BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Setelah 14 tahun Menikah, Baru Tahu Suami Menderita Skizofrenia

    

YN (nama samaran) seorang ibu curhat via email, menceritakan kehidupan rumah tangganya. Dia mengaku baru mengetahui bahwa suaminya menderita skizofrenia setelah 14 tahun menikah. Bukan hanya itu, dia kerap mendapat perlakuan yang kurang simpatik dari mertua dan suaminya sendiri. Berikut curhat lengkapnya :


Mas Tarjum, salam kenal....

Makasih sudah dikirim e-booknya, sudah saya baca dan sangat berkesan.
Sebulan ini saya memang sedang mencoba mencari tahu tentang Skizofrenia, saya juga sudah menghubungi Mas Anta Samsara (Pengurus Perhimpunan Jiwa Sehat-Admin), dan saya juga sudah membaca hampir semua artikel tentang skizofrenia. Saya juga sudah mendaftar di milis skizofrenia yang dikelola oleh Anta. Saya sangat senang sekali, menemukan teman-teman yang penuh semangat dalam menyembuhkan sakitnya dan mencoba sharing dan membantu sesama. Walau sangat disayangkan milis itu masih belum dikenal banyak orang dan kurang diperhatikan para ahli yang seharusnya bisa membantu dalam milis tersebut. Hmmm saya sedang berpikir, bagaimana yaa caranya bisa membantu.....semoga ada jalannya ya....

Sesungguhnya, mas Tarjum dan mas Anta termasuk orang-orang yang sangat beruntung, jadi memang sudah sepatutnya saling berbagi dengan teman yang memiliki sakit yang sama. Walaupun, saya mencoba melihatnya bahwa mengelola situs ini bukanlah sesuatu yang mudah. Karena yang seperti mas Tarjum ketahui, bahwa beberapa orang yang memiliki sakit skizofrenia memiliki karakter tersendiri yang disuatu saat bisa menjadi seseorang yang berbeda, dan disuatu masa tertentu menjadi orang yang sebaliknya. Saya sangat memahami, pastinya mas Tarjum memiliki banyak kendala dalam mengelola situs ini, karena untuk situs yang terdiri dari orang-orang yang tidak mengalami sakit skizofrenia saja seringkali berbeda pendapat dan memiliki cara pandang yang berbeda. Tapi 100 % saya akan mendukung apapun bila dilakukan dengan niat yang tulus dan baik.

Mas Tarjum dan Mas Anta...
kehidupan saya tidak sebaik yang orang kira diluaran sana.
Cobaan dan ujian kehidupan saya begitu banyak. Suami saya ternyata mengidap skizofrenia, dan saya baru mengetahui setelah 14 tahun menikah. Seperti yang pernah saya ceritakan ke Mas Anta, sejak tahun 2000 saya sudah berkonsultasi dengan Psikolog di LPUI dengan keluhan sulitnya berkomunikasi dengan keluarga mertua dan suami. Waktu itu saya merasa sangat terkucil dengan apa yang sudah menjadi kebiasaan keluarga mertua yang membuat saya merasa kecil dan tak berarti. Sikap suami yang kelihatan baik-baik saja tetapi ternyata memiliki sebuah gejolak besar didalam dirinya. Di tahun 2000, suami pernah pergi dari rumah selama berbulan-bulan dengan alasan marah pada saya. Pada tahun 2007 suami meberi saya talak cerai dengan alasan komunikasi yang tidak efektif. Sejak tahun 2007 hubungan saya dan keluarga suami sudah tidak begitu baik. Intinya saya sudah tidak sanggup jika harus hidup dengan lingkungan keluarga suami yang membuat saya tidak nyaman dan selalu salah. Kemarahan suami yang tidak dapat dimengerti dan dipahami dengan cara pergi dari rumah berbulan-bulan, mengurung diri di kamar, menjelek-jelekan saya di depan semua teman-temannya, ternyata juga terjadi di lingkungan keluarganya. Tetapi beberapa bulan kemudian dia kembali berubah menjadi orang yang begitu baik, dan memohon maaf dan lupa akan kejadian yang membuat dia marah. Saat itu memang saya tidak menyadari dan saya baru menyadarinya saat ini setelah 14 tahun berlalu. Memang sesuatu yang amat terlambat, api semoga semuanya masih belum berakhir ya.....

hal ini baru saya sadari di awal tahun 2010 ini, ketika keinginan bunuh diri suami semakin besar. Tetapi hubungan saya dengan keluarga mertua sudah sangat memburuk. Banyak hal yang tidak dapat menahan saya untuk tetap bertahan dan mencoba menjadi menantu yang baik buat mereka. Hal ini sudah saya pikirkan matang-matang. Dikeluarga mertua, saya seperti seorang pesakitan yang tidak pantas berada dikeluarga mereka. Apapun yang saya lakukan selalu salah di mata mereka, kecuali jika saya memberikan sesuatu yang menyenangkan buat mereka tentunya, ya...seperti hadiah-hadiah, pakaian yang bagus dll. Tapi dibalik itu, kata-kata yang jelek tentang saya tetap saja terjadi. Sebelumnya saya berpikir ini hanyalah masalah hubungan mertua dan menantu. Tapi lama kelamaan saya melihat ada sesuatu yang berbeda yang saya pahami, saya rasakan dan saya mengerti. Ada sesuatu yang buat saya semakin paham apa yang terjadi pada mereka.

Suami saya, orang yang sangat pendiam, emosi datar dsb. Keluarganya tinggal berdekatan dengan keluarga besarnya. Mereka sangat dekat dan saling menerima satu sama lain. Ada satu kebiasan dari ibu mertua yang buat saya seperti hal yang tidak biasa terjadi pada ibu-ibu yang lain, yaitu selalu bercerita hal-hal yang jelek dan buruk terhadap orang yang sepertinya mengancam dirinya. Hal ini seringkali saya perhatikan, karena kejadian ini berulangkali terjadi pada beberapa mantunya, yang saya lihat tidak wajar. Ibu mertua saya selalu bercerita hal hal yang berlebihan, yang lebih cenderung ke
Paranoid, seperti misalnya bercerita : “…dibentak sama si A”, “…sakit…”, “dicemberutin B…”

Sebelumnya, saya sangat prihatin...karena akhirnya saya malah mencoba menghindar karena ada beberapa ceritanya menjadi tidak masuk akal, yaitu menjadi ajang adu domba antara anak-anak dan menantunya. Fyi, adik ipar saya bercerai setelah dua tahun menikah, karena si ibu menceritakan hal-hal yang jelek yang menurut saya tidak masuk akal.

sejak 2007 saya meminimalkan komunikasi dengan ibu mertua untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan. Karena saya melihat semakin parahnya kondisi ini. Bersamaan dengan jatuhnya talak cerai suami pada saya di tahun 2007. Sejak itu saya tidak lagi berkunjung di luar waktu lebaran dan waktu-waktu. Hal ini juga tidak saya ceritakan pada ibu mertua maupun kel saya, bahwa sudah ada talak cerai. Karena saya tahu segala akibat dan dampaknya buat ibu mertua. Kata2 yang jelek tentang saya sudah cukup banyak, sehingga saya tidak mau lagi mencoba membahas ini. Sebelumnya, kata-kata bahwa saya: "anak durhaka", "sakit jiwa", "pemarah" dll, sudah seringkali diucapkan.....rasanya cukup.

Dan ternyata, suami saya juga memiliki kebiasaan yang sama, yaitu menjelek-jelekan saya di luaran sana. Bahkan beberapa bulan kemarin saya menmukan email-email yang isinya menjelek-jelekan saya. Anehnya sikap suami tidak berbeda, seperti biasa saja terhadap saya. Tapi ketika saya konfirmasi, tiba-tiba dia gemetar, dan mencoba bunuh diri.

Mas Tarjum,
Awal tahun, saya mengajak suami ke Dr. Dadang Hawari. Keluhan yang dia sampaikan adalah dia sangat menicntai saya, dan bingung kenapa saya tidak bisa dekat dengan keluarganya.

Mas Tarjum,
kini saya mulai paham, sikap suami, sikap keluarganya, sikap ibu mertua, dan sikap anggota keluarganya, semuanya memang menjurus ke hal-hal seperti skizofrenia, seperti yang Dr. Dadang ungkapkan pada saya.

Lingkungan keluarganya yang sedikit banyak juga memiliki ciri yang sama, lingkungan yang sangat dekat juga mendukung situasi tersebut membuat si skizofrenia ini semakin tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Karena segala keanehan yang dimiliki satu-dua orang anggota keluarga tersebut dapat diterima keluarga yang lain, sehingga terciptalah zona kenyamanan buat sipenderita. Ketika dia sakit, dia merasa keluarganyalah yang paling berjasa, karena paranoid skizofrenia yang diderita adalah membenci orang terdekatnya yaitu saya, dimana di keluarganya juga termasuk ibunya mendukung hal tersebut.

Mas Tarjum,
dalam kondisi sekarang, saya tentunya tak banyak pilihan. Saya memiliki anak-anak dan memiliki pekerjaan. Sedikitnya ada yang harus saya prioritaskan. Walaupun saat ini suami masih bisa bekerja, tapi kondisi dia sudah sangat sulit untuk bisa ditebak, kapan dia marah, kapan dia baik Saya selalu diliputi perasaan ketakutan karena saya tidak tahu apa saja yang membuat dia marah dan lain lain. Suatu saat tertentu dia bisa marah terhadap hal hal yang biasa saja, atau yang sudah menjadi suatu kebiasaan dia atau anak-anak lakukan, hal ini yang membuat saya dan anak-anak selalu ketakutan.

Kondisi sekarang, adalah membuat dia merasa nyaman, dan sedapat mungkin tidak ada kontak langsung dengan keluarganya. Tapi sampai kapan? saat ini saja, dia sudah tidak mau minum obatnya, karena keluhan lemas dan lesu setelah minum obat.

Mas Tarjum,
saya tahu ini adalah cobaan dan ujian. Tapi saya tidak tahu sampai kapan? Walaupun saya tahu di luaran sana, dia dan ibunya menjelek-jelekan saya, saya yakin di luaran sana juga tahu saya seperti apa.

Tapi, mas Tarjum, saya juga manusia biasa, yang juga ingin bahagia, jika orang-orang terdekat seolah memberikan kemunafikan, apa yang akan didapat anak-anak saya?

Salam,



Bookmark and Promote!



Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.

Komentar :

ada 2 komentar ke “Setelah 14 tahun Menikah, Baru Tahu Suami Menderita Skizofrenia”
Tarjum Sahmad on Senin, 15 Februari 2010 pukul 15.54.00 WIB mengatakan...

mBak YN, saya turut prihatin atas apa yang terjadi dengan suami anda saat ini.
Saya percaya, anda seorang istri dan ibu yang yang bijaksana dan tangguh. Saya kagum dengan cara anda menyikapi masalah yang memang sangat sulit itu. Anda berjiwa besar menerima perlakuan yang kurang menyenangkan dari mertua anda, bahkan perlakuan suami anda sendiri.

Saya setuju, bahwa untuk saat ini yang harus jadi prioritas anda adalah anak-anak anda. Masa depan mereka adalah tanggung jawab kedua orang tua dan keluarganya. Namun dengan kondisi suami anda saat ini, tentunya tanggung jawab itu hampir sepenuhnya ada di pundak anda.

Kalau anda bertanya sampai kapan kondisi itu berakhir? Itu hanya Tuhan yang tahu. Saya hanya bisa menjawab dengan sebuah cerita.
Dulu, saat sedang booming pertambangan emas di AS, sebuah keluarga menggali lokasi tambang yang diduga menyimpan cadangan emas dalam jumlah besar. Namun setelah sekian lama dan sekian luas menggali, belum juga menemukan bijih emas. Akhirnya keluarga tersebut menyerah dan berhenti menggali. Lokasi tambang tersebut dijual kepada orang lain. Si pembeli meneruskan penggalian dan apa yang terjadi? Hanya beberapa meter dari bekas penggalian penambang sebelumnya ditemukan bijih emas dalam jumlah besar.

Kadang orang berhenti melangkah karena putus asa, padahal mungkin hanya beberapa langkah lagi dia akan berhasil. Orang yang menang dalam sebuah pertarungan kadang bukan karena ia lebih hebat dari lawannya tapi karena ia mampu bertahan lebih lama.

Lawan anda adalah pikiran negatif dan keputus-asaan, yang akan menghentikan usaha anda kapan saja.
Jangan menyerah mBak YN! Tuhan mendengar dan melihat usaha anda. Maksimalkan ikhtiar, selebihnya serahkan kepada-Nya.

Sekian, terima kasih.
Salam sejahtera.

Nulani Sapiie on Selasa, 16 Februari 2010 pukul 14.13.00 WIB mengatakan...

setiap orang tua punya kewajiban untuk membahagiakan anaknya. bila mereka hidup di lingkungan yang kurang sehat, bagaimana bisa mereka tumbuh menjadi manusia yang berguna untuk agama, bangsa dan negara ?

Posting Komentar

Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)

Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial