Pengorbanan Cinta #6

    

Cerbung
Curhatkita
Oleh Tarjum


Cerita sebelumnya...

Namun, karakter Jaka yang tenang dan pendiam itulah justru mampu menghanyutkan perasaan Rina. Dia semakin penasaran dengan sikap Jaka yang sedikit tertutup dan misterius. Sikap Jaka yang kadang gugup dan kaku, justru terlihat menarik di mata Rina, karena terkesan alami dan apa adanya.

Hari-hari terus berlalu. Hampir setiap malam Minggu Jaka tak pernah absen apel ke rumah Rina. Selain kencan di rumah, kadang-kadang Jaka ngajak Rina jalan-jalan dengan sepeda motornya.

Jaka sudah nggak kikuk dan gugup lagi duduk berduaan atau boncengan motor dengan sang kekasih. Sekarang Jaka lebih percaya diri. Karena ternyata apa yang dia takutkan sebelumnya, tidak seperti yang dia bayangkan. Jaka juga sudah tak bingung lagi mancari topik obrolan dengan sang pacar.


Bagi pria lain yang memang sudah terbiasa bergaul dengan perempuan, semua itu memang hal yang biasa, bukan sesuatu yang istimewa. Tapi bagi Jaka, itu sebuah prestasi luar biasa. Dari semula ‘takut’ berhadapan dengan perempuan, sekarang Jaka lebih berani dan percaya diri.

Tak kenal maka tak sayang, kalimat yang tepat menggambarkan perasaan Jaka pada Rina. Jaka yang awalnya tak ada perasaan apa-apa pada Rina. Kini raca cinta dan sayang itu mulai tumbuh subur.

Cinta pada pandangan pertama, sepertinya tak berlaku bagi Jaka. Baginya Cinta itu bukan dari mata turun ke hati, tapi dari hati naik ke mata.

Setelah rasa cinta itu tumbuh di hatinya, sekarang dimata Jaka, Rina tampak lebih cantik, dan sexi dibanding saat-saat pertama mengenalnya. Apalagi Rina orangnya ramah, murah senyum, supel dan sedikit agresif, membuat Rina makin menarik di mata Jaka.

Sekarang Jaka benar-benar jatuh cinta pada Rina. Hampir setiap saat bayangan Rina selalu menggoda pikirannya. Selalu rindu ingin bertemu, melihat wajahnya, senyumnya dan mendengar suaranya. Pendek kata, saat ini Rina sudah mengisi hatinya yang sekian lama kosong.

“Inikah yang namanya cinta? Hampir setiap saat wajahnya selalu terbayang. Saat sedang bekerja, saat sedang sendiri, saat mau tidur, bahkan saat sedang sholat, wajahnya selalu melintas di pikiranku,” gumam Jaka.

“Rasanya bahagia banget kalau sedang duduk berduan dengannya. Apalagi kalau memboncengnya naik motor. Seneng banget rasanya,” gumam Jaka, sambil membayangkan saat jalan-jalan berdua dengan Rina.

Rina memang tak malu-malu klo membonceng motor Jaka. Dia suka memeluk erat dan menyandarkan kepalanya di punggung Jaka. Membuat Jaka deg-degan tak karuan, senang campur gugup.

Pendek kata, Jaka sedang dimabuk cinta saat ini. Rina adalah cinta pertama Jaka. Dia menikmati betul saat-saat bersama sang kekasih yang selalu dirindukannya hampir setiap saat.

Namun ada satu hal yang masih dirisaukan Jaka, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dengan Rina. Jaka yang saat ini berusia 25 tahun, sudah tergolong dewasa. Sedangkan Rina remaja belia berusia 16 tahun dan baru mau masuk kelas satu SMA.

Jaka kadang merasa ragu, apakah hubungannya dengan Rina akan bertahan lama? Masalahnya Rina akan segera memasuki lingkungan pergaulan baru, lingkungan pergaulan remaja di SMA. Jaka tahu persis, seperti apa pergaulan anak-anak SMA. Apakah Rina tak akan tergoda oleh teman-teman pria di sekolahnya? Apakah Rina tak akan berubah dan akan tetap mencintainya seperti saat ini? Tak ada jaminan untuk itu.

“Rina nggak malu pacaran sama pria yang jauh lebih dewasa seperti aku?” tanya Jaka suatu waktu.

“Kenapa harus malu? Ina suka pria dewasa karena biasanya gak egois, perhatian dan lebih sayang sama pacarnya.” Jawab Rina meyakinkan. “Emang kenapa Je, tanya gitu?”

“Enggak apa-apa sih, soalnya mantan-mantan Ina kan muda-muda, ganteng lagi. Gak seperti aku yang tampangnya pas-pasan.”

“Siapa bilang? Dimata Ina, Je, cakep dan gagah, setia dan baik hati lagi. Bener, Ina gak bohong.”

Ah, Ina bisa aja. Nggak kok, aku ngerasa wajah dan penampilanku biasa-biasa aja, gak punya kelebihan apa-apa. Kata Jaka merendah.

“Bagi Ina, penampilan bukan segalanya. Yang penting baik hati, setia, perhatian dan sayang sama Ina. Itu aja udah cukup kok buat Ina.”

“Ya, syukurlah klo gitu. Semoga aja rasa sayang Ina sama Je gak berubah dan hubungan kita berdua bisa langgeng.”

Jaka merasa lega dengan pernyataan Rina yang meyakinkan. Namun rasa risau dan khawatir akan masa depan hubungannya dengan RIna, tak hilang begitu saja.

Satu hal lagi yang membuat Jaka risau, dia merasa bukan tipe pria yang romantis. Dia juga bukan pria gaul yang pandai mengambil hati perempuan. Dia merasa hanya seorang pria pendiam yang kaku dan kurang gaul.

Jaka sering mendengar cerita Rina tentang mantan-mantan pacarnya yang kebanyakan termasuk pria gaul dan romantis. Jaka tahu ada dua orang mantan Rina yang ingin balikan lagi dan sedang mendekati sang kekasih. “Jangan-jangan nanti Rina balikan lagi sama mantannya,” pikir Jaka.

Jaka berusaha menepis segala kekhawatirannya dan meyakinkan dirinya-sendiri, bahwa hubungan mereka berdua akan baik-baik saja. Jaka percaya ketulusan dan kejujuran cintanya pada Rina merupakan nilai lebih dan kekuatan cintanya.

Jaka percaya, apa pun yang nanti akan terjadi dalam hubungan mereka, itulah kehendak Tuhan. Ketetapan Tuhan yang tak akan bisa dihindari. Bukankah jodoh di tangan Tuhan? Kalau Tuhan menghendaki Jaka akan berjodoh dengan Rina, tak ada apa pun dan siapa pun yang bisa menghalanginya.

Bersambung...


Jika menurut anda cerita ini cukup menarik dan memberi inspirasi silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.

Tarjum adalah pendiri dan editor Curhatkita, Forum Curhat, Grup Teman Curhat dan Solusi Bipolar Facebook. Penulis buku psikomemoar "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini dan ikuti Tarjum di Facebook dan Twitter.


Gambar Ilustrasi karya Anindhita Lakshmi Soeriodipoero

Bookmark and Promote!

Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.