Oleh Tarjum
“Apa yg kau kehendaki wahai jiwa? Kau ingin ke kanan kuikuti, kau ingin ke kiri kuikuti. Tapi mengapa kau tak pernah mau mengikuti apa yg kumau?...”
Begitulah Ana Geboy, seorang teman facebooker menulis statusnya, suatu sore.
Sang teman menyebut statusnya sebagai renungan di sore hari.
Benar!
Status ini membuat saya merenung. Saya tak bisa menahan diri untuk memberi komentar.
Beberapa teman facebooker lain mengomentari dengan candaan. Membuat status ini cukup meriah. Mereka saling melempar joke dan ledekan yang mengundang tawa.
Seperti itulah biasaya saya dan teman-teman menanggapi status seseorang. Meski dengan canda tawa, namun ada nilai-nilai positif yang bisa kami petik di dalamnya.
Dengan candaan, kami menanggapi hal-hal serius dengan rileks. Kami saling berbalas komentar dengan ungkapan-ungkapan yang ringan, menghibur dan mengundang tawa.
Tapi justru dengan cara seperti itu kami tidak merasa menggurui atau digurui.
Karena status ini cukup serius dan membuat saya merenung, saya menulis komentar yang agak serius,
“Baiknya jiwa yang mengikuti kemana kita menuju. Kitalah yang mengendalikan jiwa, bukan kita yang dikendalikan jiwa atau malah terombang-ambing oleh jiwa...:)
Ana Geboy, membalas komentar saya,
”Tapi kadang-kadang terlalu liar itu si jiwa sehingga sulit untuk dikendalikan...”
Sepakat!
Jiwa kita kadang-kadang liar dan tak bisa dikendalikan.
Lalu bagaimana caranya mengendalikan si jiwa yang kadang liar itu?
Menaklukan Jiwa yang Liar seperti Cowboy Menaklukan Kuda Liar
Saya coba membandingkan usaha-usaha untuk mengandalikan jiwa dengan aksi para cowboy amrik di arena Rodeo.
Anda mungkin pernah nonton tayangan Rodeo di televisi. Aksi para Cowboy amrik mengendalikan kuda liar. Menghibur sekaligus mendebarkan.
Sebagian besar Cowboy gagal menaklukan sang kuda liar. Mereka terjatuh, terpelanting dan terlempar dari punggung kuda, bahkan ada yang terluka.
Tapi selalu ada yang berhasil mengendalikan kuda liar itu. Setelah ditaklukan, dikendalikan dan dilatih, si kuda bisa kita ajak kemana saja kita mau.
Kita bisa mengajak sang kuda berlari di padang rumput atau di arena pacuan kuda. Kita juga bisa mengajaknya berjalan, berlari, melompat atau menari-nari di arena lomba.
Menaklukan Jiwa yang Liar seperti Jake Sully Menaklukan Si Burung Ikran
Anda pernah nonton film “Avatar” karya sutradara ternama James Cameron?
Dalam salah satu adegan dialog antara Neytiri (putri kepala suku Omaticaya, bangsa Na’vi di planet Pandora) dengan Jake Sully, sang “pengemudi” Avatar, ada sesuatu yang patut direnungkan.
“Untuk menjadi seorang pemburu (penunggang burung raksasa bernama “Ikran”) kamu harus menemukan dan memilih Ikranmu sendiri,” kata Neytiri.
“Kapan aku bisa melakukan itu?” tanya Jake.
“Jika saatnya sudah tiba,” kata Neytiri.
Ketika saat itu tiba, Jake dan beberapa pemuda suku Omaticaya pergi ke tempat Ikran bersarang, di puncak sebuah pegunungan. Mereka harus mendaki pegunungan dan tebing-tebing terjal untuk mancapai sarang Ikran.
Sesampainya di sarang para Ikran, Jake harus menemukan dan memilih Ikrannya sendiri.
“Bagaimana aku bisa menemukan ikranku?” Tanya Jake.
“Kamu harus memilihnya dan diapun akan memilihmu,” jawab Neytiri.
“Bagaimana aku tahu dia memilihku?”
“Dia akan berusaha membunuhmu.”
“Oh, begitu!? Baiklah,” kata Jake.”
Setelah menemukan Ikrannya, Jake berusaha dengan sekuat tenaga menaklukan sang Ikran. Jake terpelanting dan terlempar dari punggung sang ikran yang ganas dan liar. Jake hampir saja terlempar ke dalam jurang.
Namun Jake belum mau menyerah, dia menggunakan semua daya dan kekuatannya untuk menaklukan Ikran. Usaha keras Jake tak sia-sia, setelah pergumulan yang melelahkan, sang Ikran bisa ditaklukan.
Satu langkah lagi yang harus Jake lakukan, membawa Ikran terbang dan mengendalikannya.
Ini pun tidak mudah. Ikran yang belum terbiasa ditunggangi, terbang meluncur dan meliuk-liuk tak terkendali. Jake yang berusaha mengendalikan arah terbang sang Ikran nyaris terpental dari punggungnya.
Akhirnya, Jake bisa mengendalikan sang Ikran untuk terbang sesuai keinginannya. Jake bisa terbang dengan sang Ikran, menikmati pemandangan indah angkasa raya ditemani Neytiri sang kekasih.
Daya upaya kita untuk mengendalikan jiwa yang kadang liar, ibarat sang Cowboy menaklukan kuda liar atau Jake Sully menaklukan Ikran.
Perlu kerja keras, kesungguhan, keuletan dan semangat pantang menyerah untuk mewujudkan sebuah keinginan.
Semua itu pun bukan jaminan keberhasilan. Tapi, setidaknya kita sudah berusaha.
Anda mau melakukannya atau menyerah. Itu adalah pilihan.
Bagaimana cara anda menaklukan dan mengendalikan jiwa yang kadang liar? saya tunggu cerita anda di komentar.
Tarjum adalah pendiri dan editor Curhatkita, Forum Curhat, Grup Teman Curhat dan Solusi Bipolar Facebook. Penulis buku psikomemoar "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini dan ikuti Tarjum di Facebook dan Twitter.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
saya tidak akan bercerita pengalaman saya mengendalikan jiwa yang liar karna saya merasa belum bisa melakukannya,saya malah ingin bertanya apakah seorang ODB memiliki jiwa yang liar, karena mood yang tidak stabil sering dirasa sulit dikendalikan, saya sering merasa saat ingin marah, sedih, tak enak hati ingin bisa mengendalikannya tapi sulit rasanya karena perasaan itu muncul tiba-tiba atau dipicu oleh satu masalah yang sangat sepele. saya coba menghibur diri dengan mendengarkan lagu, nonton film, atau hal lain yang bisa mngembalikan mood saya tapi kadang masih terasa sulit, yang saya ingat akhirnya meminum obat antidepresan padahal saya berusaha untuk tidak meminum obat itu
“Jiwa yang liar” semua orang memilikinya. Hanya mungkin kadar keliarannya yang berbeda-beda. Memang ada saat ketika jiwa kita tak bisa dikendalikan.
Namun sesulit apa pun jiwa itu dikendalikan, kita harus tetap berusaha untuk mengendalikan atau mengarahkannya. Karena jika tidak, kita akan terombang-ambing oleh jiwa kita sendiri.
Tak mudah memang mengendalikan jiwa kita sendiri. Butuh waktu, kegigihan, keuletan, kesabaran dan keberanian untuk bisa mengendalikan dan mengarahkan jiwa kita. Ini adalah proses terus-menarus dan tanpa akhir.
Obat bisa membantu mengendalikan mood yang tidak stabil. Anda bisa melepaskan diri dari penggunaan obat secara bertahap sesuai petunjuk psikiater yang merawat anda.
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)