Melukis dan Membuat Patung dalam fase Mania
Oleh : Tarjum
Selama beberapa tahun lamanya aku harus bergumul dengan Manik Depresif (Gangguan Bipolar). Suasana hatiku berubah-ubah dari satu fase ke fase lain. Bolak-balik antara kutub mania dan kutub depresi. Saat depresi aku merasa tertekan dan kesedihan mendalam tanpa alasan yang jelas. Sebaliknya saat mania (manik) aku merasakan suasana hati yang meluap-luap, ceria, penuh energi dan semangat tinggi, seakan aku bisa melakukan apa saja. Waktu itu aku menganggap fase mania yang penuh energi dan semangat merupakan suasana hati yang normal.
Saat fase mania inilah aku bisa melakukan banyak hal termasuk mencoba beberapa metode terapi yang aku pelajari dari buku dan bacaan lainnya. Aku bisa melakukan aktivitas di sekolah maupun di rumah dengan baik seperti layaknnya orang normal secara psikis.
Sejak kecil sampai setelah lulus SMA aku punya hobi menggambar dan melukis. Saat berada dalam fase mania itulah biasanya aku suka menyalurkan hobiku, melukis dan membuat patung. Dan memang dalam suasana hati dan energi yang meluap itulah aku bisa membuat lukisan atau patung yang cukup bagus (menurut penilaianku tentu saja). Aku bisa duduk berjam-jam dengan penuh konsentrasi tanpa merasa lelah saat melukis atau membuat patung. Lukisan yang aku buat biasanya lukisan wajah atau tema-tema naturalis. Untuk menyelesaikan satu lukisan aku butuh waktu antara 3 sampai 7 hari. Beberapa lukisan karyaku sampai sekarang masih terpajang di rumahku dan rumah-rumah saudaraku.
Sedangkan patung yang kumaksud adalah patung berberntuk kera yang sedang duduk dengan tangan dan kaki terlipat. Patung ini aku buat dari buah kelapa kering tanpa isi (buah kelapa dengan batok kecil seukuran kepalan tangan anak kecil). Jadi sabutnya tebal dan mudah dibentuk. Tak banyak kelapa yang seperti ini. Kalau gak mungut di bawah pohonnya, biasanya aku memetik sendiri dari pohonnya jika kebetulan ada buah kelapa seperti itu. Ide membuat patung dari buah kelapa ini aku dapat ketika melihat pameran kerajinan di kota kabupaten. Alat yang aku gunakan hanya sebuah pisau lipat kecil dan garpu yang dimodifikasi untuk membuat efek bulu kera pada sabut kelapa.
Sambil menggembala domba biasanya selain membawa buku, radio dan cucian aku juga membawa bahan dan peralatan untuk membuat patung kera. Satu buah patung kera bisa aku selesaikan dalam 2 hari. Ada kepuasan batin, kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri saat atau sesudah selesai membuat patung atau sebuah lukisan. Kepuasan batin, kebanggaan dan kebahagiaan inilah yang mungkin menjadi salah satu obat mujarab untuk penyembuhan derita jiwaku.
Tapi, jika fase depresi sudah datang, jangankan membuat patung atau lukisan yang bagus, berpikir saja aku seperti tak bisa. Pikiranku kacau dan tak bisa kukendalikan. Pikiran dan perasaanku seperti beku. Jari-jemariku seperti kaku, tak mampu kugerakan bahkan untuk sekedar membuat goresan-goresan kuas di atas kertas. Yang ingin aku lakukan hanya berdiam diri atau berbaring di atas tempat tidur. Berharap waktu berhenti dan hari-hari tak pernah berlalu sampai masa depresiku berakhir. Aku hanya bisa menunggu dan menunggu fase depresi berakhir sampai fase mania yang penuh semangat dan gairah datang menghampiri. Saat mania itulah aku bisa merasakan gairah kehidupan, walaupun sebenarnya itu juga semu.
Teman-teman, adakah diantara anda yang punya pengalaman batin yang inspiratif, menyentuh atau menggugah? Silakan kirim ke blog ini.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)