Oleh Juminten Larasati
Tidak semua hal di dunia ini berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Seringkali kita harus berdamai dengan kenyataan yang berbeda jauh dengan apa yang kita cita-citakan. (miza, 2011)
Bagi ODS (Orang Dengan Skizofrenia) atau ODB (Orang Dengan Bipoalar), masa-masa depresif adalah saat terberat yang mereka rasakan. Pada saat manic, mereka yang biasanya aktif dalam berbagai keggiatan, menjadi sangat lesu, lemah bahkan kelihatan.. maaf sedikit pandir.
Begitu pula yang saya rasakan pada saat-saat depresif. Saya bisa tidur selama berjam-jam. Tidak mau mengerjakan tugas. Tidak memikirkan apa pun. Ingin rasanya hanya berbaring di kamar dan menikmati kesendirian. Ditambah lagi kepala terasa sakit, badan susah digerakkan, dan seringkali kehilangan kata-kata.
Jika kondisi saya tidak terikat pada institusi apa pun. Saya hanya bertanggungjawab pada diri saya sendiri. Tidak menjadi beban bagi orang lain, hal itu tidak akan menjadi masalah besar. Namun kenyataannya, saya punya pekerjaan yang harus saya selesaikan. Dan saya bertanggung jawab atas tugas-tugas yang dibebankan kepada saya.
Sempat saya berpikir, apakah saya harus menyerah dengan keadaan. Berhenti di tengah jalan. Dan tidak melakukan apa-apa.
Tetapi itu bukan pilihan yang tepat. Menganggur sama halnya dengan merusak aspek kognisi otak secara perlahan-lahan.
Sementara dunia terus berputar dan jam terus berdetak, saya ingin berhenti di satu titik, dan itu adalah hal yang mustahil.
Maka saya merenung berkontemplasi, mencoba berpikir jernih dengan akal sehat se rasional mungkin dan dalam titik nadhir saya menemukan jawaban. Saya harus berdamai dengan kenyataan. Saya harus memahami dan memaklumi keadaan diri saya. Tidak perlu berhenti total, hanya perlu memperlambat langkah. Biarlah yang lain berjalan cepat. Tapi saya adalah siput yang cerdik. Yang bisa mendahului kancil.
Saya mencoba menyederhanakan pemikiran. Mereduksikan tuntutan. Bahwa saya melakukan segala hal bukan untuk siapa-siapa dan bukan untuk mendapatkan apa pun. Hanya untuk ridho Illahi semuanya terasa ringan. Seperti bulu-bulu kapas yang beterbangan.
Kita tidak perlu menjadi pemenang setiap hari. Tapi setidaknya kita telah memberikan usaha kita yang terbaik.
Marilah kita senantiasa berbenah diri hingga menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Bagaimana pendapat anda tentang pengakuan jujur, inspiratif dan menggugah ini? Silakan sampaikan di komentar.
Jika menurut anda artikel ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.
Juminten Larasati, aktivis keswa yang aktif di KPSI (Komunitas Peduli Sekizofrenia Indonesia). Anda bisa mengenal lebih dekat Juminten di facebook.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Saya suka dengan kalimat “Berdamai dengan kenyataan” dan “Menyederhanakan pemikiran”. Pada dasarnya realitas itu sederhana, cuma karena pengkondisian lingkungan kita memandang dan membuatnya menjadi rumit.
Sangat Inspiratif, mengingat tadinya saya juga Pengidap Bipolar. Semua yg pernah dirasakan oleh Mas Tarjum,pernah saya rasakan juga.
Dengan Menyederhanakan Pikiran, mengurangi ambisi yang berlebihan, berusaha tetap tenang dan relaks menjalani hidup terutama sangat mengutamakan ibadah dan selalu mengandalkan Allah dlm hidupku. Alhamdulillah, Hidup ini terasa ringan.
semoga saya bisa berpikir seperti mas tarjum yaitu melakukan segala sesuatu untuk mendapat Ridha Ilahi. karna saya juga pengidap bipolar ada satu saat dimana saya merasa sangat menyedihkan dan pada saat itu sangat sulit berpikir postif dan saya berusaha untuk tetap tenang.
@Anonim,
Menjalani hidup dengan kesederhanaan dan keikhlasan seperti yang diajarkan dan dicontohkan Rosulullah adalah kunci kedamaian jiwa dan raga. Ritual-ritual ibadah yang dijalani dengan kesungguhan juga akan membuat hidup kita seimbang dan harmonis.
@hamba Allah,
Bukankah kita dilahirkan didunia ini semata-mata untuk beribadah dan mengharap ridhanya? Begitu pula ketika kita mengalami hal-hal yang tidak kita harapkan dalam hidup kita, karana semua itu adalah atas kehendaknya. setelah ikhtiar maksimal untuk mengatasi masalah dalam kehidupan kita, serahkan segala urusan hanya kepadanya.
Semoga Allah memberi jalan keluar terbaik dari setiap masalah yang kita hadapi, amin.
Kita tidak perlu menjadi pemenang setiap hari. Tapi setidaknya kita telah memberikan usaha kita yang terbaik....
Artinya, kita harus senantiasa berusaha dan tidak usah terlalu memikirkan hasil yang akan didapatkan, karena itu adalah TAKDIR yang kita yakini, hehehe... amin yra..
Anonim, setuju!
Kita hanya wajib ikhtiar dan berdo'a. selebihnya kembalikan kepada-Nya dan bertawakallah.
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)