Oleh : Tarjum
Saat membuka email hari Kamis (10/12) kemarin, ada seseorang yang meminta waktu untuk wawancara. Si pengirim email bernama Rina Sitorus dari Radio Nederland Wereldomroep Siaran Indonesia di Belanda (Ranesi). Radio Nederland Wereldomroep (RNW) menyiarkan informasi, warta berita dan analisa dalam 10 bahasa, 24 jam sehari, melalui radio, televisi dan internet. Rina, dari redaksi siaran Indonesia, membaca cerita pengalaman bipolar saya di blog curhatkita. Saya membalas email permintaan wawancara tersebut dan memberi dua pilihan waktu wawancara saat jam istirahat kerja, yaitu jam 12.30 WIB atau jam 18.30 WIB.
Sekitar jam lima sore, saya terima sms dari Rina Sitorus, isinya memberi tahu saya bahwa dia akan mewawancarai saya pada jam 18.30, hari itu juga. Saya menyanggupinya. Jam 18.40, HP saya berdering, ternyata itu dari Rina Sitorus yang akan mewawancarai saya langsung dari ruangan studio Radio Nederland Wereldomroep. Karena waktunya yang memang singkat, wawancara hanya soal poin-poin penting saja. Rina Sitorus diantaranya menanyakan kapan dan bagaimana gejala bipolar mulai saya rasakan, bagaimana sikap orang tua/keluarga saya terhadap derita psikologis saya, kapan dan dari mana saya tahu bahwa yang saya derita adalah gangguan bipolar, bagaimana usaha-usaha saya untuk mengatasinya dan apakah saat ini saya sudah benar-benar sembuh. Wawancara berlangsung hanya sekitar 20 menit. Hasil wawancara akan disiarkan pada bulan Januari 2010, begitu menurut Rina. Selain itu Rina juga akan menulis artikel tentang Sindrom Bipolar untuk Radio Nederland Wereldomroep/Ranesi.
Itulah untuk pertama kalinya saya diwawancarai sebuah Radio tentang gangguan bipolar yang pernah saya alami. Saya berharap lewat siaran Ranesi tentang bipolar ini, nantinya bisa memberikan sumbangan informasi tentang salah satu jenis gangguan kejiwaan yang jumlah penderitanya semakin besar ini. Semoga pemahaman masyarakat yang semakin baik tentang bipolar, bisa membantu upaya-upaya penanggulangan gangguan bipolar di masyarakat. Lebih jauh saya berharap, dengan semakin terbuka dan menyebarnya informasi yang tapat dan akurat tentang gangguan bipolar dan gangguan kejiwaan lainnya, akan mampu mengurangi bahkan menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap penderita gangguan kejiwaan pada umumnya dan penderita gangguan bipolar khususnya. Sehingga nantinya para penderita gangguan kejiwaan tidak merasa malu lagi dengan derita psikologis yang dialaminya.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
LANJUTKAN KANG..!!! smoga tambah sukses...:)
wah selamat ya,...
@Kang Yanu, @nulani,
Makasih atas do'anya. Dukung terus blog curhatkita, agar semakin bisa memberi inspirasi kepada banyak orang.
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)