmu, bisa berbagi denganmu. Aku jamin, kau pasti kaget seberapa banyak notifications yang akan kamu temui, seandainya kamu sempat log in lagi. Itu bukti bahwa semua orang menyayangi kamu.
Kami semua kagum denganmu.

Bagiku, ini tidak perlu dibuktikan, karena aku memang kagum denganmu. Kagum ini memuncak, ketika dua minggu yang kau habiskan untuk melawan selang-selang dan gaung mesin-mesin aneh di sekitarmu itu, tidak cukup untuk meredam senyum dan sinar matamu. Untuk mereka yang masih butuh bukti, semua orang yang hadir mengiringimu pergi kemarin pasti sudah lebih dari cukup. Perjuanganmu selama ini untuk menghadiahi mereka yang ingin ngobrol denganmu dengan mata yang penuh kegembiraan itu sudah sangat cukup. Senyum yang masih saja sempat kau sunggingkan untuk kami sebelum bumi mengantarmu, meyakinkan kami semua bahwa ini memang yang terbaik untukmu. Betapa sekarang aku sadar, bahwa memang ada orang-orang yang akan ditangisi kepergiannya oleh orang banyak, bukan hanya oleh orang-orang di sekitarnya tetapi semua orang yang bahkan sekedar mendapatkan kehormatan untuk berkenalan dengan mereka. Dan aku pikir, kau salah satunya.

Selamat jalan, B.

Mr. X
Atas permintaan penulis identitas tidak dicantumkan



logo sivalintar/>



Bookmark and Promote!



Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.

Komentar :

ada 16 komentar ke “Surat yang akan Kubacakan Untukmu Delapan Belas Tahun dari Sekarang, B”
yak on Kamis, 30 Juli 2009 pukul 20.15.00 WIB mengatakan...

postingan pertama yg bener2 ane baca, berkesan dan bisa ngebayanginnya..

yak on Kamis, 30 Juli 2009 pukul 21.00.00 WIB mengatakan...

favorit ane banget!!

yak on Jumat, 31 Juli 2009 pukul 14.10.00 WIB mengatakan...

bagus sangaaatt..
gatau harus ngomong apa, bener2 nyentuh batin..

Tarjum on Jumat, 31 Juli 2009 pukul 15.20.00 WIB mengatakan...

@yak, apakah anda menjadi bagian dari tulisan ini? atau anda kenal orang yang menulis curhat ini?

yak on Jumat, 31 Juli 2009 pukul 16.59.00 WIB mengatakan...

ane bukan siapa-siapa, kenal juga nggak, cuma kebetulan baca...
tapi, ya itu, ane bisa ngebayanginnya, ceritanya asli keren banget...!!!!!
mancing emosi nih bacanya (bukan amarah)...

Firyan on Jumat, 31 Juli 2009 pukul 17.51.00 WIB mengatakan...

hehehe... emang klo kayak gini kerasa ada 'semangat' akan persaudaraan atau persahabatan...

menggambarkan seseorang yang spesial, istimewa dan gak ada duanya...

tiap orang sepertinya merasa pernah bertemu atau saat ini sedang menemukan teman yang tingkahnya, sifatnya, idealismenya atau hal lainnya istimewa

dan orang ini mantep mengungkapkannya...

(kok kayak jadi sok tau ya... ohya @YAK: semangat ente gak bisa ditahan ya makanya nulis kayak gitu?)

yak on Jumat, 31 Juli 2009 pukul 19.43.00 WIB mengatakan...

@firyan: weewh, trims ya sob! aslinya ane gatau apa yang mancing emosi ane. cuma ngerasa kalo surat ini emosional banget..
skarang ane tau apa itu : kekaguman, penghormatan, kehilangan, betapa orang yang hebat itu ga akan hidup percuma, tapi berguna.

Anonim mengatakan...

Emang kehilangan seseorang yg disayang it sedih, dia bukan teman,tpi dah menjadi keluarga, tpi smoga kau tenang d sana b,
-Soundmanxv-

Anonim mengatakan...

semoga semangat Bang B dapat menukar kepada kita semua... ^^

ss mengatakan...

Waooo..
bahasanya...pilihan katanya...cerdas, tidak biasa. Kesukaannya pd anak kalimat,pd tingkat tertentu ngingatkan aku pd tulisan Rm Mangun.
Kusarankan mulai menulis yang lain.

Ceritanya...fiu..menyentuh...nice story.

Anonim mengatakan...

xoxo xv.....


touching......
b... kamu tetap ada di hati kami.....
selamanya....

niken mengatakan...

Nice story, bahkan untuk sy yg baru 1 bulan mengenal Mr. B merasakan "aura sayang Mr B" ...smg Tuhan memuliakan Mr. B di Surga....amien

yak on Selasa, 04 Agustus 2009 pukul 19.30.00 WIB mengatakan...

taukah kau Om B???
Dirimu orang keren dan hebaaat!!!!
Mr. X, Anda juga hebaaat dan keren!!!
Surat yang bukan sekedar surat nih....

Anonim mengatakan...

Braven?

Anonim mengatakan...

B...
kamu kan selalu berada di hati kami
selalu... selamanya...

Anonim mengatakan...

hiks

Posting Komentar

Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)

Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial