Oleh : Muhammad Rafi
( Mengenang Sahabat Baikku )
Masih terngiang jelas di telinga ini saat Tika ( nama samaran ) dengan begitu semangat menceritakan impian yang ingin di raihnya dalam beberapa tahun kedepan, bahkan ia membuat planning setahap demi setahap untuk mencapai impiannnya tersebut. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk kebahagiaan keluarga kecilnya yang baru di mulai. Ia begitu antusias menceritakan padaku dan teman-teman sekantor mengenai impiannya itu.
Tika mempunyai keluarga yang bahagia, ia menikah di saat usia nya menginjak 24 tahun, ia berfrofesi sebagai wanita karir yang mempunyai seorang anak yang tampan,sedangkan sang suami bekerja sebagai tenaga honorer di suatu instansi pemerintah.
Kini impian yang ia bangun musnah sudah, tepat pada hari kamis, pukul 10.45 wib di saat hendak menuju kekantor ia tewas tertabrak truk hingga menyeret tubuhnya beberapa meter, ya Allah bagai petir yang menyambar di siang bolong, betapa berita tersebut begitu mengagetkan kami semua orang-orang terdekatya, seakan tak percaya, tapi apa kata ini fakta dan kini ia sedang terbaring kaku di pinggir jalan, bersama berkas-berkas kantor yang berserakan di sekitar tempat kejadian, ia yang baru kemaren berkumpul bersama duduk-duduk bercerita di warung kopi pinggir jalan tempat favorit kami, untuk saling berbagi cerita. Rupanya itu merupakan pertemuan terakhir kami pagi yang tenang itu mengantarkannya ketempat peristirahatan terkhir, ia pergi bersama-mimpi-mimpinya yang belum terwujud, ia meninggalkan keluarga kecil yang sangat di cintainya, dan yang lebih menyayat hati di saat tabrakan maut tersebut terjadi di kabarkan ia sedang hamil empat bulan.
Ia juga meninggalkan seorang anak yang masih balita, berat rasanya saya menceritakan kejadian ini, hingga beberapa bulan setelah peristiwa yang menyayat hati tersebut masih terus kami ingat dan kenang, terlebih lagi di saat kami melewati TKP ( tempat Kejadian perkara ) tempat di mana ia ............ah.entahlah.
Sebenarnya rentetan peristiwa tersebut sangat panjang, namun karena saya kurang pintar merangkai kata maka hanya kejadian tersebut yang saya ingat dan rasakan sebagai sahabat baik beliau.
Dari kejadian ini dapat kita ambil suatu nilai yakni betapapun kita sebagai manusia berencana ini dan itu serta punya segudang impian dan mungkin saja terkadang kita tak yakin kita akan mati esok hari, atau bahkan beberapa menit lagi jatah umur kita, tetap saja ia datang kapanpun dia mau, karena kematian itu adalah sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk, baik dia seorang pedagang kaki lima, tukang becak, pengusaha, konglomerat, bahkan presiden sekalipun akan menemui yang namanya mati,
Tapi hidup mestilah tetap di jalankan dengan sikap optimis dan berjuang mewujudkan impian yang kita inginkan, maut pasti akan datang menghampiri kita cepat ataupun lambat namun bukan berarti kita hanya bisa pasrah dan tak berbuat apa-apa dalam hidup yang singkat ini.
Kejarlah cita-cita kita,impian kita, hiduplah dengan bahagia,ceria, optimis, semangat, dan berbuat baiklah semampu kita selagi kita masih di beri nafas, selagi kita masih bisa berkata, mendengar, sampai kedua mata ini melihat dunia untuk terakhir kalinya.karena amal ibadah yang baiklah yang akan menjadi bekal kita dan teman kita di akhirat nanti.
Akhirnya” Manusia Hanya Bisa Berusaha dan Berencana Tapi Tuhanlah yang menjadi penentu akhirnya” kepada saudara di manapun berada yang meluangkan sedikit waktunya membaca kisah ini, mohon do’anya semoga Allah SWT menerima amal ibadah saudari kita ini selama hidup didunia dan ia mendapatkan tempat yang layak di sisiNYA.amin.Anda ingin membaca kisah-kisah pengalaman pribadi yang menarik dan inspiratif?
Silakan klik di sini.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, saya ikut prihatin kang
Betul sekali manusia hanya perencana & berusahalah sebaik2nya, tapi kepadaNya lah semua dikembalikan
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)