Oleh : WawanHampir sebulan yang lalu saya mengikuti ujian psikotes di kantor yayasan pusat. Ujian ini dilakukan sebagai syarat agar dapat diangkat menjadi karyawan tetap yayasan. Jika diangkat menjadi guru/karyawan tetap, maka ada fasilitas gaji dengan kenaikan berkala, fasilitas subsidi tunjangan kesehatan (restitusi) dan tentu saja fasilitas dana pensiun.
Perlu diketahui bahwa saya adalah seorang laki-laki yang memiliki organ tubuh yang lengkap. Namun saya memiliki sedikit kekurangan, yaitu tidak mampu berbicara secara jelas. Kadang lidah terasa sangatttttttt kelu, sehingga saya sendiri sampai merasa bahwa omongan saya tak jelas. Tangan kiri saya juga tidak berfungsi secara 100% optimal. Kadang jari-jari terasa kaku.
Dalam psikotes, yang dilakukan oleh unit pelayanan Universitas Sugiyopranoto, ada sesi wawancara. Tentu saja yang mewawancarai adalah psikolog.
Tau nggak apa yang ditanyakan pada menit-menit awal wawancara. Saya langsung diberondong dengan pertanyaan mengenai alat komunikasi oral saya. Demikian juga dengan tangan kiri saya. Huhhhhhhh sangat tidak fair. Mengapa mereka hanya memandang kelemahan saya.
Tentu saja hasilnya sudah dapat pembaca ketahui: saya gagal. Oh ya, ada lagi satu tambahan. Dalam tes tersebut ada ujian mengarang dengan tulisan tangan. Soal isi karangan, jangan tanya. Begini-begini saya nyambi jadi wartawan majalah rohani. Bahkan, kalau mau, saya bisa menjadi pemred. Saya pernah ditawari memang. Namun saya tolak karena saya mengutamakan pekerjaan saya sebagai karyawan. Kembali ke soal tulis menulis, masalahnya tulisan tangan saya tidaklah baik, bisa dikatakan bagai sandi rumput.
Yang menjadi persoalan adalah ini: saya sudah menjadi karyawan honorer selama tiga tahun. Selama menjadi karyawan honorer, saya merasa telah melakukan hal-hal yang sudah sewajarnya saya lakukan. Saya belum pernah bolos, kecuali ijin sekitar empat hari (satu hari karena saudara menikah, dua hari karena ada panggilan wawancara ditempat lain). Tidak masuk karena sakit, belum pernah. Pokoknya semuanya saya lakukan, katakan, di atas rata-rata guru karyawan di tempat saya. Dan ini semua tidak mampu menolong nasib saya ketika maju tes agar bisa diangkat menjadi karyawan tetap.
Di tengah kekesalan ini, muncul satu pemikiran saya. Mengapa orang-orang yang dikaruniai fisik yang lebih baik dari saya (saya bukannya nglokro, saya masih bersyukur dikaruniai bakat menulis dan kesehatan yang optimal beberapa tahun belakangan ini) ternyata menyia-nyiakan karunianya.
Di Gereja paroki saya, saat ini saya ditunjuk menduduki posisi Tim Kerja Komunikasi Sosial (Komsos). Saya kadang merenung, mengapa saya? Mengapa bukan orang lain yang mampu berbicara dengan lebih sempurna di banding saya. Kadang saya bertanya dalam hati demikian.
Kadang saya membayangkan berkata kepada seseorang yang fisiknya lebih sempurna (seperti para motivator yang nongol di TV), “Jika fisik saya sesempurna Anda, saya bisa jauh lebih sukses dibanding Anda.”
Kepada Anda, para pembaca yth, yang fisiknya sempurna, saya menantang Anda: Jika saya, dengan segala kelemahan, bisa menjadi seperti ini (menjadi karyawan, punya usaha kecil-kecilan di rumah, jadi wartawan lepas), maka Anda yang secara fisik sempurna, seharusnya bisa lebih baik dari saya.
Kepada Anda, para pembaca yth, yang fisknya kurang sempurna, saya mendorong Anda supaya berani bersaing dengan rekan-rekan yang menikmati kesempurnaan. Temukan keahlian Anda, kembangkan kelebihan Anda, dan kalahkan mereka yang sempurna.
Ingat, fisikawan Stephan Hawking yang tubuhnya hancur akibat kelainan. Ia tetap berkarya meski tubuhnya sedemikian lemah. Namun ia tetap menjadi fisikawan nomor satu yang saat ini masih hidup.
Jadi jangan patah semangat meski tubuhmu tak sempurna.
Sumber : www.wikimu.com
Image by : www.hipnotrapi.asia
Artikel Terkait:
- Inspirasi dari Gadis Mungil dengan Down Sindrom
- Hati-Hati dengan “Sang Pencuri Impian”
- 5 Tips Rahasia Awet Muda, Cantik dan Menawan
- Solusi Holistik Pemulihan Depresi & Bipolar
- Cinta yang Luar Biasa Seorang Ayah kepada Anak Angkatnya
- Pengamen Nyentrik di Markas Polres Subang
- Inilah Cinta yang Sederhana dan Apa Adanya
- Apa kata Krisna jika Melihat Kisah Cinta Rais dan Risna?
- Banyak “Tongki” Masuk ke Desa Kami
- Pakwi, Pelukis Wayang Peraih MURI
- Jika Engkau Sibuk Mengurus Kebaikan bagi Orang lain, Tuhan yang akan Mengurus Kepentinganmu
- Inpirasi dari film “Mongol”, True Story Genghis Khan
- Hana Madness dan Kreasi Bipolar
- Tanggung Jawab dan Keberanian yang Luar Biasa Dua Ekor Semut Pemimpin
- Sahabat yang Unik dan Langka
- Guruku Teladanku
- Cemas, Takut dan Bimbang Terhadap Diri-Sendiri, Bagaimana Solusinya?
- Jika Mau Melamar Sang Kekasih, Apa yang Akan Anda Katakan Kepada Calon Mertua?
- Do'a dan Renungan
- Ibuku, Tak Pernah Membentak Apalagi Memukulku
- Gabriel Muniz, Bocah Tanpa Kaki yang Punya Talenta Luar Biasa
- Ayahku adalah Sahabat, Teman Curhat dan Penasihatku
- Salahkah Aku di Lahirkan ke Dunia ini?
- Rencana “Gowes Sepeda Jakarta-Magelang” dalam Rangka Hari Kesehatan Jiwa
- “Man Jadda Wajada!” Mantra 'Sakti' dari Pesantren
- Cinta Sejati yang Membuatku Menangis
- Jika Engkau Sibuk Mengurus Kebaikan bagi Orang lain, Tuhan yang akan Mengurus Kepentinganmu
- "Lakshmi Si Tanpa Obat"
- Pacar dan Sahabatku Meninggalkanku Bersamaan
- Apa yang Anda Inginkan dari Pasangan Hidup Anda?
- Cemas, Takut dan Bimbang Terhadap Diri-Sendiri, Bagaimana Solusinya?
- Jika Mau Melamar Sang Kekasih, Apa yang Akan Anda Katakan Kepada Calon Mertua?
- Do'a dan Renungan
- Salahkah Aku di Lahirkan ke Dunia ini?
- Pelajaran Berharga dari Nenek “Berbibir Merah” di Lereng Merapi
- Bagaimana Mengatasi Kejenuhan Rutinitas Kerja dengan Cara Sederhana namun Unik dan Berkesan
- Bagaimana Anda Mendefinisikan Gangguan Bipolar yang Anda Alami?
- Haruskah Menceritakan Semua Masalah Kejiwaan yang Anda Rasakan Kepada Psikiater?
- Jangan Mengatakan, “Aku Tidak Mampu! Aku Bodoh!” Jangan Pernah!
- Puisi Bipolar
- Tidak Ingin Berkutat dengan Perasaan “Minder” dan “Tidak Mampu” ( Bagian 2, selesai)
- Tidak Ingin Berkutat dengan Perasaan “Minder” dan “Tidak Mampu” (Bagian 1)
- Berdamai Dengan Depresi
- Bagaimana Meyakinkan Orangtua bahwa Anda Sudah Siap Menikah?
- Arti Cinta Bagi Seorang Bipolar (Bagian 2)
- Arti Cinta Bagi Seorang Bipolar (Bagian 1)
- Tangan Saya Gemetar Ketika Menulis Sebuah Saran di Forum Curhat
- Mimpi Buruk Bukan Alasan Tuk Terpuruk
- The Conclusion Bipolar Symptom of Mine
- 5 Saran Simpel Untuk Cowok yang Sedang Mencari Cewek Idaman
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Aduh buset!!! Hari gini masih aja psiko test psiko test-an???
Next time better ya... :)
lam knal numpang copy gambarnya
salam kenal...ya kusenang bacnya...
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)