Oleh Tarjum
Ada seorang gadis (sebut saja Ira) yang curhat via email. Berikut curhatnya :
Minggu kemarin saya kembali konsul kepada psikiater saya. Seperti biasa dokter selalu menanyakan bagaimana keadaan saya? Apa ada masalah? Masih suka BT?
Kadang kalau ditanya dokter saya selalu ingin bilang kalau saya baik-baik saja. Walau ada unek-unek dihati saya, Pada akhirnya saya bercerita juga bahwa saya ada sedikit masalah akhir-akhir ini dengan ibu saya
Saya menceritakan panjang lebar pada dokter sambil sekuat tenaga menahan air mata yang memang selalu ingin menetes, Entah kenapa setiap saya bercerita pada dokter saya memang sering ingin nangis. Kadang masih bisa saya tahan, tapi kali ini agak sulit, sehingga dokter pun sadar kalau saya menangis.
Setelah selesai konsul saya diberi obat dengan dosis yang dinaikkan setengah, Saya sempat bertanya, “Dok, kok ditambah lagi dosisnya? Dokter bilang,soalnya sayanya masih nangis atau mungkin mudah terharu.
Nah, saya meminta pendapat dari mas Tarjum, Sebenarnya sebesar apa sih peran psikiater bagi ODB? Dan apakah kita tidak boleh menceritakan seluruh masalah kita sama psikiater jika alasannya karena takut di tambah dosis? Terus untuk apa kita konsul?
Apa yang dialami Ira, mungkin dialami juga oleh teman-teman ODB yang lain. Karena itu obrolan via email tersebut saya share di blog ini. Dengan harapan bisa menjadi bahan perbandingan dan pertimbangan jika anda mengalami hal yang sama.
Berikut jawaban saya untuk Ira :
Konsultasi dengan psikiater perlu untuk memantau kondisi psikis anda.
Anda harus menceritakan apa yang anda rasakan dengan jujur dan jelas, agar psikiater bisa menganalisa dan memahami kondisi psikis anda.
Tapi jangan menjadi ketergantungan, anda harus bisa mengenali dan mengelola kondisi psikis anda sendiri. Karena pada akhirnya anda harus bisa mandiri.
Waktu yang dimiliki psikiater pun tentunya sangat terbatas, tidak bisa mendengarkan semua keluh kesah anda.
Misalnya ketika anda punya masalah dengan ibu, anda harus belajar mengelola suasana hati. Anda harus belajar mengelola dan mengatasi konflik di lingkungan keluarga, lingkungan kerja atau lingkungan pergaulan anda. Untuk penanganan medisnya anda konsultasi dengan psikiater.
Jika anda merasa lebih dekat dengan ayah, komunikasikan masalah anda dengan ayah agar dia bisa memahami dan membantu. Lebih bagus jika anda juga punya teman atau seseorang untuk curhat dan berbagi. Karena kadang ada hal-hal yang tak bisa diceritakan kepada orang tua.
Anda juga harus terus belajar tentang segala hal. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang problem psikis yang anda alami, agar anda bisa mengelola suasana hati anda dengan lebih baik.
Intinya agar anda bisa mandiri, tidak tergantung kepada psikiater, orang tua, saudara, teman atau sahabat. Karena andalah yang paling mengerti kondisi psikis anda. Andalah yang paling bertanggung jawab terhadap pemulihan kondisi psikis anda.
Ini bukan berarti anda tak butuh bantuan orang lain. Karena sebagai mahluk sosial kita saling tergantung satu sama lain dalam batas-batas tertentu. Yang tak boleh adalah jika anda terlalu tergantung kepada orang lain.
Ini memang butuh waktu. butuh ketekunan, kegigihan dan kesabaran. Anda harus menjalaninya setahap demi setahap. Nikmati saja prosesnya, cermati perkembangannya dan syukuri jika ada kemajuan, sekecil apa pun itu.
Soal dosis obat yang dinaikan, ikuti saja saran psikiater. Karena psikiater menurunkan atau menaikan dosis obat tentunya dengan analisa dan pertimbangan medis sesuai kondisi psikis anda. Dosis obat bisa dikurangi secara bertahap sesuai perkembangan kondisi psikis anda.
Anda punya saran untuk Ira? Silakan sampaikan di komentar. Saya akan meneruskan saran anda padanya.
Jika menurut anda artikel ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.
Tarjum adalah pendiri dan editor Curhatkita, Forum Curhat, Grup Teman Curhat dan Solusi Bipolar Facebook. Penulis buku psikomemoar "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini dan ikuti Tarjum di Facebook dan Twitter.
Foto Ilustrasi : http://www.guardian.co.uk/
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
jangan hanyut dengan trend jaman sekarang, masalah kejiwaan dan problema kehidupan tidaklah selalu menjadi bagian problema kesehatan (=sebut penyakit). Banyak sekali orang dg masalah yg maha berat tetapi hidupnya tetap sehat2 saja, sebagai contoh anda bisa menilai seorang pemimpin seperti presiden SBY jelaslah beban hidupnya sangat berat, tetapi apakah perlu ke bagian pelayanan kesehatan jiwa??, hidup ini dinamis, jiwa kita jauh lebih dinamis jangan skeptis menilai jiwa kita, salam
Anonim,
Makasih udah baca artikelnya dan memberi masukan.
Ira adalah seorang gadis yg sudah didiagnosa mengalami gangguan mood (bipolar) dan sedang menjalani pengobatan sesuai petunjuk psikiater.
Jadi saran saya ini bukan untuk semua orang yang mengalami masalah tekanan mental biasa. Orang yang memiliki beban masalah namun bisa mengelola dan mengatasinya sendiri, ya tidak perlu konsultasi ke psikiater atau psikolog.
Begitu menurut saya :)
orang yang memang sudah didiagnosa memiliki kelainan jiwa memang seharusnya konsultasi dengan psikiater, justru akan tidak baik jika tidak melanjutkan konsul, karena saya punya pengalaman sendiri, saat seorang ODB berhenti berobat dan tidak kontrol ke psikiater, penyakitnya menjadi kambuh lagi dan sulit di kontrol. saya setuju dengan mas tarjum :)
Ani, makasih udah baca artikelnya, kasih komentar dan sharing pengalaman anda di blog Curhatkita. Sering-sering mampir dan kasih komentar ya... (maunya) :D
saya gIta berusia 17 tahun! Dngan latar blakang yg bisa di bilang ank broken hoMe.. Stelah saya bca artikelnya, saia merasa bhwa saia mengidap bipolar, dngan tanda2 yg ada, dulu saya prnah mengonsumsi obt yg bntUknya bulat kcil brwarna kuning, stlah saya koNsumsi trnyata saya tenang skali, dan mulai dari sitU saya coba lagI Mendapatkan obt itU DAn trnyata di tbus di RSJ . Apa bpak pernah mengkoNsumsi obt trsbt? Dan apa kgunaanny?
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)