Cerpen Curhatkita #19
Oleh Veronica
Aku cukup terkejut, ketika lagi serius mendengarkan perdebatan seorang anak dengan ibunya. "Hmm... kasihan, emosi yang labil." kataku pelan.
Tapi, satu hal yang kusimpan dalam-dalam. Semua karena cinta. Ya! Semua yang dilakukan oleh sang Ibu semata-mata hanya karena cinta kepada anaknya. Tidak lebih!" gumamku lirih.
"Halo?" Sebuah suara membuyarkan konsentrasiku. Erin menoleh, seorang laki-laki berkepala botak, tanpa rambut, bahkan sama sekali tidak bisa dibilang handsome, menyapaku.
Erin mengerutkan keningnya. “Tidak sesuai kriteria!” Pikirnya dalam hati.
"Halo, boleh kenalan nggak? Nama kamu, siapa?" tanyanya dengan senyum termanisnya.
Tapi, di mata Erin tetap aja jelek! Titik.
Nama kamu siapa?"
Bukannya menjawab. Erin, malah balik bertanya. Dengan malas, Erin terpaksa mengulurkan tangannya. Bersalaman. "Uh, bau banget!" kata Erin, sambil mendorong tubuh cowok itu agar menjauh darinya.
Cowok itu menatap Erin dengan pandangan heran. Ia sibuk, mencium tubuhnya. "Nggak, bau ah!" katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Cowok itu dengan baik hatinya, mencari dari mana asal bau itu. Ternyata, bau sampah yang menumpuk di belakang gedung itu penyebabnya!
Dan, bodohnya Erin sudah terlanjur menuduh cowok jelek itu. “Aneh! Cowok itu, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda sakit hati atau tersinggung. Hmm.. terbuat dari apa sebenarnya hati cowok ini?” Pikir Erin dalam hati.
Cowok itu kembali mendekati Erin. "Namamu, kalo boleh tau?" tanyanya lagi.
"Duh, cowok ini nggak sopan banget sih, di tanya namanya siapa aja, dari tadi dia belum jawab!" keluhku. " Ah, pertanyaanku aja belum kamu jawab! Namamu siapa?" tanya Erin dengan alis terangkat.
"Halim Perdana Kusuma," jawab cowok itu lagi dengan santai.
Erin menarik napas panjang, "Ini cowok, maunya apa sih? Di tanya yang benar. Lha kok, jawabnya Halim Perdana Kusuma? Semua juga tahu, itu nama bandara.”
Bercandanya, nggak lucu banget. Dasar norak!" maki Erin kesal. Baru saja Erin hendak bangkit meninggalkan tempat duduknya yang semula. Cowok menyebalkan itu datang lagi. Kali ini dia tidak datang sendiri, tapi dengan temannya seorang cowok juga.
Mungkin, akan di jadikan saksi atau apa. Entahlah! Erin hanya menggeleng-geleng kepala.
"Tolong…, kamu bantu aku jelasin ke cewek ini namaku dong!" pinta cowok itu sedikit memohon.
"Memang kenapa dengan namamu? Namamu kan, memang Halim Perdana Kusuma?
Emang, kamu ganti nama lagi?" tanya temannya sambil memandang Halim dengan pandangan heran.
Erin, tampak memerah wajahnya. Ia malu. Pake acara ngotot segala lagi. "Lagi, siapa suruh punya nama kok, yah mirip dengan nama bandara. Nggak kreatif banget namanya!" cibir Erin sambil tetap berusaha membela diri.
"Namamu, kalo boleh tahu?" tanya cowok itu lagi.
Duh! Penasaran banget sih, nih cowok."Erin" jawab Erin singkat dengan nada ketus pula.
Jakarta, Mei 2011
Jika menurut anda cerpen ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.
Tentang penulis : Veronica, tinggal di Jakarta. Anda bisa berkenalan lebih dekat dengan perempuan yang hobi membaca dan menulis ini di akun facebooknya.
Gambar Ilustrasi karya Anindhita Lakshmi Soeriodipoero
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)