BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Ketegaran Jiwa Seorang Sekizofrenia

    

Oleh Tika Prasetiawati

Untuk melewati masa sulit dalam kehidupan perlu suatu perjuangan yang panjang dan berliku…

Perlu ketegaran jiwa untuk melaluinya…

Sering kali kita lebih mudah untuk mengeluh daripada menghadapinya...

Pelajaran tentang ketegaran jiwa sering kali terinspirasi dari pengalaman hidup orang lain...

Dan..hari ini aku memperolehnya darimu...

Seperti biasanya sudah menjadi tugas rutinku sehari-hari..ya kalau tidak di bangsal..ya di poli. Beberapa hari ini dirasakan berbeda karena jumlah kunjungan baik pasien atau non pasien bertambah. Kunjungan pasien biasanya untuk pasien kontrol, atau pasien baru.

Kunjungan non pasien biasanya untuk mereka yang membutuhkan surat keterangan kesehatan rohani atau bebas narkoba. Menurut informasi karena ada penerimaan CPNS maka minggu ini akan banyak kunjungan ke poli psikiatri. Ya seperti hari ini, poli serasa semakin sempit karena banyak banget pengunjungnya. Susah membedakan mana pasien danbukan pasien.

Kalau boleh memilih aku lebih suka menghadapi pasien daripada non pasien karena untuk non pasien kesannya seperti formalitas saja (kesannya loh..hehehe).

Laaah..kok malah promosi. Sebenarnya mau cerita apa seeh..?

Pasien pertama.....selesai.
Berikutnya.....selesai.
Selanjutnya.....kontrol untuk rawat jalan...selesai.
Pasien berikutnya....depresi berat dengan gejala psikotik.....selesai juga.

Berikutnya....kupanggil namanya...saudara.....(dua kali kupanggil namanya belum muncul juga) ketika akan beralih pasien berikutnya...seorang wanita muda datang menghampiri dengan senyum manis.

"Saya dok..," jawabnya sambil memasuki ruang praktek.

"Monggo mba silakan duduk."

Seperti biasa aku harus membuka-buka dulu rekam mediknya untuk mengetahui perjalanan penyakitnya.

"Kontrol terakhir kapan ya mba..?" tanyaku membuka percakapan. Sebenarnya aku bisa saja tahu dari rekam mediknya..tapi kan aku harus cross check juga..hehehe.

"Bulan lalu saya kontrol dok. Saya kontrol teratur sejak terakhir mondok dok." jawabnya

"Terakhir mondok kapan ya mba..?"tanyaku lagi. Lah statusnya tebel banget jeh..kira-kira setengah textbook comphre psychiatry-ku.

"Kalau nga salah agustus kemarin dok."

"Hmmm....ya..ya..ya..mondok sebelumnya kapan mba?" tanyaku lagi.

"Kira-kira tiga tahun yang lalu..dok."

WOW...hebat TIGA TAHUN yang lalu...berarti pasien skizofrenia di hadapanku pernah melalui fase remisi.

Kupandang wajahnya. Ia tersenyum padaku. Kalau aku perhatikan wajahnya cukup familiar untukku. Tapi seperti ada yang berbeda, tidak tahu apa...ahhh...nga penting banget. Catatan medik terakhir kontrol kubaca cepat..tertera tanda tangan teman sejawatku.

Keluhan : …
Keadaan umum : tenang
Sikap dan tingkah laku : kooperatif
Bentuk pikir : ....
Isi pikir : ....
Insight : baik

Hmmm relatif cukup stabil pikirku untuk kondisi beberapa bulan yang lalu baru mondok di bangsal psikiatri.

Ada hal yang menarik dalam catatan mediknya. Pasien sudah mampu menerima keadaan penyakitnya, begitu catatan yang dibuat teman sejawatku bulan lalu.

Wow...senang mengetahui seorang skizofrenia sudah mampu menerima keadaan gangguan yang dialaminya. Suatu point tersendiri loh, karena tidak mudah untuk mencapai tahap seperti ini mengingat perjalanan penyakitnya yang berliku-liku dan catatan mediknya pun tebal banget. Hebat banget ni pasien pikirku...four thumbs for you (termasuk jempol kaki hehehe).

"Mba..., boleh saya sedikit bertanya lebih mendalam tentang perjalanan penyakit mba?"

"Ooh..silakan dok."

"Tiga tahun tidak kambuh, itu suatu karunia Allah ya mba selain mba memang hebat karena mampu melewati masa-masa sulit tentunya."

"Selama tiga tahun..tetap minum obat?" tanyaku.

"Nga selama itu dok.., setelah diturunkan sedikit-sedikit."

"Jadi pernah ada waktu dimana mba tidak minum obat sama sekali?"

Ia mengangguk.

"Kemudian kalau saya boleh tau beberapa bulan lalu kambuh, menurut mba apa yang menjadi penyebabnya?" tanyaku untuk menggali faktor pencetus kekambuhannya.

"Penyakit saya dok," jawabnya sambil menundukkan kepala.

"Maksud mba?" tanyaku bingung...masalahnya dia telah mencapai fase remisi, nga mungkin lah tiba-tiba kambuh toh kalau memang benar-benar skizo sudah berangsur lama.

Ia menarik nafas panjang seraya berkata, "Mungkin karena penyakit saya dok, saya belum menerima sepenuhnya keadaan saya karena saya....(sekali lagi ia menarik nafas panjang, seperti ada beban berat yang harus ditanggungnya)...saya sakit kanker payudara dok."

GLEK...aku kaget..ah masa sih, dari penampilannya tidak seperti penderita kanker. Ah..., salah kali dia. Buru-buru aku membuka statusnya...aku harus mencari lebih ke belakang lagi. Adakah hasil mamografinya, biopsy atau apa sajalah untuk meyakinkanku kalau memang apa yang dikatakan pasienku benar adanya.

Seperti ia mengerti apa yang aku cari, ia berkata, "Kalau dokter nga percaya, dokter bisa lihat payudara saya" katanya seraya ia mengangkat atasannya.

Tidak bisa aku hindari...ternyata ya..memang benar ternyata terlihat jelas kedua payudaranya yang sudah berubah bentuk. Masya Allah..begitu berat bebanmu mba.

"Kemarin waktu kambuh gejala apa paling dirasakan mba?"

"Saya mudah sekali marah dok, semua serba salah, bingung..terus itu loh yg paling mengganggu suara-suara di telinga muncul kembali. Oleh kakak saya dibawa ke RS supaya nga lebih berat lagi penyakitnya."

"Waktu itu saya bingung dengan payudara saya dok. Rencana mau operasi setelah kemo, tapi karena gempa saya nga jadi berangkat. Kata kakak saya nga usah dioperasi aja...nanti payudara saya diambil semua marai stress lagi. Ya saya manut dok. Trus kakak membawa saya ke pengobatan alternatif beberapa bulan sebelum kambuh. Dikasih jamu. Lah kok malah pecah payudara saya dok..makanya saya jadi bingung lagi."

Duh ...Gusti....hanya Engkau yang tau mengapa beban berat itu harus dialami olehnya.

"Baik mba, sekarang apakah mba bersedia untuk saya konsulkan ke bagian bedah?" tanyaku.

"Oohh..ndak usah dok, nanti saya harus dikemo lagi..terus payudara saya diambil. Sudahlah, saya obat alternatif aja. Nanti juga bisa sembuh kan dok?" tanyanya meminta pembenaran dariku.

Susah jawabnya. "Kesembuhan semuanya berasal dari Allah ya mba, kita harus terus berusaha saja..begitu ya mba?"

"Iya dok. Sekarang saya sudah pasrah, nrimo apa yang diberikan Tuhan. Sekarang saya tinggal menjalaninya saja."

"Betul mba, oya..selain obat alternatif berupa jamu, obat apa lagi yang mba minum?"

"Yaa...obat dari dokter."

"Obat dari kami apakah tidak disuruh berhenti oleh tabib yang memberi mba jamu."

"Wah kalo disuruh berhenti saya ya..ndak mau dok, lah nanti kalau saya bolak-balik kumat apa dia mau nanggung?"

"Jadi jamunya saya minum sebelum makan, obat dokter saya minum abis makan. Ndak apa toh dok?"

"Oo..ndak apa-apa mba."

Ada haru dalam benakku...dia kok bisa setegar itu ya. Padahal...ah...tidak boleh berpikir macam-macam. Dia adalah seorang skizofrenik yang hebat. Begitu tegar ia menghadapi hidup ini.

"Sekarang saya tinggal sendirian dok di rumah." katanya.

"Loh memang keluarga mba kemana?"tanyaku

"Kakak saya tinggal dengan keluarganya, ayah dan ibu sudah lama meninggal dok."

Aku jadi terpikir bagaimana jika sewaktu-waktu gejalanya muncul lagi atau dia tiba-tiba sakit.

"Mba apa gejala-gejala seperti suara-suara yang mengganggu di telinga masih terdengar?"

"Ya kadang-kadang, apalagi kalau sepi dok..tapi sekarang sudah lamat-lamat kok. Sudah tidak aku anggap dok, malah kalau dipikir jadi untuk temen biar ndak kesepian."

Kulihat senyumnya yang manis penuh dengan ketegaran jiwanya.

"Dok, obatnya ndak usah diganti ya..sudah cocok." katanya lagi.

"Oooh...engga lah mba...ini saya teruskan untuk satu bulan."

"Mba, kembali ke payudara mba.., tentunya sakit rasanya. Bagaimana mba untuk mengatasi rasa sakit itu mba?"tanyaku karena aku harus tahu bagaimana ia mengatasi masalahnya.

"Ya sakit dok..., tapi masih bisa saya tahan dok. Masih lebih sakit waktu saya di-kemo dok."

"Saya nikmati saja lah dok..ya menahannya sambil dibawa tidur."

Wah..tak habis pikir aku, ia mampu menikmati rasa sakitnya. Masya Allah..


"Pernahkah mba merasa kesepian saat ada di rumah?"

"Iya dok..., kalau kesepian saya pergi dolan ke tetangga biar ndak sepi."

Aku jadi berpikir...jangan-jangan wanita tegar dihadapanku bukan menderita skizofrenia. Jika melihat bentuk pikirnya sangat realistis dan rasional. Waduh...ntar salah diagnosis piye iki.

Masya Allah...kenapa juga jadi picik banget ini otak. Apapun gangguan yang ia alami, mau skizofrenia atau tidak yang jelas ia adalah orang dengan masalah kejiwaan. Tapi waktuku amat terbatas..., kalau harus membolak-balik statusnya dari awal..bisa-bisa perawat di luar melototin aku karena kelamaan sementara pasien masih banyak diluar.

Setelah selesai aku menulis resep dan menyerahkan padanya, aku bertanya,"Baik mba.., masih ada yang ingin mba sampaikan pada saya?"

"Sampun dok.., terima kasih banyak mau mendengar cerita saya. Maaf kalau kelamaan dok."

"Oh.., ndak apa-apa mba, terima kasih juga mba sudah mau berbagi dengan saya."

Sebelum ia keluar kujabat tangannya...tangan seorang wanita tegar, hidup sendiri, tidak menikah, mampu melawan rasa sakitnya dan menderita skizofrenia. Kalau boleh jujur, ingin aku mendengar perjalanan hidupnya lebih lama. Tapi aku nga boleh egois.

Terima kasih banyak...tetap semangat ya mba, yakinlah selalu Allah punya rencana indah untukmu.

Inspirasi apa yang anda dapatkan dari cerita ini? Silakan sampaikan di komentar.

Jika menurut anda tulisan ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook dengan mengklik tombol share di bawah atau di atas posting ini. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.

Tentang Penulis : Tika Prasetiawati, aktivis Keswa yang rajin menulis. Bersama Bagus Utomo menyusun buku “Mozaik” kumpulan cerita inspiratif keluarga ODS. Saat ini aktif sebagai pengurus KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia). Anda bisa mengenal Tika lebih dekat di facebook.

[Photo:stock.xchng]


Bookmark and Promote!



Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.

Komentar :

ada 4 komentar ke “Ketegaran Jiwa Seorang Sekizofrenia
Inilah Diriku on Kamis, 13 Januari 2011 pukul 15.05.00 WIB mengatakan...

Cerita yang benar-benar menyentuh dan inspiratif. : )

Tarjum Sahmad on Kamis, 13 Januari 2011 pukul 18.31.00 WIB mengatakan...

@Inilah diriku,
Kadang kita berpikir, kitalah orang yang paling menderita. Padahal di luar sana banyak orang yang jauh lebih menderita. Dan mereka bisa bertahan bahkan bangkit dari keterpurukan.
Itulah hikmah berbagi.

Admin on Minggu, 17 Juli 2011 pukul 18.09.00 WIB mengatakan...

Ya Alloh, terharu sekali saya membacanya.Istri saya juga menderita schizophrenia, kami menikah sudah 7 tahun,dan belum di karuniai anak.Ya Alloh, didalam kesepian saya kadang menitikan air mata, disisi lain saya ingin mencerainya, tapi disisi lain saya sangat kasihan dengan istri saya.Ya Alloh, berikanlah hamba jalan keluar dari masalah ini.

Tarjum on Senin, 18 Juli 2011 pukul 20.38.00 WIB mengatakan...

Dia membutuhkan anda, cinta dan perhatian anda. Syukuri apa yang anda berdua miliki saat ini, niscaya Allah akan menambah nikmatnya untuk anda. Semoga Allah memberi petunjuk dan jalan keluar terbaik untuk masalah anda, amin.

Posting Komentar

Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)

Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial