Testimoni buku yang menyentuh dari seorang sahabat yang juga rekan kerja
Oleh Nur Purnama
Jumat, 8 April 2011- 00.15. Begitu ku tutup buku “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah" (by Tarjum - Elex Media) ini aku tergugu. Entah terharu, terenyuh atau sedih.
Buku ini membuatku semalaman susah tidur. Kadang ingat penulisnya, diriku sendiri dan lebih-lebih teringat seseorang yang karib yang sangat ku sayangi…
“Pak Tarjum, maaf. Saya Nur. Boleh minta tolong disiapkan data JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) selama 3 bulan, Pak?” Itu sekilas perkenalanku dengan Pak Tarjum --penulis buku hebat ini-- rekan kerjaku di sister company tempat aku bekerja sekarang.
Lelaki itu sangat pendiam. Bahkan kalimat pembukaku tadi hanya dijawabnya “Baik, Bu”. Tidak ada pernyataan apapun, kecuali setumpuk dokumen JPK siap untuk diperiksa. Setelah itu senyap. Tak ada lagi basa-basi, sapaan, candaan apalagi diskusi.
Tak mengira jika sosok sangat teramat sangat pendiam itu menyimpan rahasia diri yang pilu, menyimpan energi luar biasa dan bahkan ide besar yang nyaris siapapun tak kan bisa membayangkannya.
Dan buku ini lahir dari tangan dan kepalanya. Bukan buku biasa. Bukan novel romantika cinta, bukan antologi kisah lucu-lucuan, bukan pula buku puisi yang menghanyutkan. Ini buku memoar. Pun bukan memoar biasa tentang profesi, gaya hidup, travelling atau hobi. Tapi memoar psikologi, yang dengan sangat berani mampu membuka kekelaman masa lalu sebagai pengidap masalah kejiwaan bipolar (manic depresif) yaitu suatu siklus kejiwaan yang bergantian antara periode depresi dan mania. Bagaimana ia berjuang membebaskan diri dari cengkeraman deritanya dan mengubahnya menjadi mimpi yang sangat indah.
Saat tengah membaca buku ini, aku sempat terdiam lama…mengingat…mengumpulkan kenangan masa lalu. Mungkin aku kecil juga pernah menyimpan benih-benih bipolar. Mungkin… Entahlah, yang kuingat aku kecil sempat dihantui ketakutan luar biasa tentang hari kiamat. Aku selalu bangun pagi dan membuka jendela kamar lebar-lebar untuk memastikan matahari tidak terbit dari punggung gunung Lawu, tempat di mana saban harinya sang surya tenggelam…
Tapi dari sekian gejala yang dirasakan Tarjum kecil, hanya mengenai ‘matahari terbit di barat’ yang sama kurasakan di waktu kecil dulu. Selebihnya aku baik-baik saja, Alhamdulillah.
Selesai membaca buku ini, aku terdiam lama dan menangis pelan-pelan. Perasaan sangat bersalah dan berdosa seperti mencambuki hatiku. Sepertinya seorang yang sangat dekat denganku, saat ini tengah menderita sakit bipolar ini. Hanya aku tak menyadarinya, tak mengerti dirinya.
Tingkahnya yang menarik diri dari dunia luar, mengurung diri dalam kesedihan, dalam beberapa hari tertentu saat ‘sakit’nya kambuh dia lemah lunglai, mengeluh sakit kepala tiada terkira, mengurung diri dalam kamar hingga berhari-hari… Aku keras menduga, keadaannya ini terpicu dari sebuah kekecewaan pada diri sendiri yang sulit termaafkan. Inikah manic depresif seperti digamblangkan oleh buku ini?
Sungguh, buku ini akhirnya membukakan mata hatiku tentang penderitaannya, menyadarkanku akan kelalaianku mengerti akan dirinya. Buku ini akan segera ku kirimkan padanya, teriring permintaan maafku telah mengabaikan dan tak bisa mengerti penderitaannya serta doa dan semangat semoga dia terinspirasi untuk sembuh setelah membaca dan berkenalan dengan penulis buku ini. Amiin...
Jika menurut anda posting ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)