BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Ketika Ku Tak Sanggup Berbicara

    

Pengalaman Pribadi

Oleh : Putri Pramudya Wardhani

Udara segar yang berhembus dari daun pohon beringin yang tertiup angin, guguran daun serta kicauan burung kenari yang seharusnya membawa kedamaian dan kesejukkan di sore itu tak dapat kurasakan sama sekali. Disamping sebuah pilar diselasar sekolah aku berdiri, memandangi sesosok tubuh yang perlahan – lahan kian menghilang menjadi sebuah titik. Tubuhnya menjauh dari diriku, yang hanya bisa terpaku diam memandanginya. Walau ada sejuta bahasa yang ingin aku ungkapkan, tapi sekujur tubuhku kaku tak bergerak, tak mampu berkata apa- apa.

Hingga sosok tubuhnya tak lagi dalam jangkauan pandanganku, aku tetap tak sanggup berbicara, bahkan tak sanggup bergerak. Hingga tanpa aku sadari, setetes air jatuh dari pelupuk mataku, membasahi pipi dan bibirku yang tak mampu berucap. Aku menangis karena aku telah kehilangan sahabat terbaik dalam hidupku. Keputusanku untuk menjauhinyalah yang membuka jarak diantara aku dengannya. Hingga berujung pada sebuah pertengkaran dan perpisahan diantara kami.

Persahabatanku dengannya dimulai ketika kami duduk dibangku kelas 2 SMA. Aku sendiri tak menyangka bisa bersahabat dengannya. Pertama aku bertemu dengannya adalah ketika aku masih duduk di kelas 1 SMA. Ketika itu aku mendaftar menjadi anggota OSIS. Setiap hari, aku harus berbaris dilapangan tepat didepan kelasnya. Suatu kali aku melihatnya, ia tampak begitu arogan, angkuh dan tak bersahabat. Sejak itu, aku berjanji aku tak mau mengenalnya. “Lagipula siapa sih orang yang mau berkenalan dengan orang yang angkuh, ia memang idola sekolah, finalis Kang Nong 2005 pula…tapi kalau sombong sih pikir – pikir dulu kalau mau temenan ?” kataku dalam hati. Namun seiring dengan berlalunya hari, akhirnya aku mengetahui juga bahwa namanya adalah Riva Aryananda.

Pengumuman kenaikan kelas pun tiba. Setiap siswa harus melihat di mading sekolah untuk mengetahui dikelas mana ia ditempatkan. Begitu pula denganku, aku melihat papan pengumunan untuk mengetahui kelas baruku. Ketika aku melihat daftar absensi, aku menemukan sebuah nama orang yang dulu kuanggap sangat arogan. Nama Riva Aryananda terpampang dengan jelas menempati kelas XI.IA.5 sebagaimana denganku. “ Ya Allah…bencana apa ini?” aku begitu tidak percaya dengan kenyataan ini.
Akhirnya kujalani saja hari – hari dikelas baruku dengan senyum, walau kutahu ada orang arogan disana. Tetapi, ternyata hari – hari dikelas 2 yang kuanggap akan berjalan dengan normal mulai berubah dengan kehadirannya. Kami selalu bertengkar, hal – hal yang sepele sebenarnya tapi tidak ada dari kami yang mau mengalah. Contohnya ketika kami sama – sama ingin melihat lukisan yang kami buat. Tak ada dari kami yang mau mengalah hingga akhirnya sampul lukisanku sobek.

“ Riva! Tega banget sih…sobek nih.!!”
“ups..maaf ya Put.. sengaja..hehe!! “
Mulai saat itu, aku semakin tidak menyukainya.

Hingga suatu hari, aku dispensasi tidak masuk sekolah karena harus mengikuti Pelatihan dan Lomba Karya Ilmiah selama satu minggu. Pada saat itu pula, ia juga dispensasi karena harus mengikuti Pemilihan Kang & Nong Kabupaten Tangerang. Sementara, ketika mata pelajaran Bahasa Indonesia dikelas, anak – anak dikelompokkan untuk tugas drama. Karena kami berdua tidak masuk, akhirnya kami dikelompokkan dalam satu kelompok bersama Vicky, temanku dari SMP.

Semenjak pengelompokkan itu, kami jadi terlibat banyak kegiatan. Pembuatan naskah, pembagian peran hingga latihan bersama, membuat aku mengubah pola pikirku padanya. Ternyata ia tidak sesombong yang kukira, ia hanya tidak pintar beradaptasi. Aku akhirnya menyadari, ia anak yang baik, lucu walau kadang menyebalkan. Drama yang kami mainkan akhirnya membuka jalan persahabatan diantara kami bertiga. Aku, dirinya dan Vicky.

Persahabatan kami, aku rasakan sangat menarik. Tertawa bersama walau bahkan untuk sesuatu hal yang tidak penting. Saling meledek, saling iseng satu sama lain namun kita tetap saling dukung. Hal ini sangat aku rasakan ketika aku mengikuti program Pelatihan dan Lomba Karya Ilmiah. Walau mereka tidak bersamaku, namun mereka mendukungku. Hal itulah yang memberikanku semangat, sehingga akhirnya aku terpilih sebagai Siswa Terbaik Kabupaten Tangerang.

Aku juga tidak pernah berhenti memberikannya semangat ketika ia mengikuti Pemilihan Kang & Nong Kabupaten Tangerang. Ingin teriak dan histeris rasanya ketika namanya diumumkan sebagai Runner Up Kang & Nong Kabupaten Tangerang. Sebenarnya tidak ada hal yang begitu penting untuk diceritakan tentang persahabatan kami. Persahabatan kami hanya berlangsung seperti biasa, tidak ada yang spesial. Aku juga tidak selalu bermain dengannya dan Vicky. Terkadang aku bermain dengan teman – teman lainnya.

Meskipun tanpa sesuatu yang spesial, persahabatan kami tetap berlanjut hingga kami naik ke kelas 3 SMA. Namun sayangnya, persahabatan kami ternyata tak bisa seperti dikelas 2. Kami sudah jarang saling meledek, saling tertawa bahkan saling iseng. Kami hanya bertemu ketika jam istirahat, itupun tidak setiap hari. Kondisi kami yang berbeda kelaslah yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Walau begitu, aku masih sering berbicara dengan Riva dan Vicky meski tak pernah lama.

Kejenuhanku memuncak, aku tak lagi menemukan teman yang dapat kuajak tertawa, bercanda dan saling ledek. Aku memang masih sering bercanda dengan Vicky, namun aku juga sangat mengharapkan kehadiran Riva ditengah – tengah kami. Ternyata aku merindukannya. Ops…merindukannya? Ah…aku hanya merindukan seorang sahabat ternyata. Tetapi, apa benar aku hanya merindukan seorang sahabat?. Entahlah.

Riva memang sering bergabung dengan kami. Namun semenjak kedekatannya dengan Agnez, ada hal berbeda yang aku rasakan. Aku hanya merasa tidak rela sahabatku Riva dekat dengannya. Tetapi ternyata, jauh dibalik rasa ketidakrelaanku, aku menyukai Riva. Aku menyukai suaranya, caranya berbicara, tingkahnya yang menyebalkan, tindakannya, senyumnya, dan semua hal mengenai Riva. Aku sadar, sebagai seorang sahabat tidak seharusnya aku menyukainya.

Akhirnya aku putuskan untuk tetap menjaga persahabatan diantara kami dan menganggap rasa suka yang kurasakan padanya hanyalah sebuah rasa kekaguman belaka. Namun, setiap hari aku semakin tidak tahu bagamana caranya menghilangkan kekagumanku padanya. Setiap saat kami bertemu, aku semakin tidak tahu bagaimana bersikap padanya. Setiap kali kami tertawa, aku semakin tidak tahu bagaimana caranya tidak menyukai senyumannya. Ya Allah tidak seharusnya aku menyukai..ia sahabatku.
Aku tidak ingin persahabatan ini hilang suatu saat hanya karena rasa yang aku miliki. Hingga aku memutuskan untuk menjauhinya hanya untuk menghilangkan rasa suka dan kagumku padanya. Aku benar – benar menjauhinya, untuk alasan yang ia tidak tau sama sekali. Karena tak mungkin aku memberitahukannya apa yang aku rasa, sementara aku sendiri juga tidak yakin dengan perasaanku.

Sikapku untuk menjauhinya tanpa alasan tetap berlangsung hingga kami lulus dari SMA. Walau ia terus bertanya mengapa, namun aku tak mampu mengatakan yang sebenarnya. “Biarlah waktu yang menjawab, jika mungkin aku sudah dapat melupakan perasaanku, aku akan kembali padanya dan meminta maaf ” kataku dalam hati.

Tetapi sayangnya, aku tetap tidak mampu berkata, bahkan disaat kami harus berpisah. Aku belum mampu meyakinkan diriku bahwa aku tidak menyukainya, hingga aku tak mampu berkata apa – apa padanya. Aku hanya terdiam ketika ia bertanya mengapa.
Sore itu, sepulang sekolah ia menghampiriku.
“Put…Riva ga ngerti apa salah Riva sampai Put ngejauhin Riva..tapi Riva minta maaf untuk apapun kesalahan yang sudah Riva perbuat..Kalau memang kita harus pisah dan ga bisa sahabatan lagi, Riva harap kita tetap bisa saling tegur suatu saat kita ketemu..”
Aku hanya tertunduk. Birunya awan di langit yang cerah tak dapat kurasakan indahnya. Hembusan angin sore dari pohon disekolah tak dapat aku rasakan segarnya. Disamping sebuah pilar diselasar sekolah aku berdiri, merasakan sesuatu yang hangat turun perlahan dari mataku ketika bayangnya semakin hilang ditelan matahari. Maaf sahabat, aku hanya belum sanggup berbicara.

Putri Pramudya Wardhani
Email Anda: pramudya_archi@yahoo.com


logo sivalintar



Bookmark and Promote!



Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Ketika Ku Tak Sanggup Berbicara”

Posting Komentar

Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)

Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial