Cerpen Curhatkita #13
Oleh Veronica
"Ra..Ra..Rani.., m..m..mau..a..a..apa..k..k..kado..u..u..ul?"
"Aduh, Dit mau ngomong apa sih? Kalo mau ngomong cepetan deh! Bikin pusing saja, kamu pagi-pagi. Aku lagi pusing, nih. Tadi pagi, bangun jam 4, terus nggak bisa tidur lagi. Sekarang, kamu lagi ngomong nggak jelas, begitu. Jadi tambah pusing, aku. Pusing tau!" Kata Rani kesel. Kepalanya, sedang tidak bisa di ajak berkompromi hari ini. Nyut-nyut-an rasanya. Pening sekali.
"M..ma..ma..ma'afin Dd..Ddi..Ddidit yah, Rr...Rani!" kata Didit merasa bersalah.
"Aduh, udah deh, cape aku dengar kamu ngomong. Mending, kamu kursus bicara dulu sana. Kalo, udah bisa bicara dengan benar, baru bicara lagi denganku." kata Rani kesal. Kepalanya pusing sekali. Ia segera lari ke kantin, tepatnya ke warung Pak Jono untuk membeli obat sakit kepala.
"Pak, beli. Ada obat sakit kepala, nggak?" kata Rani pelan, sambil memegangi kepalanya yang amat sangat sakit.
"Obat sakit kepala ya, neng?" tanya Pak Jono.
"Bukan pak, obat sakit perut. Ya, iyalah Pak, obat sakit kepala! Pake tanya lagi! Bapak, gimana sih? Nggak dengar apa, dari tadi saya kan udah bilang, obat sakit kepala. Duh, cape deh!" kata Rani kesal. Entah tuli atau apalah pak Jono itu. Yang pasti, satu lagi kejadian yang bikin Rani semakin jengkel pagi itu.
"Duh, apes banget sih, hari ini. Pagi-pagi, ada saja yang bikin kesal." maki Rani kesal. Rani sangat senang. Kini, ia terbebas dari makhluk yang bernama Didit.
Si gagap itu yang selalu bikin pusing Rani pusing tujuh keliling.
Satu hari, dua hari, tiga hari dan lima hari. Rani, yang biasanya selalu mendengar ocehan Didit. Rani baru, merasakan sepi. Sepi juga ya, udah lima hari nggak dengar ocehannya Didit? pikir Rani dalam hati.
Begitupun, dengan Didit. Ia, sangat terpukul atas penolakan Rani. "Kenapa ya, apa aku begitu memalukan ya? Sampai Rani, menolak aku. Apa karena aku gagap? Padahal kan, aku cuma pura-pura gagap. Apa di matanya ini adalah kekuranganku?”
Kok, malah jadi bencana ya? Apa Tuhan adil, ya? Padahal kan, semua cuma pura-pura saja!" Gumam Didit, sambil menyusuri jalan raya. Sampai-sampai, Didit tidak melihat kalau ada mobil berkecepatan tinggi sedang melaju dengan cepat ke arahnya.
Brukk!! Didit, tergeletak dengan darah mengucur di sekujur tubuhnya. Untungnya, nyawanya masih bisa di selamatkan.
Berita tentang kecelakaan Didit telah menyebar bak gosip paling hot hanya dalam beberapa hari saja. Rani, merasa bersalah mendengarnya. "Pasti dia kecelakaan karena aku. Apa, gara-gara memikirkan aku, dia jadi kecelakaan, ya? Ah, kenapa jadi begini sih, endingnya?" Rani terus dihantui perasaan bersalah.
Akhirnya, sepulang sekolah Rani. Berinisiatif, menjenguk Didit di rumah sakit. Setibanya di RS. Teladan, "Dit, aku minta maaf, ya? Gara-gara aku, kamu jadi kecelakaan begini. Maaf ya, Dit!" kata Rani prihatin melihat keadaan Didit.
"Tt..ti..tidak..a..a..apa...apa..R..Ra..Rani." jawab Didit dengan penuh ketulusan.
"I..in..ini..bb..bukan...s...ss...salah...m.....mu..kk...kok...."
Rani terharu mendengarnya. Tanpa bisa dibendung lagi air matanya mengalir dengan derasnya.
Didit menghapus air mata Rani, dengan tangannya. Dan, Didit pun tersenyum manis. "Sudah, kamu jangan menangis lagi! Jadi jelek, tuh!" ledek Didit yang membuat Rani memandang Didit dengan rasa heran dan penuh tanda tanya.
"Lho kok, kamu udah nggak gagap lagi, Dit?" tanya Rani heran. "Kamu sudah sembuh, Dit?" tanya Rani lagi tak percaya.
"Emang nggak! Selama ini aku cuma pura-pura saja di depan kamu. Mau menguji kamu, Ran." jawab Didit dengan santai.
"Hah? Jadi, selama ini kamu cuma pura-pura gagap?" tanya Rani tak habis pikir.
Didit mengangguk pelan sambil tersenyum manis.
"Ih, jahat kamu! Kamu bohongin aku selama ini, Dit! Didit jahaaatttt!" gerutu Rani sambil mencubit tangan Didit.
"Auwww...." teriak Didit
Jakarta, Maret 2011
Jika menurut anda cerpen ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.Tentang penulis : Veronica, tinggal di Jakarta. Anda bisa berkenalan lebih dekat dengan perempuan yang hobi membaca dan menulis ini di akun facebooknya.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)