Oleh : Tarjum
Beberapa hari yang lalu, saya menerima sms dari seorang ibu. Dia minta alamat link download e-book tentang bipolar. Dia menjelaskan secara singkat melalui sms bahwa anak tercintanya divonis mengidap Gangguan Bipolar. Dari pesan singkatnya saya bisa merasakan kekhawatirannya yang mendalam atas kondisi psikologis putra tercintanya. Cinta, kasih sayang dan perhatian seorang ibu kepada anaknya memang tiada duannya. Sampai Tuhan pun membandingkan cinta kasih seorang ibu dengan ayah 3 berbanding 1.
Cinta ibu kepada anaknya tak pernah luntur, dari sejak sang anak berada dalam kandungan sampai dewasa bahkan sampai anaknya sudah menikah dan punya anak, luar biasa! Tak salah kalau diumpamakan surga berada di bawah telapak kaki ibu. Saya sendiri merasakan betapa besar kasih sayang ibu. Sampai saat ini saya sudah menikah dan punya dua orang anak, cinta ibu tak pernah berkurang sedikitpun.
Setiap kali saya main ke rumahnya, ibu selalu menawari saya makanan yang dia punya, makanan kesukaan saya. Dia nampak sangat senang jika saya makan di rumahnya. Saat saya pulang, ibu selalu membawakan saya makanan atau buah-buahan yang dia punya untuk saya, istri dan anak-anak saya (cucu-cucunya).
Kembali soal kekhawatiran sang ibu yang putranya mengidap gangguan bipolar. Saya kirim link download e-book via email yang dia kirim via sms. Email pertama nggak masuk, yang kedua masuk tapi dia nggak bisa download karena email dikantornya diproteksi. Akhirnya saya kirim file e-booknya langsung via email. Dia sangat berterima kasih dan mohon do’a untuk kesembuhan sang putra tercintanya. Dia juga sempat telepon langsung ke nomor HP saya. Dia menanyakan beberapa hal tentang upaya-upaya penganggulangan bipolar yang telah saya jalani. Saya jelaskan semampu saya berdasarkan pengalaman saya sendiri dan pengetahuan yang saya miliki.
Mendengar penuturannya, saya teringat kembali bagaimana perhatian dan kesabaran yang luar biasa dari ayah dan ibu saya, mendampingi dan mendukung saya selama 5 tahun lebih bergumul dengan bipolar. Ayah, tanpa lelah memberi pengertian, dukungan dan dorongan semangat agar saya sabar dan terus berusaha mengatasi derita psikologis yang saya alami. Ibu saya lebih banyak memberi dukungan dalam bentuk perhatian dan cinta kasih tulus tiada tara. Saya tak akan bisa membalas budi baik mereka berdua dengan apa pun dan sampai kapan pun. Saya hanya bisa berterima kasih dan memanjatkan do’a kehadiratNya, semoga Allah meridloinya dan memberinya kebahagiaan serta kesejahteraan lahir batin di dunia dan di akhirat kelak, amin.Teman-teman sekalian sebagai wujud solidaritas, mari kita panjatkan do’a kehadiratNya untuk kesembuhan putra sang ibu yang saya ceritakan dalam tulisan ini. Semoga Tuhan memberinya ketabahan, kesabaran dan menunjukan jalan kesembuhan untuknya, amin.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
emang, kasih sayang ibu itu sepnajang masa
saya turut berdoa
aku malah ga tw lagi hrs gimana, gangguan kejiwaan membuat aku makin jauh dari ibuku... hhhhhh. sedihnya...
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)