Oleh : Tarjum
Apa yang akan aku jelaskan ini adalah pengalaman pribadi selama menjalani proses penyembuhan gangguan bipolar. Aku merasakan percepatan proses penyembuhan sejak aku aktif menjalani terapi fisik. Terapi fisik yang aku maksud adalah olah raga, lebih spesifik lagi olah raga permainan (bola volley). Mungkin saja terapi ini hanya cocok untukku sendiri, karena aku tak pernah mengadakan penelitian lebih jauh soal efektifitas terapi fisik ini. Namun tak ada salahnya anda mencoba, toh tak memerlukan biaya untuk menjalani terapi ini, yang dibutuhkan adalah kesungguhan, disiplin dan konsisten dalam menjalaninya.
Terapi ini sebenarnya sudah aku jalaskan dalam tulisanku yang berjudul “Terapi Alamiah Penanggulangan Manic Depressive / Gangguan Bipolar”. Namun dalam tulisan ini akan aku jelaskan secara khusus tentang terapi fisik ini.
Disini aku mengambil satu contoh kegiatan olahraga—sesuai pengalamanku sendiri—yaitu permainan bola voli. Anda bisa memilih jenis olahraga permainan apa saja sesuai dengan minat anda. Namun, saya tekankan di sini, jenis olah raganya adalah permainan tim seperti : sepak bola, basket, bulu tangkis, tennis atau olah raga permainan lainnya.
Saat berada di lapangan berlatihlah dengan tekun dan penuh semangat untuk menjadi pemain yang baik, memiliki kemampuan teknik yang mumpuni serta ketahanan fisik dan mental yang kokoh. Ketiga hal tersebut harus dimiliki oleh seorang pemain. Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya adalah interaksi sosial di arena pertandingan. Ketahanan fisik yang prima dan penguasaan teknik yang sempurna akan membuat anda bisa bermain dengan cantik dan menawan. Sedangkan mental yang tangguh akan membuat anda mampu mengontrol emosi dan tidak mudah tertprovokasi, hingga anda bisa bermain sekaligus berinteraksi—dengan kawan maupun lawan—dengan elegan di arena pertandingan.
Kegiatan olahraga yang anda lakukan ini, berpengaruh positif terhadap setidaknya tiga aspek dalam diri anda, yaitu aspek fisik, mental dan sosial.
Aspek Fisik
Secara sederhana bisa dijelaskan, olahraga apa pun jenisnya akan membuat tubuh anda bugar dan sehat. Otot-otot tubuh lebih lentur dan kuat, sirkulasi darah dan sistem metabolisme tubuh lebih lancar, serta organ-organ tubuh lebih sehat dan terawat. Termasuk salah satu organ tubuh paling vital yiatu otak.
Saat berada di lapangan, bukan hanya fisik anda yang aktif bergerak mengikuti arah pergerakan bola, otak anda juga dirangsang untuk berpikir dan mengambil keputusan dengan cepat, tepat dan akurat. Seorang pemain yang terlatih bukan hanya menguasai teknik permainan, tapi juga harus menguasai ‘taktik’ permainan. Ini membutuhkan kerja otak yaitu kecerdasan dan kecerdikan. Gerak otot dan otak yang anda lakukan dalam satu set saja bisa sampai puluhan bahkan mungkin ratusan kali. Berapa kali dalam sehari, seminggu atau sebulan. Dan semua itu anda lakukan dengan penuh gairah, semangat dan senang hati.
Gerakan-gerakan otot dan otak secara intensif, teratur dan terus-menerus tersebut, selain membuat tubuh anda lebih sehat dan bugar, bukan tidak mungkin, mampu menetralisir ketidakseimbangan biokimia dalam otak yang merupakan salah satu kemungkinan faktor penyebab gangguan dipolar.
Aspek Mental
Dalam permainan apa pun termasuk bola voli, selain harus memiliki kemampuan fisik dan teknik prima, sebagai seorang pemain, anda juga harus memiliki mental yang tangguh. Seorang pemain yang bermental “baja” akan bermain dengan gigih, ulet dan pantang menyerah sampai “detik-detik terakhir” permainan. Dalam situasi kritis, kekuatan mental pemain dan tim secara keseluruhan akan sangat menentukan kalah menangnya sebuah tim.
Sebagai seorang pemain secara individu, sekaligus sebagai bagian dari tim, anda akan dilatih dan melatih mental anda, agar bisa bersikap tenang di lapangan, mampu mengendalikan emosi, mampu berpikir jernih dan akhirnya mampu mengambil keputusan yang tepat dan akurat disaat-saat paling kritis sekalipun.
Saat sedang berlaga di arena, anda bisa mengekspresikan diri (kekecewaan, kemarahan, kepuasan atau kegembiraan) dengan lepas dan lugas. Saat anda meloncat lalu memukul bola dengan keras, sebenarnya anda bukan hanya melepaskan energi fisik, tetapi sekaligus melepaskan energi psikis.
Sebagai seorang pemain, anda harus mampu mengendalikan diri dan mengontrol emosi saat berada di lapangan, agar tidak mudah terpancing oleh cemoohan, ejekan atau provokasi pihak lawan. Tetap tenang dan tampil elegan di lapangan. Kematangan mental seorang pemain dan sebuah tim, akan tampak dari bagaimana caranya menyikapi kemenangan maupun kekalahan. Tidak meluapkan kegembiraan secara berlebihan ketika menang, dan sebaliknya mampu meredam kekecewaan atau kesedihan ketika kalah.
Latihan-latihan fisik dan mental serta pengalaman-pengalaman yang anda rasakan di arena pertandingan, akan berpengaruh positif terhadap kondisi mental anda. Anda akan lebih mampu mengendalikan emosi saat berada di dalam maupun di luar lapangan. Saat anda mengekspresikan kegembiraan, kepuasan, kekecewaan, kekesalan bahkan kemarahan sebenarnya anda sedang membebaskan diri dari tekanan-tekanan mental yang selama ini membebani pikiran anda. Mengikis pikiran-pikiran negatif dan memupuk pikiran-pikiran positif. Kegembiran, kebanggaan dan kepuasan batin di arena pertandingan akan mendorong anda untuk lebih bangga dan menghargai diri sendiri dan orang lain. Menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Percaya pada kemampuan sendiri dan tidak memandang rendah diri sendiri dan orang lain.
Aspek Sosial
Di arena latihan maupun pertandingan, anda akan berinteraksi dengan sesama pemain, lawan main, pelatih, wasit dan para penonton atau suporter (suporter tim anda dan suporter tim lawan). Dalam olahraga permainan beregu seperti bola voli, anda tidak hanya dilatih dan melatih kemampuan diri sendiri, tetapi berlatih bersama anggota tim lain. Berlatih teknik dan taktik permainan, serta berlatih kerjasama dan kekompakan tim. Tim yang tangguh bukan hanya menonjolkan kemampuan individu pemainnya, tapi menunjukan kerjasama antar pemain yang kompak dan solid.
Di arena pertandingan, dua tim saling berhadapan sebagai lawan. Demikian juga suporter masing-masing tim, berada dalam posisi yang saling berhadapan. Tak jarang, di lapangan, anda dan lawan anda saling gertak dan saling memprovokasi, untuk menjatuhkan mental dan mengacaukan irama permainan lawan. Di sinilah kemampuan fisik, teknik dan ketangguhan mental anda diuji.
Namun semua itu hanyalah permainan. Setelah wasit meniup peluit tanda pertandingan usai, anda saling berjabat tangan dan saling memeluk dengan kehangatan dan suasana persahabatan. Yang menang mengekspresikan kemenangannya dengan wajar dan etis, sedangkan yang kalah menerimanya dengan jiwa besar dan lapang dada. Saat pertandingan usai, ketegangan mencair, lawan menjadi kawan, musuh menjadi sahabat. Ketika jumpa di luar arena, anda saling menyapa dengan senyum dan kehangatan. Sungguh sebuah interaksi sosial yang manis dan menyegarkan.
Lalu, apa kaitan dan pengaruhnya interaksi di arena olahraga dengan proses penyembuhan derita jiwa anda?
Saat anda berada di lapangan, bersama rekan satu tim, berhadapan dengan lawan main dan dikelilingi oleh para suporter, anda akan merasa diterima dan diakui sebagai seorang pemain dan sebagai bagian dari permainan itu sendiri. Apalagi saat tim anda memenangkan pertandingan, pemain, oficial, pelatih dan suporter akan memberi selamat dan mengelu-elukan anda. Anda merasa bangga dan puas telah memberi kebahagiaan kepada seluruh anggota tim dan suporter. Rasa berguna, rasa bangga, rasa diterima dan diakui, akan mengikis bahkan mungkin menghapus rasa kesepian dan keterpencilan sosial anda. Disaat yang sama, kebahagiaan, kepuasan batin serta kemampuan anda berkomunikasi yang semakin baik, seiring bertambah luasnya lingkungan pergaulan anda—tentunya teman dan kenalan anda semakin banyak— akan meningkatkan kepercayan diri anda. Dan seperti ditulis oleh David D. Burns dalam bukunya “Mengapa Kesepian” (terjemahan Bahasa Indonesia), “Sekali seseorang mulai merasa lebih percaya diri, orang lain akan merasa (menilai) lebih baik. Anda akan masuk siklus suasana hati yang positif. Dan meningkatnya harga diri berarti membuka peluang dalam sukses sosial yang lebih besar.”
Itulah, tiga aspek (fisik, mental dan sosial) dari aktivitas olahraga yang berpengaruh terhadap pemulihan kondisi kejiwaan anda. Seperti yang aku alami sendiri, aktivitas olahraga yang aku lakukan dengan senang hati dan penuh gairah, ternyata berpengaruh besar dalam mempercepat proses pemulihan kesehatan mentalku.
Aktivitas olah raga tersebut cukup anda lakukan 1-2 jam sehari, atau disesuaikan dengan kondisi fisik dan psikis anda sendiri. Lakukan aktivitas olah raga ini secara konsisten dan disiplin minimal selama tiga bulan. Setelah itu anda bisa mengevalusi sendiri hasilnya, apakah sesuai harapan anda atau tidak. Namun paling tidak secara fisik anda lebih sehat dan segar.
Selamat mencoba, semoga berhasil.
Jika anda punya pendapat lain, pertanyaan atau punya pengalaman pribadi tentang terapi fisik ini, silakan tulis di kolom komentar atau kirim ke blog ini.Artikel terkait :
Apa itu Gangguan Bipolar (Manik Depresif)?
Terapi Alamiah Penanggulangan Manic Depressive/Gangguan Bipolar (1)
Terapi Farmakologi untuk Gangguan Bipolar
Curhat Seorang Suami yang Istrinya Divonis Menderita Bipolar / Manik Depresif
Blogging sebagai Alternatif Terapi Psikis
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)