BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 15 )

    

Oleh Tresya Agnashila

Terbangun dari tidurku, tidur yang cukup lama.

Hingga bukan kesegaran yang kudapat, tapi lelah karena membiarkan tubuh ini terus terbaring di kasur empuk yang menjadi kian mengeras.

Hhhmmmm….. aku harus bangkit, memerangi diriku sendiri, menghadapi dunia, dan mengatur perasaan serta fikiranku lagi.

Banyak sahabat yang menantiku diluar sana. Ayah, ibu, kakak, dan ponakanku pasti merindukan tawaku. Banyak pelajaran yang harus aku pelajari, dan banyak pengalaman baru yang harus aku coba.

Ya, aku terpuruk setelah aku meninggalkan kekasihku. Setelah aku meminta beristirahat, dan mencoba bermain dengan TAKDIR, yang akan menentukan akhir dari kisah cintaku.

Malam itu setelah aku memutuskan untuk mencoba menjalani hidup kami masing-masing, mencoba untuk aku berfikir sendiri, aku masih terduduk dilantai bawah meja telfonku. Menangis dipelukan mamaku yang tangisan dan sesak didadanya melebihi dari rasa sedihku.

“Maafin aku ma, aku membuatmu bersedih…aku tidak bisa menyimpan ini…aku terlalu lemah, hingga air mataku harus mengalir deras.

Maafin aku ma, aku harus menangis dihadapanmu…orang yang selalu berusaha mati-matian membuat aku terus tersenyum dan bahagia… maafin aku ma… maaf.

Mama lah orang yang menjadi saksi akan tetesan air mataku. Aku menyesal, telah membuat mama bersedih hati.

Dalam langkah yang tertatih, kami berjalan memasuki kamar tidurku…. Mama mengusap air mata yang telah memenuhi wajahku… mama mengambilkanku secarik tissue basah, dan mengusapkan kembali ke wajahku… mama membaringkanku..dan mengambilkanku boneka pororoku, yang dari kecil setia menemani setiap malamku… aku memeluk pororoku..kupeluk erat sambil menahan air mata yang masih akan menetes lagi.

Mama menyuruhku untuk tidur.
Malam ini rasanya tak sanggup kulewati sendiri…aku takut menghadapi diriku sendiri…
“mah,bolehkah mama memlukku hingga pagi?”

Mama tersenyum sambil memlukku…kupejamkan mata dalam pelukan mama, dan kurasakan dada mama menahan isak tangis air mata.

Dalam hatiku….”maafin aku mah…maaf”

Pagi hari tak sadar ternyata jam 09.00 aku masih lelap dalam tidurku… mama sengaja tidak membangunkanku…karena misalkan aku pergi ke sekolahpun, aku pasti tidak bisa menerima pelajaran dengan baik. Mama memilih untuk mengijinkanku beristirahat dirumah.

Aku keluar kamar, melihat mama sudah ceria membersihkan dapur dan sarapan sudah tersaji di atas meja… dengan senyum manjanya, mama menyuruhku untuk sarapan dan mama mulai mengajakku bercanda.

“aduuuh anak perawan mama, jam segini baru banguuuun??? Ntar sarapannya keburu abis lho dimakan ayam !!!”

Biasanya mama menggunakan kata-kata “ntar jodho nya dimakan ayam lho….”

Tapi kini berbeda, mungkin mama tak mau membuatku sedih dengan hal-hal seperti itu.
Aku Cuma bisa tersenyum sambil menahan sakitnya mataku yang sudah membengkak… entah seperti apa wajahku saat ini, yang pasti mataku masih merah, bengkak dan kepalaku terasa sangat pusing.

Mama membawakanku segelas besar teh panas yang diberi irisan jeruk lemon… inilah minuman kesukaanku…dan sebenarnya ini adalah minuman kesukaan dia, kekasihku.

Aku berkata pada diriku sendiri, aku harus kuat..tegar menghadapi semua ini. Terutama di depan mama… aku sedih kehilangan kekasihku, tapi ternyata lebih menyakitkan lagi ketika aku melihat mamaku sedih karenaku.

“makasih ya mah…” aku mencoba untuk meminum seteguk-demi seteguk lemon tea ini.

Mama tersenyum padaku. Selesai sarapan, aku mandi…. Mencoba membersihkan dan menyegarkan tubuh ini. Aku nggak sadar diri, ternyata aku sudah ada dalam kamar mandi ini hampir lebih dari 1 jam. Mama menggedor pintu kamar mandi sambil berteriak-teriak mencemaskan keadaanku.

Aku baru tersadar, kalo aku telah lama melamun didalam. Aku keluar dengan wajah penuh pura-pura aku bilang ke mama… “aku lagi luluran mah…”

Mama menjawab dengan wajah penuh kecemasan, dan seakan dia juga tau kalo aku sedang berpura-pura.
“oh kirain lagi tidur lagi di dalem dek…”

Akhirnya selesai mandi, mama mengajakku membuat kue donat…kue yang sudah dipesan tanteku, untuk acara arisan dirumahnya. Sambil membuat donat, mama mulai mengajakku bicara.

“dek, mama tau ini pasti berat…mama tau kamu pasti sedih, tapi mama bangga meskipun mama sejujurnya nggak setuju dengan keputusanmu. Bagus, diumur kamu yang sekian, sadar atau nggak sadar, kamu sudah punya prinsip hidup. Uang bukan segalanya, terlebih uang juga tidak bisa membeli segalanya. ada hal-hal yang tidak bisa di hitung dengan uang, dan kamu sudah menerapkan itu dalam kehidupanmu.

Bahkan kamu berani mengorbankan orang dan hal yang paling kamu cintai, demi menegakkan prinsipmu. Tapi mama kecewa..kenapa kamu memutuskan ini secara sepihak? Apa engga lebih baik kamu bersabar menunggu Doni hingga lulus ujian, dan kamu bicarakan ini berdua… kalian menjalin hubungan dan membuat suatu komitmen berdua, jika ada apa-apa dan harus bagaimana, mestinya kalian berdua harus membicarakan ini baik-baik….dan keputusan harus diputuskan berdua.

Ini tidak adil untuk Doni… dia pasti kecewa sama kamu. Tidakkah kamu merasa bersalah padanya? sedangkan hubungan kalian mama liat selalu baik-baik saja…tanpa ada masalah yang cukup serius”

Aku terdiam sejenak…menghentikan tanganku dalam membuat adonan kue donat. “ ma, aku sudah memikirkan ini… aku juga sependapat sama mama, bahwa aku memang sangat ngga adil sama mas Doni. Harusnya, aku memang membicarakan masalah ini dengannya. tapi mah, kenapa selalu ada pikiran ini di otakku? Orang yang menjadi kunci dari masalahku adalah Ibunya… wanita yang mengandung dia selama 9 bulan, memberikan asinya, merawat dia dari ketika dia masih hanya bisa menangis hingga dia bisa ada dunia ini, tumbuh besar, pintar dan tampan.

Icha rasa, dia seperti ini juga karena dia terlampau sayang sama mas doni… mungkin karena dia ingin masa depan anaknya lebih baik dan baik lagi dari pada sekarang. Sebagai ibu, dia memang berhak menentukan jodoh untuk anaknya.. walaupun jodoh ada di tangan tuhan, tapi sebagai ibu, dia juga punya hak untuk menentukan wanita mana yang kelak akan mendampingi anaknya.

Dan aku melihat mama…mama yang sangat sayang padaku, dan mau melakukan apa saja untuk membahagiakanku. Bukankah dia (ibunya) juga sama seperti mama? Dan aku tak akan rela, ketika ada orang lain, yang baru masuk dalam kehidupanku beberapa saat, menjelek-jelekan mamaku…wanita yang sangat mencintaiku.

Aku terapkan itu juga pada mas doni mah…. Apalah aku ini? Aku hanya wanita yang menemaninya selama beberapa tahun terakhir ini… apakah aku punya hak untuk menilai dan menjelekkan mamanya didepannya? kalaupun mas doni tau dan mau menerima pernyataanku, dia pasti juga akan membenci mamanya… dan apakah aku punya hak untuk membuat seorang anak benci pada ibu nya mah??

Ini memang berat untukku mah, tapi aku nggak mau kedepan, walaupun hubunganku dengan mas doni akan berjalan dengan sangat baik, tapi aku harus menggoreskan luka di hati mas doni…aku nggak mau, dia, seorang ibu, menjadi cacat di mata anaknya…”


Mama tersenyum, dan kulihat…mama tersenyum bangga padaku.

Hari-hari kulalui… dan mamapun memutuskan untuk menyerahkan semua masalah ini padaku… mama sudah tidak lagi menyinggung masalahku…mama percaya, aku tau mana yang terbaik untukku.

Aku lega, mama sudah tak khawatir padaku… tapi, aku justru takut pada diriku sendiri…mampukah aku menghadapi ini ????

2 hari beristirahat dirumah, teman-teman dan sahabatku khawatir akan keadaanku…. Mereka menelpon, sms dan mengunjungiku dirumah… mungkin mama sudah cerita pada teman-temanku tentang keadaanku, dan ketika kita bertemu pun, tak ada 1 pun dari mereka yang menyinggung masalah mas Doni didepanku…. Aku senang, karena teman-temanku mau memahami perasaanku.

Bangku sekolah sudah menantiku… pagi itu, dengan tas dan bebrapa bukuku…serta sepatu silverku, aku berjalan menuju gerbang sekolahku. Inilah, tempat dimana aku akan menghabiskan hampir separuh dari hari-hariku.

Aku mencoba untuk melupakan mas doni, masalahku, dan hancurnya hatiku dengan belajar dan terus belajar. Tidak sedikitpun waktu kugunakan untuk diam. Aku selalu mengkondisikan aku berada dalam dekapan teman-temanka. Ketika istirahat tiba, aku selalu lebih lama berada dalam kantin sekolah. Waktu pelajaran aku gunakan untuk menyimak, mencatat dan lebih aktif bertanya pada guruku. Dan ketika pulang sekolah, selesai ekskul ataupun bimbingan belajar lainnya, aku banyak menghabiskan waktu untuk bermain basket.

Ya, basket…kutemukan olah raga ini… aku nyaman, berlari… menggiring bola, dan coba untuk focus memasukkan bola ke ranjangnya.

Hingga suatu hari aku melihat “pak eko & bu eko” penjaga kantinku, sedang mencuci mangkuk dan merapikan meja-meja makan dimana disiang hari, kami dan akulah yang mengotori meja itu.

Setelah cukup letih dengan bolaku, aku mencoba menghampiri mereka.

“duh, makanannya udah habis, minuman juga udah dikunci…”

“engga bu, aku Cuma pengen duduk-duduk disini…”

“kok belum pulang? Kan nggak ada jam ekskul hari ini?

“iya…. Cuma pengen main basket aja.”

Bu eko orang yang baik…ramah dan juga ceria… pak eko juga orang yang sangat baik, ramah, dan dia takut oleh istrinya. Karena bisa dibilang, bu eko orang yag cukup cablak… kadang ketika pak eko melayani kami dengan lamban, tak ragu bu eko memarahi pak eko. Tapi disamping semua itu, aku melihat cinta mereka begitu kuat. Dengan penghasilan yang mereka dapatkan dari berjualan makanan dikantin sekolah saja, mereka mampu bertahan hidup hingga sekian lama dan mampu dengan baik menyekolahkan ke 3 anaknya. 


Benar bukan, denga cinta apapun bisa dilakukan… dan bukan hanya uang, yang menjamin kita bisa bertahan hidup dengan baik.

Setelah selesai mencuci mangkuk dan membersihkan meja, bu eko dan pak eko kemudian mengangkuti barang-barang perlengkapan berjualnya yang harus dibawa pulang untuk tempat makanan yang besok akan mereka bawa ke sekolah. Dengan sepeda motor, mereka menenteng baskom, keranjang, termos, dan tempat-tempat makan plastik berukuran besar lainnya.

Hhmmmm….sungguh romantis aku melihatnya. Hidup dalam kesederhana, dengan beberapa kekurangan, tetapi setiap pagi dan sore, mereka masih bisa berpelukan di atas sepeda motor roda 2 mereka.

Bersambung...

Ilustrasi: Sketsa karya Anindhita Laksmi


Bookmark and Promote!



Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.

Komentar :

ada 2 komentar ke “Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 15 )
Unknown on Selasa, 12 Juni 2012 pukul 10.32.00 WIB mengatakan...

Pak Eko telah pergi meninggalkan Bu Eko yang harus meneruskan beratnya perjalanan hidup di dunia ini. ketika aku datang dan memeluk bu eko, sambil berkata " sabar ya bu, doakan bapak tenang disana" lagi-lagi bu eko memberiku jawaban yang membuatku semakin sadar, kematian bukanlah akhir dari segalanya. "ngga papa cantik, bapak hanya sedang melihat dan mencarikan tempat yang terbaik untuk kita singgahi nanti". Cinta mereka sungguh luar biasa, bahkan maut pun tidak bisa melunturkan cinta bu eko pada pak eko.
"Pak, tunggulah bu eko disana dalam tidur nyenyakmu. Siapkan istana yg indah untuk kalian berdua, karena ibu sedang berjuang membangunkan istana & kolam ikan untuk anak-anak kalian"

Salam sayang, dari icha....

Xamthone Plus on Sabtu, 23 Juni 2012 pukul 19.17.00 WIB mengatakan...

Karna Kesempurnaan Hanya milik Sang Pencipta .

Posting Komentar

Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)

Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial