Oleh Tresya Agnashila
Aku menyesal, tapi aku juga sedikit kecewa sama Tirta.. kenapa hubungan kita yang selama bertahun-tahun ini berjalan sangat baik, ternodai hanya karna sebuah ciuman.
Aku menutup pintu dan kembali kedalam kamar.
Tak lama kemudian, sekitar 45 menitan, aku kembali mendengar suara jean… ya, Tirta kembali padaku… aku berlari lagi keluar rumah untuk menanyakan dari mana dia…
Aku buka pintu rumahku dan langsung berlari ke arahnya…baru saja aku mau bertanya, tiba-tiba dia mengambil beberapa bungkusan dari dalam mobilnya…
Wajahnya sudah kembali seperti biasa, tak ada raut malu,marah atau canggung lagi… dia menyodorkanku bungkusan itu, dan bilang… “nih sate, makan dulu yuk..lapeeeeer”
Oooowh, ternyata barusan dia keluar cari sate buat makan malam..xixixixix, pikiranku udah aneh-aneh aja tadi… dengan nada manja aku mencoba mencairkan suasana juga…
“Kok nggak ajak-ajak sih…aku kan juga pengen jalan-jalan…..”
“Kirain kamu udah capek, makanya aku keluar sendiri…deket kok cuma didepan”
Hehehe…akhirnya kami masuk rumah dan makan sate bersama…setelah kenyang kami langsung tertidur pulas. aku dikamar baruku dan tirta didepan tv…
Pagi pun tiba… tirta mengajakku jalan-jalan melihat sekitar…aku berkunjung ke kantor baruku dan melihat ruangan ku…aku berkenalan dengan beberapa pegawai yang sedang piket sambil berbincang-bincang tentang pekerjaan…
Sore hari, akhirnya tirta harus kembali…besok pagi dia juga harus bekerja…Tirta membawa beberapa oleh-oleh yang tadi kita beli, kemudian dia juga membawa kunci rumahku.. ya, rumah disana jadi kosong. dan papa mama pasrah pada tirta untuk sesekali melihat-lihat rumahku… belum ada rencana untuk mengontrakkan rumah… jadi kami minta tolong pada tirta untuk sesekali melihat rumah.
Sewaktu tirta mandi, aku membereskan barang-barangnya… baju nya, oleh-olehnya, dan cemilan serta minum dan permen untuk teman perjalanannya… aku bersihkan dalam mobilnya, agar nanti dia nyaman diperjalanan…
Didalam kulihat dia sedang mengecek semuanya… kunci pintuku, jendelaku dan tempat-tempat lainnya… sebelum pulang, dia berpesan padaku..untuk hati-hati..selalu menjaga keamanan, kunci rumah, dan lain sebagainya…
Aku memeluknya..jujur, kini aku mulai takut… aku biasa hidup sendiri, tapi aku mulai tak biasa hidup tanpa tirta… biasanya, setiap pagi, siang dan malam, aku selalu bersama tirta..tapi, nanti malam..besok pagi…aku harus menjalani hidupku sendiri lagi….
Aku memeluk dan mencoba untuk menenangkan diri dipelukan tirta.. aku takuuut… apa yang harus aku lakukan saat nggak ada dia…
Akhirnya dia pulang, dan sekarang, aku benar-benar harus hidup sendiri tanpa tirta…..
Rumah baru… kantor baru… suasana baru… dan tentunya orang-orang baru yang akan memberikanku pengalaman baru.
Aku bekerja sebagai sekretaris, di salah 1 perusahaan cukup ternama di Indonesia. Sambutan yang hangat dan menyenangkan saat aku memasuki area baru ini… rekan-rekan kerja yang ramah, dan selalu dengan senang hati membantu dan memberitahuku perihal pekerjaan. Tak ada yang cukup sulit, selagi aku masih bisa bertanya… bos ku juga orang yang baik, tak banyak bicara dan tak terlalu merepotkan. Dalam waktu singkat kami bisa bekerja sama dengan baik.
Di kantor aku merasa sangat nyaman… banyak teman, terutama teman-teman dari cleaning service, driver & security… mereka sangat baik padaku, dengan kepolosan dan simple nya pemikiran mereka, yang hanya bekerja benar-benar untuk memberi nafkah keluarga, tanpa memikirkan persaingan jabatan, kursi-kursi panas dan masalah Negara, mereka membuat hari-hariku tak merasa sepi…
Tak jarang sepulang kantor aku meluangkan waktu untuk makan bersama-sama mereka di dapur atau dihalaman parkir belakang. Mereka tau aku hidup sendiri dikota ini, dan dengan senang hati mereka selalu menawarkan bantuan jika ada sesuatu yang tak bisa aku lakukan. Mereka semua menjadi saudaraku… ya, saudara yang sangat perhatian padaku…
Aku menceritakan semua ini pada tirta, dan dia merasa lega dan bahagia tau aku bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baruku… dia juga senang aku mendapatkan teman-teman dan saudara-saudara baru… justru sekarang, tirta yang merasa kesepian disana… hehehe… dari awal dia hidup di kota itu, memang hanya aku teman dekatnya… dikantor, rekan-rekannya segan untuk berteman dengan dia… dan kini, aku pergi dikota lain.. sudah barang tentu, tirta menjadi sebatang kara disana.. terlebih dengan sifatnya yang tak mudah percaya dan tak mudah bergaul dengan orang baru. Dia pasti berat menjalani hari-harinya…
Setiap malam, tirta selalu menelfonku… dia ceritakan keluh kesahnya seperti awal perkenalan kita dulu.
Meskipun jarak memisahkan kita, tapi hubungan kita berjalan dengan sangat baik. Tirta selalu punya cara untuk melampiaskan rasa rindunya… walaupun secara fisik kita terpaut ribuan kilo meter, tapi dalam hati, rasanya kita tetap menjalani hari bersama-sama. Tak seperti aku dan mas doni dulu… cinta kita memang kuat, tapi ketika dia tak didekatku, hanya rasa rindu yang ada. Bukan rasa tenang karena dia dihatiku…
Setiap akhir pekan, tirta selalu datang kekota ku… kita mengunjungi tempat-tempat wisata dan obyek-obyek lain yang bisa menyegarkan fikiran…
Hingga suatu hari… disebuah puncak ditemani dengan secangkir susu jahe, tirta menawarkan sesuatu padaku….
T : “ cha….besok ikut pulang yuk”
M: “pulang ? kemanaa?”
T : “ ke rumah orang tuaku “
Aku terdiam…. Sambil meletakkan cangkir dari genggamanku…. Lalu tirta menyela lamunanku…
T : “ya udah nggak usah…kalo kamu belum siap nggak papa. Santai aja…”
M: “ aku termenung sambil memandangi tirta yang tak lagi melihat ke arahku… seperti biasa, dia tak mau memaksaku..dalam hal apapun. Dia kembali cuek seolah-olah tadi tak berkata apa-apa… dia terus mengajakku membicrakan kabut yang menutupu pucuk-pucuk puncak ini… aku melihat ketulusannya dalam menyayangi dan menungguku… aku juga melihat keluargaku menyukainya… dia juga sangat menghargai aku… apa lagi yang aku cari ? dia sudah jauh lebih sempurna dari apa yang seorang wanita inginkan.. dia juga jauh lebih baik dari mas doni… dia mau dan selalu mencoba untuk menemaniku, membuatku tertawa bahagia.
M: “ okeee….siapa takut”
T : “ takut apaan cha ?”
M: “ya ayoooook, kapan kita pulang ”
Tirta tak berkata apa-apa… bahkan histeris atau konyol seperti biasa… dia hanya menatapku selama 3 detik kemudian dia langsung memelukku dengan sangat erat dan bahagiaaa… tanpa memperdulikan orang disekitar kita.. dia memelukku sambil memejamkan matanya, dan berkata… “makasih ya cha..”
M : “ iya sayang…..” aku menjawabnya.
Tirta langsung kaget dan melepaskan pelukanku kemudian menatapku…
T : “ apaaa ? barusan kamu bilang apa ?”
M: “apaan sih ???”
T : “barusaaaan. Iya apa ???”
M: “iya apaan ? iya ayook kita berangkat !!!”
T : “enggak, bukan itu !! pliiis donk ngomong sekali lagi… iya apaaa cha ?”
Hahahaaa…dasar si tirta..keluar lagi deh konyolnya… dipanggil sayang sekali aja girangnya minta ampun ! aku mengejeknya dengan tak memperdulikannya dan terus memakan tempe goreng yang ada dihadapanku…
Tirta gemes dan pura-pura marah melihatku.. dia menarik narik tempe yang sedang aku makan… dan menekan-nekan pipiku agar aku mau membuka mulut untuk mengulang kata-kataku yang tadi…
Hahahaha…. Lucu banget si tirta waktu itu, sampe sekarang aja aku masih sering ketawa kalo inget masa-masa itu…
Dalam mobil perjalanan kita pulang ke kontrakanku, tirta bilang kalo kita berangkat besok pagi… kebetulan hari senin nanti adalah tanggal merah..dan kita berencana untuk menginap dirumah orang tuanya pada hari sabtu, minggu dan senin kita pulang ke kota masing-masing.
Diperjalanan aku pengen beliin papa mama nya oleh-oleh… tirta bilang ngga usah, papa mamaku bukan orang yang seperti itu… santai aja, kamu bawa diri kamu apa adanya… ngga usah dibuat-buat…kalo perlu ngga usah dandan & pake baju yang aneh-aneh… orang tuanya sama cueknya seperti tirta…
Duuuuh, tapi ya mana bisaaa… masa sih berkunjung ngga bawa apa-apa.. trus aku coba Tanya ke tirta, makanan kesukaan mama & papanya tu apa sih ? tirta bilang, ga bakalan kamu bisa dapetin yang enak di kota ini..lagian bukan makanan khas juga… ternyata, mamanya suka pudding buah dan papanya suka pepes ikan. Hwaaaa, cocok nihh. Kalo Cuma itu mah aku bisa !!!
Trus aku rayu tirta buat anterin ke pasar tradisional… udah sore sih, tapi semoga aja masih ada penjual yang dagang. Tirta nggak tau kalo aku puny aide mau bikinin pudding & pepes sendiri…dia taunya aku mau belanja buat masak nanti malem.
Sampailah kami di pasar, dan beruntung masih ada penjual ikan yang berjualan… aku memilih-milih ikan yang gemuk dan masih tampak segar… sementara untuk pudding,buah dan bumbu lain, aku memilih membeli ke supermarket karena dipasar barangnya sudah tidak sebagus di pagi hari… selesai belanja, kita langsung pulang…
Tirta main PS di ruang tengah dan aku sibuk memasak didapur… tirta memang tak seperti mas doni, yang mau membantuku memasak didapur. Bukan tak mau, tapi setiap tirta ikut masak di dapur, yang ada kita Cuma bercanda dan bertengkar trus..masakan nggak kelar dapur berantakan…! hehehe
Mungkin terlalu lama aku didapur membuat dengan sangat konsentrasi makanan yang akan aku berikan untuk orang yang sudah melahirkan dan membesarkan lelaki terbaik dalam hidupku… tirta penasaran kemudian menghampiriku.
T :”lama banget sih masaknnya… emang bikin apaan ?”
M : “ada deh….!”
Tirta mencoba buat mengintip apa yang sedang aku masukan dalam panci pengukus itu… aku berusaha menutup-nutupi darinya..tapi akhirnya kecolongan juga…
T: “ haaaah ??? bikin pepes nih ???”
M : “ hehehe…iya.. ga papa ya ta… ntar dicicipin dulu ya enak kagaknya..kalo ga enak, bsk nggak aku bawa deh…”
T: “ pasti enak deh…dijamin kalo kamu yang bikin, apa lagi dengan cinta “
Hwaaahaaahaaahaaahaaaa… aku tertawa terbahak-bahak sampe perutku sakit denger tirta ngomong cinta… ! kesambet apaan sih ni bocah sampe bisa ngomong cinta… !
Mukanya memerah malu sambil menggaruk2 kepalanya dan menundukkan wajahnya…hehehe…bikin ketawa aja kamu tu ah !
Setelah pepes selesai dikukus, pudding juga sudah mengeras dalam kulkas, aku ambil 1 pepes dan aku keluarkan pudding dalam mangkok kecil… aku sediakan untuk tirta dan makan malam kami…
Waaah, tirta keliatan seneng banget ngeliat masakanku. Setelah tertata rapi dimeja makan, muka tirta tiba-tiba jadi serius. Aku yang masih berdiri menata piring dan sendok, tiba-tiba dipeluknya dari belakang. Badanku yang bisa dibilang cukup kecil dibanding dengan badan tirta, penuh masuk habis dalam pelukannya.
Bersambung…
Artikel Terkait:
curhat cinta tresya
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 37 - Selesai )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 36 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 35 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 34 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 33 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 32 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 31 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 30 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 28 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 27 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 26 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 25 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 24 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 23 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 22 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 21 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 20 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 19 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 18 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 17 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 16 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 15 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 14 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 13 )
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
ahh, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya , di tunggu ya smbungan ceritanya :)
hehe...sabar ya. ceritanya emang akan makin seru, tak mudah ditebak dan penuh kejutan...pokoknya makin asyik deh. lanjutannya akan segera posting :D
ok , kenapa gak dibikin novel aja , bagus bnget ceritanya ,, :)
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)