Curhat Seorang Pria Penderita Bipolar (Manik Depresif)
Mr. X, seorang pria yang sudah menikah, curhat via email pada tanggal 14 Oktober 2009. Dia bercerita tentang derita jiwa (gangguan bipolar) yang telah menyiksa dan nyaris menghancurkan hidupnya selama 16 tahun sampai sekarang. Berikut curhatnya.
Saya ingin berbagi, saya adalah pengidap Bipolar (Manik Depresif) yang sudah hidup tersiksa selama 16 tahun (1993 - sekarang) dengan penyakit ini. Yang paling parah, pada saat saya dalam fase depresi saya bisa mengurung diri dalam satu ruangan dan tidak mau/malu (takut) ketemu orang selama berbulan-bulan. Dan hal inilah yang menghancurkan dan menyiksa hidup saya sampai sekarang. Kuliah saya hancur (2 perguruan tinggi), karir kerja saya yang gemilang (karena pada fase mania) juga hancur.
Saya merantau di Jakarta dari kampung halaman sejak tahun 2000. Sejak saya di Jakarta, penyakit ini (pada fase depresi) sudah menghancurkan hidup saya dan karir kerja saya berkali-kali (5 kali, saya sempat menyembunyikan diri di Medan tahun 2002, Cilegon tahun 2003 dan 2005). Yang paling parah saat ini, kehidupan saya dengan seorang istri (nikah tahun 2006, belum dikaruniai anak) dalam proses kehancuran. Tiga bulan lalu (Juli 2009) saya dipecat dari kantor tempat bekerja dengan posisi akhir lumayan : Project Manager. Saat itu saya sudah dalam fase depresi setelah melewati fase mania (mendapatkan project prestisius di awal tahun 2009), jarang masuk kantor karena hanya bisa terbaring lunglai di tempat tidur dari pagi sampai malam hari, selama-lama berhari-hari. Istri saya sampai bingung dan menangis melihat kondisi saya. Saya juga telah berusaha berobat ke psikiater di Jalan Casablanca dan di Rumah Sakit Grogol, Jakarta, tetapi tidak membantu karena saya hanya datang sekali untuk ambil obat.
Saat ini saya dalam keadaan Depresi berat, tidak ada pekerjaan dan ditinggalkan istri yang pulang ke kampung sejak Agustus 2009. Hari ini saya baru keluar dari kontrakkan setelah kembali mengurung diri di kontrakan dari tanggal 28 September 2009 (17 Hari). Oh Tuhan betapa tersiksanya diri hamba ini.. Depresi datang pada saat saya memiliki tanggung jawab seorang istri.
Niat bunuh diri sudah mulai muncul lagi, dan ini lebih berat saya lawan, karena saya sudah capek, lelah, tersiksa, perih, pedih dan sangat trauma oleh depresi yang sudah berulang kali saya alami ini.
Haruskah Saya mengakhiri semua siksaan ini dengan Bunuh Diri ?
Haruskah saya meninggalkan istri saya, ibu saya di kampung dan keluarga-keluarga lain yang saya cintai dengan cara tragis seperti ini?
Tolong saya, ...............saya tidak kuat lagi..............
Balasan saya via email pada tanggal 14 Oktober 2009
Mr. X, betapa berat derita jiwa yang anda alami. Sepertinya lebih berat dari yang saya alami. Tapi seberat apa pun derita anda, bunuh diri bukan jalan terbaik. jika itu yang anda lakukan berarti anda menyerah! jangan pernah menyerah sobat!
Saya mengalami apa yang anda alami, saya juga pernah ingin bunuh diri.
Satu hal yang menghalangi, TUHAN! Dia tak membolehkan kita melakukan itu.
Saya percaya apa yang terjadi pada saya waktu itu adalah atas kehendaknya, saya hanya tidak tahu apa sebenarnya kehendak-Nya pada saya. Apa yang terjadi bukan nasib buruk atau kutukan, tapi sebuah ujian agar kita menjadi pribadi yang kuat. Yakinlah sobat!
Tuhan tahu batas kemampuan kita. cuma kadang kita menganggap diri terlalu lemah, padahal sebenarnya kita lebih kuat.Buktinya sampai saat ini, setelah 16 tahun dalam belenggu bipolar anda masih bisa bertahan! Benar kan?
Petarung tangguh yang jadi pemenang bukan yang lebih hebat, tapi yang mampu bertahan lebih lama.
Penambang emas yang gagal tak menyadari hanya butuh beberapa meter lagi menggali untuk menemukan butir-butir batu berharga, tapi dia menyerah dan tak mendapat apa-apa.
Sekedar saran coba anda buka halaman blog saya ini,
http://curhatkita.blogspot.com/2009/10/membantu-orang-lain-berarti-membantu.html
lalu baca beberapa tulisan termasuk beberapa terapi yang pernah saya jalani, semoga bisa membantu.
Sekian dulu sobat, JANGAN PERNAH MENYERAH!
Jawaban Mr. X, via email tanggal 20 Oktober 2009
Yth, Mas Tarjum,
Maaf baru balas, saya baru keluar lagi dari kontrakkan.
Saya mengucapkan terima kasih atas simpati, nasehat dan infonya. Mengenai isi email saya ini yang akan diteruskan kepada teman-teman aktivis keswa (kesehatan jiwa) dan psikolog/psikiater, saya mengizinkan.
O, ya, Mas Tarjum, sekali lagi terima kasih atas emailnya, hal ini membuat saya merasa tidak sendiri. Setelah membaca email Mas Tarjum, muncul benih-benih harapan agar saya bisa melewati masa-masa depresi (dari penyakit Bipolar) ini dengan baik dan selamat.
Sekarang saya masih dalam keadaan depresi berat, tetapi saya akan berusaha agar tidak menyerah dengan melakukan bunuh diri.. Demi Istri saya, demi Ibu saya di kampung dan keluarga-keluarga saya yang tercinta..
Salam hangat,
Mr. X
Teman-teman sekalian, jika anda berkenan memberi saran, masukan atau dukungan untuk Mr.X, silakan tulis di kolom komentar atau kirim via email sivalintar@yahoo.com.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Yth. Mr. X yang lagi depresi,
Memang sangat berat mengalami perubahan yang drastis berkali-kali dalam hidup Anda (up and down) akibat Gangguan Bipolar. Karena ini adalah penyakit (jiwa), maka solusi yang terbaik adalah berobat. Pengobatan yang baik akan membuat mood anda lebih stabil, tidak meningkat jauh (mania) atau turun curam (depresi). Kegagalan pengobatan yang terjadi kemungkinan besar karena Anda hanya berobat sesekali saja, padahal obat untuk Gangguan Bipolar haruslah diminum dengan teratur dalam jangka waktu yang panjang. Proses ini membutuhkan kerja sama dan komunikasi yang baik antara Anda dengan dokter Anda. Saya tidak tahu alasan Anda hanya datang sekali saja untuk mengambil obat, tetapi seyogyanya apabila ada kendala dalam proses pengobatan sebaiknya dibicarakan dengan dokter Anda.
Kemungkinan berhasilnya pengobatan Gangguan Bipolar cukup besar, kuncinya adalah menemukan dokter yang cocok yang bisa membantu Anda menemukan obat yang pas (jenis dan takarannya).
Saya harap Anda tidak berputus asa dan mengambil keputusan-keputusan yang sifatnya fatalistik, karena kondisi Anda yang depresi berisiko untuk itu.
Semoga Anda cepat pulih dari keadaan ini dan menemukan jalan untuk mengobati penyakit anda.
Salam,
AM
Makasih sarannya Mr.AM, saran anda akan sangat membantu Mr. X, memilih jalan terbaik untuk pengobatan jiwanya. Saran anda susah saya sampaikan via email kepada Mr. X.
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)