Oleh Orang Dengan Bipolar
Saya perempuan usia 19 tahun. Selama 17 tahun saya hidup, banyak kisah suka duka saya alami. Mulai dari sekarat saat baru lahir, pindah-pindah sekolah semasa TK dan SD, masalah saat SMA, masalah pergaulan, menghadapi kegagalan, dan banyak lainnya. Tapi saya boleh bangga dengan diri saya karena saya berhasil melalui masa itu. Saat ini saya kuliah di Fakultas Kedokteran.
Kehidupan saya berubah saat saya berusia 18 tahun. Saat itu keluarga saya melihat bahwa saya sudah dewasa dan matang secara psikologi. Atas dasar itu, ibu saya mulai percaya untuk curhat tentang masalahnya kepada saya. Semua ia ceritakan mulai dari masa lalu, keuangan, keinginan dan impiannya, deritanya, hubungannya dengan ayah saya, masalah adik saya, dll. Saya tidak menyangka ibu saya menyimpan kisah dukanya sendirian selama ini. Pada awalnya saya ingin membantu ibu saya meringankan bebannya. Saya berusaha mengihbur dan mencoba menggali lebih dalam agar bisa memberi solusi. Tapi semakin saya mencoba berusaha, semakin saya merasa kaget dan tidak menerima kenyataan yang selama ini tersimpan. Itulah awal saya mengalami depresi. Saat itu bulan Desember tahun 2009.
Selama 2 bulan saya mengalami depresi. Ditengah depresi itu saya berusaha keras untuk bertahan sendirian dan berusaha terlihat tegar di depan ibu saya. Dampaknya, depresi saya semakin berat. Semua gejala depresi saya alami, saya tak mampu lagi untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Ibu saya melihat perubahan pada diri saya. Bulan Februari 2010 saya berobat ke psikiater. Saya minum antidepresan selama kurang lebih 4 bulan.
Karena merasa depresi sudah teratasi dan sudah bisa kembali berfungsi normal, saya berhenti minum obat tanpa konsultasi terlebih dahulu ke psikiater. Saat itu saya berada dalam fase hidup yang sangat bahagia. Senang rasanya bisa bangkit dari depresi dan kembali melakukan aktifitas sehari-hari. Bahkan aktifitas saya meningkat. Saya mencoba banyak hal baru, berbagi cerita ke teman-teman saya yang sedang ada masalah, dan hal positif lainnya. Saat itu saya merasa percaya diri dan sangat yakin saya akan menjadi orang sukses nantinya.
Tapi sebulan setelah saya berhenti minum obat, saya merasa diri saya aneh sekali. Kadang depresi saya muncul begitu saja tanpa sebab di waktu yang tidak terduga. Depresi itu saya rasakan selama 3-4 hari. Lalu saya kembali normal. Kadang malah menjadi sangat ingin marah dan bingung harus melakukan apa untuk menyalurkan tenaga yang saya rasa berlebihan. Selama 2 bulan saya mengalami mood yang berubah-ubah. Aneh sekali. Saya merasa ini bukan diri saya. Semakin lama juga gangguannya bertambah parah. Muncul keinginan untuk menyakiti diri dan merusak barang-barang.
Pada puncaknya yaitu bulan lalu, saya meminum banyak obat yang disimpan di rumah. Saat itu saya meminum 10 lebih tablet obat. Lucunya, saya masih sempat memilih obat yang kira-kira tidak membuat saya mati dengan pengetahuan saya di bidang kedokteran. Setelah minum obat itu saya merasa puas dan tenang lalu tidur, dan 6 jam kemudian saya muntah-muntah hebat.
Melihat tindakan bodoh seperti itu, ibu membawa saya ke psikiater lagi. Mendengar cerita saya, beliau memberikan saya mood stabilizer ditambah antipsikotik. Saat ini saya masih meminum obat itu dan rutin berkonsultasi. Dengan bantuan obat, saya merasa lebih terkontrol. Walaupun mood masih berubah-ubah, tapi disaat depresi gejalanya tidak seberat saya sebelum minum obat. Begitu juga saat manik. Saya masih bisa menahan amarah.
Psikiater saya tidak menyebutkan langsung bahwa saya memiliki gangguan bipolar. Tapi di saat normal seperti saat saya menulis ini, saya mencari tahu sendiri tentang kondisi saya dan obat-obatan yang saya minum. Dan memang benar ternyata saya memiliki gangguan bipolar tipe campuran dengan siklus yang sangat cepat.
Kadang memang aneh melihat diri kita menjadi tidak terkontrol dan merasa kehilangan diri kita yang dulu sebelum mengalami gangguan bipolar. Saya sendiri baru sadar juga bahwa dulu setelah saya memutuskan berhenti minum antidepresan, yang saya alami bukanlah keadaan bahagia yang sebenarnya. Tapi lebih seperti gejala manik walaupun tidak sepenuhnya begitu.
Saya senang bisa menemukan blog ini dan berbagi cerita dengan ODB lainnya. Dengan bercerita di dunia maya saya merasa lebih lega dan saya dapat merahasiakan identitas saya.
Menjadi seorang dokter adalah cita-cita saya dari kecil. Saat ini saya berusaha keras untuk tetap melanjutkan kuliah saya. Tak lama lagi jika semuanya lancar, saya akan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran. Setelah itu masuk ke tahapan pendidikan di rumah sakit untuk mendapatkan gelar dokter. Jika saya memikirkan bagaimana diri saya nanti, mungkin tidak akan mungkin bisa menjalaninya. Anda bisa bayangkan. Menjadi dokter dengan jiwa yang sehat saja tanggung jawabnya sudah besar dan berat. Bagaimana dengan saya yang memiliki gangguan bipolar ? Jujur, sebenarnya saya takut untuk menjadi dokter dengan kondisi saya sekarang. Tapi saya tidak ingin melepaskan cita-cita saya begitu saja. Apalagi saya sudah setengah jalan. Jadi saya menjalankan saja apa yang ada di depan saya satu-persatu tanpa memikirkan masa depan.
Semoga saja gangguan bipolar yang saya alami tidak menghalangi saya mencapai cita-cita saya. Setahu saya, gangguan bipolar memang tidak bisa disembuhkan. Walaupun sudah terkontrol dan stabil tanpa obat-obatan, ODB bisa mengalami kekambuhan. Tetapi, perlu diingat, semua itu terjadi atas kuasa Tuhan dan mukjizat itu benar adanya. Jadi, berusahalah untuk tetap optimis.
Inilah kisah saya dengan bipolar ditengah perjuangan saya mencapai cita-cita. Mungkin ada yang mengalami hal yang sama dengan saya atau mengetahui apakah pernah ada ODB yang sukses menjadi dokter, saya harap bisa berbagi dengan saya melalui mixed.bipolar@gmail.com. Terima kasih sebelumnya.
Salam, ODB.
Anda mau memberi dukungan atau masukan untuk Amy? Silakan tuliskan saran anda di kolom komentar di bawah posting ini. Saran anda bisa juga dikirim ke email admin : sivalintar@yahoo.com atau pesan facebook ke www.facebook.com/tarjum. Dukungan dan masukan anda akan sangat berarti baginya.Menjadi Guest Post (Penulis Tamu) untuk Blog Curhatkita
Teman-teman juga bisa kirim curhat, berbagi pengalaman atau kirim artikel yang sesuai dengan tema blog ini. Panjang tulisan satu sampai dua halaman. Sertakan alamat email (wajib) dan identitas diri (boleh asli atau samaran). Tulisan tidak menyinggung sara serta tidak melanggar nilai-nilai hukum dan perundang-undangan. Jika anda berminat silakan kirimkan tulisan anda disini.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
harus banyak kegiatan motorik yg menguras energi. trus balancing antara kegiatan seni, rekreasional dan kegiatan serius.
trus bermurah hati terhadap diri sendiri. kita punya keterbatasan. biar Tuhan yg urus.
kita tidak akan pernah mempunyai tujuan hidup bila tanpa cita-cita.Dan, semua susah dalam perjalanan menaiki tangga cita-cita adalah hiasan termanis dalam hidup dan menjadi kenangan tersendiri.Jangan menyerah karena hidup itu bagaikan sebuah kotak kado yang setiap hari kita dapat dan kita harus membukanya saat hari berakhir.Percayalah bahwa tuhan selalu menaungi kita.
@ado, setuju dengan ado, “saat saya berlatih fisik, saya sering melakukannya sampai puncak kekuatan fisik saya, itu maksudnya untuk meningkatkan batas kekuatan fisik. Ini tuntutan latihan fisik yang tanpa saya sadari mungkin berpengaruh positif terhadap kondisi psikologis saya. Soal ini sudah saya bahas secara detil di artikel berjudul “Aktivitas Fisik Mempercepat Penyembuhan Bipolar Saya”.
Saya juga punya hoby bidang seni (melukis dan membuat patung). Saat melukis atau mematung pikiran saya benar-benar konsentrasi dan fokus pada media lukis atau patung. Dan saya merasakan kepuasan batin saat menjalani dan sesudahnya.
@Helli, Cita-cita atau impian memang sangat penting. Impian akan membuat kita tetap semangat dan antusias dalam melakukan aktivitas kita setiap saat. Kita tak akan merasa jenuh dengan rutinitas yang kita jalani karena kita sedang melangkah ke arah impian kita. Walaupun seadainya kita sedang berada dalam situasi yang buruk sekalipun, kita akan tetap semangat dan antusias karena kita punya impian atau cita-cita yang sedang kita kejar.
Setelah ikhtiar maksimal kita lakukan, berdo’alah dan berserah dirilah kepada-Nya. Biarlah Tuhan menentukan yang terbaik untuk kita.
Terima kasih semua untuk dukungannya. Saya baru mengunjungi psikiater lagi. Lebih tepatnya, saya mengalami Bipolar tipe II. Bukan Bipolar Tipe Campuran seperti yang saya duga. Saya hanya mengalami episode hipomanik, belum sampai manik.
Jika ada waktu, anda bisa mengunjungi blog saya di http://hypomaniadepression.blogspot.com/
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)