BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Lentera Bu Minda

    



Pengalaman Pribadi

Oleh : Dodi Prananda

Aku akan menceritakan sosok seorang yang membuat aku mampu bangkit ketika aku terjatuh. Namanya Mindawati. Semua murid biasanya memanggil beliau Bu Minda. beliau termasuk guru yang muda di sekolah. Beliau mengajar pelajaran Budaya alam minangakabau, meski beliau bukanlah bukanlah berasal dari ilmu tersebut. Beliau memiliki latar belakang sebagai guru Bahasa Indonesia.

Awalnya aku merasa tidak ada special dari Bu Minda. Ia sama seperti guru-guru yang lain. Namun aku merasakan sesuatu hal yang membuat aku tertegun. Menurutku Bu Minda adalah seorang guru yang memberikan aku pelita ketika ia menawarkan padaku untuk mengikuti sebuah lomba baca puisi. Ia menyodorkan padaku secarik kertas tentang pengumuman lomba baca puisi yang di adakan sebuah lembaga pendidikan.

Bu minda tahu aku bukanlah seorang yang mahir dalam membaca puisi. Namun ia hanya berkata singkat setelah menulis namaku dalam sebuat kertas tentang keputusan siapa yang diutus sekolah untuk mengikuti perlombaan itu.

Bu Minda hanya mengatakan “jangan pernah berkata tidak sebelum mencobanya”. Aku kian tertegun. Aku merasa tertantang oleh kata-kata Bu Minda barusan, yang mana setelah itu aku memberanikan diri untuk mendatangi meja Bu Minda dan berkata bahwa aku sedia untuk mengikutinya.

Bu minda hanya tersenyum. Setelah aku menyatakan pada diriku bahwa aku bisa memberikan yang terbaik bagi Bu Minda aku kemudian menanamkan kepercayaan dalam diri bahwa aku bisa. Karena aku tidak mau membuat Bu Minda kecewa.

Setelah hari-H acara itu datang aku merasa jantungku dipompa begitu dahsyat. Rasa tanggung jawab atas diutusnya aku sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti perlombaan itu. Berat rasanya memikul tanggungan, jikalau saja aku tidak menang pasti aku akan mengecewakan banyak pihak.

Mulai dari Bu Minda. Ya, Bu Minda telah memberikan yang terbaik bagiku. Terlebih pada kata-katanya yang selalu menyelip di benakku. Bahkan sebelum melangkah pergi mengikuti lomba itu Bu Minda mengulangi kata-katanya. Belum lagi kegigihan Bu Minda melatihku, mengajarku bagaimana cara mendeklamasikan puisi degan baik dan benar. Bahkan pada suatu hari sebelum lomba itu dimulai Bu Minda telah melakukan suatu pengorbanan demi aku dan lomba itu.

Selain itu kalau aku tidak menang aku juga akan mengecewakan diriku sendiri, orang tuaku yang hanya bisa memberikan support, juga sekolah dan teman-teman yang memberikan dukungan.

Kalah dan menang itu adalah hal biasa dalam perlombaan. Jadi kalau kalau jangan bersedih. Kalah itu bukan berarti harus mengalah, begitu kata-kata terakhir Bu Minda sebelum aku berangkat ke tempat lomba itu.

Di dalam lomba itu aku menemukan para pesaing yang hebat. Banyak diantara mereka telah berpengalaman dalam membacakan sebuah puisi. Jauh rasanya mendapatkan kata-kata”menang”ketika para pesaing membuat dewan juri tersenyum manis dan semua penonton bertepuk tangan.

Akhirnya setelah hampir seharian penuh mengikuti lomba itu, pengumuman para pemenang akhirnya dibacakan juga. Ketika salah seorang dewan juri menyampaikan hasil perlombaan ku dengar baik-baik, apakah Nomor lot ku akan tersebut dalam penyampain dewan juri itu.

Setelah dewan juri selesai menyampaikan pengumuman para pemenang lomba baca puisi tak kudengar dewan juri membacakan No lot ku keluar sebagai pemenang. Aku terhempas. Tiada kata yang mampu mengalir dari bibirku. Aku merasakan sebuah goncangan. Sesaat setelah aku terhempas kata-kata Bu Minda yang mengatakan bahwa “Kalah itu bukan berarti harus mengalah” makin mengabut di jiwaku.

Aku berlari ke belakang pelataran parkir di dekat perlombaan puisi itu. Diam-diam aku menjatuhkan air mata. Namun tiba-tiba sebuah suara membuat aku mengahapus butir air mata yang jatuh perlahan ke pipiku dengan jemari.

“kalah itu bukan berarti harus mengalah”. Ibu tadi melihat kamu semangat kok dalam berpuisi. Aku hanya membalas dengan sebuah pertanyaan“Ibu tadi melihat Dodi ya saat tampil, tadi di sekolah katanya ibu nggak bisa datang ke sini karna banyak urusan!”. Bu Minda memelukkku seerat-eratnya dan memberikan sebuah ketegaran untukku.

Kamu sudah memberikan yang terbaik bagi sekolah kita, kata-kata Bu Minda yang terakhir ini membuat aku makin tegar berdiri di saat rapuh seperti ini. Bu minda memberikan pelita dalam kegelapan hatiku saat ini.

Setelah lama mendapatkan pengajaran dari Bu Minda, aku makin bersikap dewasa dalam menghadapi semua persoalan yang menghadang. Bahkan pada suatu hari aku dihadapkan pada sebuah kenyataan yang amat pahit, aku belum melunasi Lima bulan uang sekolah yang nunggak, padahal kartu ujian bisa dibagikan setelah melunasi. Aku sangat cemas dam ketakutan ketika mengetahui bahwa aku tidak bisa mengikuti ujian, tidak hanya sekedar ujian biasa, itu adalah ujian semester, penentu apakah kita akan naik kelas.

Dengan memberanikan diri aku menemui Bu Minda dimejanya. Kulihat beliau sedang sibuk dengan tugasnya. Aku uraikan apa maksudku. Bu Minda hanya mengangguk-angguk pertanda mengerti dengan masalah yang sedang kuhadapi. Bu Minda mengatakan bahwa “hidup itu seperti roda pedati, dimana suatu saat kita berada diatas dengan artian menemukan kebahagian, terkadang berada di bawah, dengan artian kita pasti akan menemukan kepahitan.

Bu Minda hanya berkata seperti itu, tanpa menyebut-nyebut tentang kartu ujian. Setelah satu jam berlalu, aku yang sedang bingung dengan nasibku, apakah akan tetap bisa mengikuti ujian besok atau tidak hanya bisa tersenyum lega ketika Bu Minda menyodorkan kartu ujian ketanganku. Aku memeluk Bu Minda seerat-eratnya. Aku sangat berterima kasih pada Tuhan telah memberikan seorang guru yang baik seperti Bu Minda. Sampai sekarang kata-kata mutiara yang diucapkan Bu Minda padaku masih kusimpan dalam hati sebagai prinsip hidup. Life must go on, salah satu moto Bu Minda yang kujadikan sebagai prinsip hidup.

Dodi Prananda
Email : vjhay_dodi@yahoo.co.id
Blog : dodiprananda.blogspot.com



logo sivalintar



Bookmark and Promote!



Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.

Komentar :

ada 1
Otto on Jumat, 10 Juli 2009 pukul 22.46.00 WIB mengatakan...

sukses selalau yaw, bgs tuch critanya

Posting Komentar

Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)

Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial