Pengalaman Pribadi
Oleh : Gagah Perkasa
Pengembaraan menyelusuri kehendak dari lubuk hati untuk kembali membuka album lama , album yang telah usang , album yang telah terbuang tertutup banyak debu di gudang tempat menyimpan barang siap buang.
Kubuka satu-demi satu halaman ,kutatap tajam sambil terus mengingat dan merasakan arti terdalam, pesan tersimpan .
Bergidik merinding bulu kudukku , berontak berekspresi merasakan makna terdalam, bercampur tangis, teriakan dari lubuk hati.
Inilah photo yang mermpunyai kesan yang mendalam ,sebuah photo keluarga terdiri bapak ,ibu dan anak. setelah mengarungi kehidupan selama 5 tahun lepas dari masa penantian .
Dan akhirnya setelah kutemukan jalan hidupku , mutiara hidupku ,generasi penerus hidupku, masa penantian itu terus menyeruduk ,memaksa , menonjok jiwa beku yang telah dibingkai jeruji simpul mati, maka tak bisa ku tunda untuk menjebolnya , membuka sebuah rahasia yang telah lama tersimpan . Sudah kulupakan dan tak akan pernah kuingat lagi..... itu pernyataan 5 tahun silam dalam nada sedih mendalam dan dendam yang menggunung.
Tak kusangka bisa seberani ini aku bisa membuka luka lama , luka yang membuatku sempat terjerembab pada kubangan lumpur-lumpur dosa, terjengkang pada statement yang irrasional dengan berteriak sambil menyebutkan Tuhan tidak adil , Tuhan jahat, Tuhan membuatku membeku dingin menggigil hingga mati rohani.
Anakku yang telah membuka cakrawala hidupku, tak disangka hanya karena sebuah pertanyaan lugu “ Pak, seandainya kakek ada disini ,enaknya yach pak? ternyata anakku tidak cukup dgn perhatian dari orang tuanya dan barang mainan yang segunung, dia masih membutuhkan figur lain, mungkin melihat kehidupan diluar bahwa banyak teman-temanya sering bermanja-manja dengan kakek dan neneknya.
Anak adalah anak merupakan mutiara merupakan pelita , tersedak menyadarkanku untuk mendekat pada realita , bapakku atau kakek dari anakku adalah seorang penderita Schizoprenia yang aku titipkan ke Panti Rehabilitasi di Cibadak Sukabumi, setiap bulan aku tengok bapakku sambil membayar biaya perawatan dan menitipkan perbekalan ke petugas dari mulai peralatan mandi, Rokok, makanan kering, dan tak lupa novel-novel non fiksi kesukaan bapakku.
Selama ini aku hanya menyebutkan bahwa kakeknya berada jauh diluar negeri.
Alasan utama aku menitipkan bapakku ke Panti rehabilitasi adalah, aku takut anak-anaku malu mempunyai kakek yg gila, takut mempengaruhi perkembangan kepribadiannya dan tidak ada yg mengurus karena ibuku sudah lama tiada.
Akhirnya kuceritakan bahwa kakeknya sekarang ada di sukabumi, sudah pulang dari luar negeri dan sekarang lagi istirahat dulu .
Betuul pak ! bertanya seolah-olah tak percaya, betul anakku, jawabku,Hayooo pak kita jemput kakek , saya sudah rindu dengan kakek, kakek ternyata udah pulang dari luar negeri , dengan wajah berbinar ceria , menggelondot manja memegang kakiku.
Iyaaa anakku besok kita jemput kakek.
Pagi hari minggu , aku dan anakku berangkat ke sukabumi , dalam perjalanan anakku banyak tanya dan selalu ceria , mungkin bangga pada hari ini ia akan ketemu kakeknya , perjumpaan yang pertama. Asyiiik nanti kalau ketemu kakek ,saya mau minta dibeliin mobil-mobilan dan minta dianterin berenang ke Cipanas –garut.
Dalam hatiku yang gundah sekaligus resah, apakah anakku akan senang , akan menerima, atau malah takut tak percaya menjauh lari , membikin kakeknya kecewa !.
kakekmu gila anakku! lamunan yang terlalu panjang ini diakhiri dengan kekagetan pada mobil yang ada didepanku karena ngerem mendadak, menyentak kaget secara reflek aku pun mengerem mendadak yang membuat anakku yang sedang bernyanyi ceria jatuh terjerembab dari kursinya , menangis kaget sekaligus sakit kepalanya terbentur kaca mobil.
Alhamdullilah, musibah tabrakan itu bisa dihindari.
Tak terasa mobilku udah sampai di pintu gerbang Pusat Rehabilitasi , dengan senyuman ramah seperti biasa petugas yang sudah lama aku kenal membukakan pintu.
Selamat pagi pak, kock tumben biasanya malam hari bapak kesini, aku hanya nyengir dan menjawab sekenanya ingin cari suasana baru aja pak Rochmat.
Setelah mobil terparkir aku ajak turun anakku, anakku bingung dan heran kock rumah kakek begitu besarnya, banyak orang yang ngomong sendirian dan banyak petugas yang berseragam dimana kakek pak?
Hayooo kita cari kakek anakku, seperti biasa aku langsung menuju tempat favourite bapakku yaitu di tempat sunyi jauh dari hiruk pikuk penghuni lain, yaitu di kebun singkong yang rindang dan sejuk karena dikelilingi pohon-pohon besar.
Terlihat bapakku bersandar dipohon , kelihatan ceria sambil ngomong sendiri bercerita serius seolah –olah sedang berdikusi serius dengan orang lain membedah masalah yg mungkin hasil dari membaca buku, dengan pakaian yang lusuh dan dekil, padahal setiap bulan saya selalu mengirimkan baju baru untuk bapak.
Akhirnya ku memanggil anakku yg masih berada jauh dibelakangku, nak cepat itu kakekmu , anakku berlari cepat supaya rasa rindu yg tertahan cepat menjadi kenyataan.
Itu kakekmu anakku, ku ajak mendekat ke kakeknya, saya memberi salam pada bapak, gimana khabarnya pak, dia tak menjawab karena matanya langsung menuju ke anakku, ooooh itu anakku pak , namanya Gagah, akhirnya aku menyuruh ke anakku untuk mendekat kakeknya, beri salam gagah untuk kakek!, anakku bingung, takut, mundur ngumpet dikakiku.
Tak kusangka terlihat binar wajah bapak yang kelihatan senang dan bangga, oooohh itu cucuku, kenapa baru kali ini kamu ajak kesini !
Bapakku kelihatan marah dan kecewa, rasanya seperti manusia normal saja , cepat berubah dari bermain dengan dunianya sendiri sekarang balik pada sebuah realita.
Maafkan aku bapak, aku menyadari setelah anakku selalu menanyakan keberadaan kakeknya.
Bapak langsung berdiri senyum , dan mengulurkan tangannya ke anakku untuk bersalaman atau mungkin ingin mememeluknya tanda sayang yg mendalam kakek terhadap cucunya.
Sikap dan perilaku bapakku yg berubah drastis ,diikuti juga dengan sikap anakku yang takut dan menangis lari menjauhi kakeknya.
Akhirnya aku mengajak bapak ke sebuah ruangan khusus , ruangan tempat keluarga dan pasien bertemu,anakku tetap menjauh dari kakeknya dan selalu menggelantung ke kakiku sehingga mengganggu kakiku melangkah.
Berbinar hatiku ketika pertama kalinya aku melihat bapakku mempunyai semangat, mempunyai asa, dan mempunyai perhatian, lalu bagaimana dengan anakku? Biarlah dia tahu kondisi kakek yang sebenarnya.
Ruangan yang asri dan ditata apik dan ber Ac ini membuat suasana menjadi sejuk, tampak anakku sudah mulai tenang, dan bapakku kelihatan malu minta ijin untuk berganti baju dulu , tunggu jangan kemana-mana bapak mau bikin kejutan.
Sambil menunggu bapak aku memberi pengertian kepada anakku supaya tidak takut kepada kakeknya , nanti kalau kakek kembali ke sini kamu harus salaman yach . anakku mulai mencair ketakutannya dan mengangguk tanda setuju.
Tak berapa lama bapakku kembali dengan wajah berseri, memakai kopiah, baju koko putih yang dua bulan lalu aku beri dengan sarung warna biru serasi.
Dengan senyum ramah dia memanggil cucuku, ke sini gagah, kakek punya hadiah untukmu , karena sudah tidak lusuh dan kusut lagi anakku sepertinya tidak takut lagi , dia mendekat ke kakeknya mengulurkan tangan ngajak bersalaman , kerinduan yang membuncah kakeknya begitu terasa , kakek langsung mencium dan memeluk erat anakku. Tampak anakku senang dan sudak tidak kikuk lagi , lalu anakku bertanya pada kakeknya , kek kapan kakek bisa nganter Gagah beranang ke Cipanas – garut ?
Sebuah pertanyaan yang memang sudah ada dibenaknya, kakeknya menjawab gembira bercampur bangga , sekarang juga boleh cucuku, anakku semakin manja terus menggelendot di pangkuan kakeknya, begitu pun kakek seperti mendapat second wind, rona wajahnya terus bersinar yang dulu mati membatu.
Akhirnya kuberanikan diri bertanya pada bapak , pak maukah bapak tinggal bersama kami ?
Bapakku menjawab ya kalau kamu tidak malu dengan kondisi bapak , bapak akan senang tinggal bersama kamu karena setiap hari aku akan bertemu dengan cucuku dan dipertegas lagi dengan celotehan anakku, iya pak , kakek harus tinggal dirumah kita , kakek khan janji mau nganter Gagah berenang ke Cipanas Garut.
Akupun tanpa ragu , tanpa malu mengiyakan ajakan anakku, bapakku kelihatan tambah erat memeluk cucunya.
Dalam hatiku berharap semoga dengan dekat cucunya bapakku lambat laun bisa mengurangi atau bahkan sembuh dari Schizoprenianya, karena obat yang utama dalam proses penyembuhan penyakit jiwa adalah dukungan moral, dan suasana lingkungan yang menyenangkan, dan adanya tangan-tangan tuhan yang memberi keajaiban.
Sore jam 5 , aku meninggalkan panti rehabilitasi dengan membawa sebuah kebahagian sekaligus banyak pertanyaan buat masa lalu !
Terima kasih anakku engkau telah menyadarkan bahwa sejelek apapun orang tua kita, mereka tetap bagian dari jiwa yang tidak patut ditelantarkan.
Gagah Perkasa
Email : jmembara@gmail.com
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Ww,,,,
aku pun terbang bersama angan
melukis asa diantara doa
semoga ini menjadi inspirasi kita untuk selalu menerima dan memberi pada yang terkasih dan mengasihi
pada yang menyayangi dan disayangi
pada yang tercinta dan mencintai...
bagus Om tarjum, saya tunggu karya-karya lainnya
sukses.
ini Ali tapi ID rekan kerja
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)