Oleh : Tarjum
Seorang teman curhat menulis puisi untuk saya. Saat ini dia sedang dalam kondisi psikis yang tertekan. Dia pernah beberapa kali curhat via email atau telepon, menceritakan suasana hatinya yang sedang galau dan labil.
Puisi curhat yang ia tulis ini menggambarkan kepedihan hatinya saat ini. Dengan membaca puisinya ini, mungkin teman-teman sekalian bisa memahami kepedihan dan derita jiwanya.
Berikut puisinya.
KU TANGISI HATIKU
Pagi buta yang masih sepi aku terbangun dan tak biasanya aku terbangun di pagi buta kali ini…
Namun tak ingin banyakku menelaah kenapa aku terbangun dengan tiba-tiba dan tak biasanya…
Yang kutahu pagi ini gelisah mengikat hatiku…
Jadi kuabaikan saja perasaan ini, meski rasanya masih dan semakin erat mengikat hatiku…
Lalu kuambil sebatang rokok untuk kuhisap dan temani sepiku di pagi buta ini…
Tetapi malah semakin menjengkelkan rasa ini semakin erat dan semakin menyayat sehingga bukan hanya gelisah yang kurasakan tetapi begitu sangat sakit, sangat sakit…
Kubanting sebantang rokok tadi yang baru kuhisap satu kali…
Sementara aku termenung beberapa menit, aku menatap ke depan di ujung sana, tampaknya mentari sudah mulai memperlihatkan batang hidungnya…
Kutarik nafas sedalam-dalamnya dan kuhembuskan lagi perlahan, terasa sangat menyengat rasa dalam hati ini…
Tak tahan dengan rasa ini, mulutku mulai komat-kamit seperti dukun sedang baca mantra…
Meski tak sadar apa yang sedang kuucap, setidaknya mulai berkurang rasa dalam hati ini yang sedang tersayat (hilang hanya dalam hitungan detik)…
Kemudian kembali lagi tersayat…bertambah sakit tak tertahan…
Aku bertanya pada diri sendiri apa yang sedang terjadi padaku (malah bingung sendiri)..
Aku bertanya kepada seekor semut apa yang sedang terjadi padaku (semut hanya terdiam saja)..
Aku bertanya kepada Tuhan apa yang sedang terjadi padaku…(tak ada jawaban)…
Tertunduk kemudianku dengan tangan meremas-remas dada…
Kenapa hatiku ini…membuatku menangis…
Penulis : Ibbie Setaraz
Puisi yang menyentuh kedalaman jiwa.
Saya hanya akan mengomentari satu bait puisi di atas :
“Aku bertanya kepada Tuhan apa yang sedang terjadi padaku…(tak ada jawaban)…”
Tuhan maha mendengar do’a hambanya, bahkan yang ada dalam lubuk hati dan belum terucap.
Mengapa Tuhan tak menjawab do’a kita? Jika Tuhan mengabulkan atau menangguhkan do’a kita, tiada lain karena Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk kita.
Saat berada dalam puncak tekanan psikologis (karena ketidaktahuan dan kebodohan saya), pernah saya menganggap Tuhan tak adil. Setelah saya pulih dari derita psikologis, saya bersyukur pernah mengalaminya karena begitu banyak hikmah yang saya dapat darinya.
Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk kita.
Tuhan mendengar setiap do’a kita.
Tuhan menyayangi kita.
Jangan pernah berburuk sangka kepada-Nya.
Teman-teman, jika anda berkenan mengomentari puisi ini, silakan tuliskan di kolom komentar. Komentar anda mungkin akan menjadi masukan dan dukungan moril untuk sang penulis puisi.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)