Oleh Tresya Agnashila
K : ”Doni masih sering hubungin Icha kah? Atau bagaimana hubungan kalian? Kenapa doni berubah?”
M : ”Maaf kak, aku nggak tau soal itu, dia juga nggak pernah hubungi aku lagi.”
K : ”Kakak penasaran, kenapa kalian jadi begini? Sebenarnya ada masalah apa? Setau kakak hubungan kalian selalu baik-baik saja, bahkan Doni pernah bilang kalo kalian mau tunangan, kenapa sekarang jadi gini sih Cha?”
Aku hanya menjawabnya dengan simpel, “Mungkin belum jodho kak….”
K : ”Hanya belum kan? Sampai sekarang kakak yakin Doni masih sendiri. Kamu pulanglah kerumah bersama kakak. Papa kangen juga sama kamu. Pulanglah ikut kakak Cha, hubungi Doni lagi. Dan kamu kembalilah pada Doni. Kasian papa Cha, dia sering nanyain kamu. Pliiiis sekali aja ikut sama kakak, hanya untuk menjenguk papa. Kasian papa sekarang sakit-sakitan.”
Seakan dunia ini runtuh dan menguburku. Aku nggak berdaya, bener-bener nggak berdaya. Mas Doni ternyata juga tidak pernah kembali ke sini. Kakak juga bilang mas Doni masih sendiri. Mungkinkah dia masih menungguku sampai saat ini?
Entah sudah berapa lama aku berbincang dengan kakak…. Tiba-tiba tirta datang dan terlihat panic mencariku
T : ”Dari mana aja sih ? lain kali jangan jauh-jauh dari aku…aku cemas nyariin kamu.”
Tirta menyadarkanku dari guncangan hebat ini… kakak terlihat heran memandangi tirta…
K : ”Siapa ini cha? temen kamu ya?”
Tirta memandangiku dan bertanya juga padaku…
T : ”Ini siapa sayang ? Temen ya? Apa saudara?”
Aku hanya bisa diam..entah setan apa yang merasuki pikiranku sampai aku tak bisa menjelaskan pada kakak bahwa tirta adalah kekasihku…orang yang akan menjadi suamiku…
Kakak memegang tanganku dan bilang… ”Ayo cha..ikut bersama kakak!”
Tirta mungkin tau kalau dia adalah kakak mas doni.. tirta melepaskan rangkulannya dariku dan dia mundur 1 langkah dari hadapanku… aku kaget melihat tirta, aku memandangi tirta dan tirta terlihat sangat pasrah melihat semua ini… kakak trus memegangi lenganku…
Dalam diam kami bicara….
Sekan tirta memberiku pilihan saat ini…“Ikutlah denganku cha..lepaskan tangan wanita itu…”
Kakak : “Ayo cha…doni masih mengharapkan kamu…papa juga merindukanmu.”
Ya allah…. Kenapa aku jadi sebodoh ini…dimana akal sehatku…!!!!!!!!!!!!!!!
Melihat aku berdiam diri terlalu lama, Tirta pergi meninggalkanku… tirta pergi dan berjalan cepat keluar area pertandingan ini… suara gaduh, ricuh dan teriakan seakan bergema di gendang telingaku… kakak menggenggam tanganku dan dia menarikku untuk keluar dari gedung ini…
Tuhan baik padaku, dia menyadarkanku bahwa selama ini tirta lah yang selalu menemaniku… tirta lah yang ada dalam tangisanku… dan tirtalah yang bisa membuatku dan membawaku berdiri di tempat ini…
Aku melepaskan tangan kakak…”Mmaaf kak, tapi aku sudah punya pilihan lain… tolong sampaikan salam sayangku untuk papa”
Aku berlari mengejar tirta… jangankan tubuhnya, bayangannya pun tak bisa kutemukan…
Aku pergi ke area parkir, aku mencari mobilnya, tapi jean juga sudah tiada… aku coba menghubungi HP nya… nada panggilan terdengar masuk, namun tak juga diangkatnya…
Aku coba sms dia…“tirta maafin aku… plis jemput aku disini”
Tapi tak juga dibalasnya… aku coba untuk mencari kendaraan, aku pulang kerumahku, tapi tak terlihat juga mobilnya…kemudian aku berbalik arah dan mencari di rumah kontrakannya, tapi pintu masih terkunci, mobil juga tak ada… ya allah, dimana tirta… dimana diaaaa……!
Aku terus menunggunya di depan rumah, sambil terus mencoba menghubunginya… tapi dia tak juga pulang, telfon tak jua diangkatnya… aku coba untuk keliling kota ini…siapa tau aku menemukannya dijalanan.
Hampir semua sudut kota aku telusuri, hampir 2 jam aku berkeliling sendirian, tapi tetap, aku tak melihatnya… aku pasrah…dan aku putuskan untuk pulang kerumah mengambil kunci rumah tirta dalam dompetku.
Sekitar pukul 5 sore aku kembali ke rumah tirta… masih seperti tadi, pintu masih terkunci dan jean tak terlihat dihalamannya.
Aku masuk, badanku sudah lemas, pikiranku juga sudah melayang entah kemana… aku bingung… dimana sekarang tirta…kenapa sudah ber jam-jam dia nggak pulang-pulang.
Aku telusuri setiap dinding rumahnya dengan langkahku yang lemas…Sungguh hampa, layar televise yang sungguh gelap, sofa yang dingin,,, dan lantai yang sangat bersih seakan tak pernah ada kehidupan.
Aku masuk ke kamarnya… jendela yang tertutup rapat, dan ranjang yang sangat rapi…. Sungguh kini aku seorang diri… bahkan cicak pun enggan menemani. Aku terduduk di ranjang tirta… sambil menyentuh selimut yang setiap hari menghangatkannya.
Aku melamunkan canda tawa bersamanya… senyumnya, kekonyolannya, dan tingkah lakunya yang selalu bisa membuatku tertawa…Dia selalu ada, disaat aku membutuhkannya…Mama dan papanya… keluarganya, yang bisa mencintaiku apa adanya.
Dan air mataku pun menetes, saat aku mengingat aku tak bisa menyebutnya sebagai kekasihku….betapa bodohnya aku… kenapa aku campakkan orang yang sangat mencintaiku begitu saja… aku menangis kembali di atas ranjangnya.
Entah berapa lama aku menangisinya, aku terlelap, tertidur memeluk selimutnya…Hingga aku terbangun dengan suara pintu yang terbuka…Aku masih hanya terbangun, memandangi kegelapan ini…Tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampiriku… tanpa kata-kata dia memelukku.
Ya, dia adalah tirta kekasihku… aku menangis terisak-isak dipelukannya, “maafin aku ta… maafin aku…..”
Tak ada kata lain yang bisa kuucapkan padanya selain kata maaf.
Tirta hanya memelukku dengan erat, sambil kurasakan betapa lelah hatinya… betapa pasrahnya dia… tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.. andaikan saja ada sedikit cahaya diruangan ini, pasti aku tak kan sanggup untuk memandangi wajahnya.
Dia tertunduk padaku… benar-benar tertunduk dan memasrahkan semua ini padaku…Aku menyentuh kedua pipinya… aku takut tapi aku harus menyentuhnya…” maafin aku ta… maafin.
Belum selesai aku mengatakannya, dia membungkam bibirku dengan bibirnya…Dia menciumku dengan penuh cinta… dia menciumku seakan dia mengikatku agar aku tak lagi pergi meninggalkannya.
Aku pun langsung membalas ciumannya… kami berciuman, dan isak tangisku berubah menjadi kelegaan mengerti dia telah memaafkanku.
Dia mengecup keningku, aku sudah tak berdaya lagi….“Maafin aku Ta, beri aku kesempatan kedua… aku sadar, aku tak bisa hidup tanpamu.”
Tirta menurunkan wajahnya, kemudian mengedipkan matanya padaku…Entah apa yang ada dipikiranku saat itu, rasanya aku ingin membuat tirta mengerti bahwa kini aku benar-benar mencintainya… aku ingin dia tau, bahwa kini aku benar-benar miliknya…
Dalam gelap dan heningnya malam… tanpa saksi dan tanpa kata, aku ingin melepaskan semua yang aku punya… aku ingin serahkan semua milikku pada tirta…Belaian lembutnya sungguh sangat menenangkanku…pelukan hangatnya membuatku semakin percaya, dialah yang bisa melindungiku…
Lama kami bercumbu…. Sendu berubah menjadi nafsu….
Ditengah perjalanan deru nafas penuh nafsu kami…. Tirta menghentikan langkahnya…
Tirta memelukku dengan sangat erat…
Dan dia berbisik….“kamu tak perlu melakukan ini, aku percaya, sepenuhnya percaya padamu sayangku…”
Lagi-lagi aku meneteskan air mata… betapa hebatnya dia… mampu melawan nafsu birahinya… aku yang sudah sangat dekat dengannya, aku yang sudah membuka diri untuknya… tapi dia benar-benar tulus mencintaiku… bukan karna nafsu dan bukan demi harta… dia mengambil selimut yang ada dibawahku, kemudian menutup tubuhku yang tertutup oleh gelap malam… dia menyelimutiku, kemudian memeluk sambil terus membelaiku…
“Terima kasih sayang… kamu sudah berikan semua untukku.. terima kasih kamu telah percaya padaku.. tapi cintaku tak perlu bukti, asalkan engkau mau terus disampingku, aku sudah yakin bahwa kamu mencintaiku…”
Tirta begitu mulia… dia begitu menghargai cinta kita….
Aku tidur dipelukannya, aku merasakan kehangatan dan kasih sayangnya… sungguh nyaman ada dalam pelukan orang yang mencintai kita… aku berjanji pada diriku sendiri, sekuat tenaga aku akan menjaga cinta kami….
Seminggu berlalu, aku kembali dengan rutinitasku.
Di kantor, ketika makan siang tiba, aku merasa ada yang aneh dalam perutku… mual, seperti ada tangan yang mengaduk-aduk perutku…Kepalaku juga pusing, badanku juga terasa sangat letih…
Saat aku menikmati ketidaknyamanan dalam tubuhku ini, tiba-tiba tirta sms…
“lagi ngapain istriku…?”
“Haaaah ? istriiii ??? haaaah ? “
Aku langsung memegangi perutku….
Jangan-jangan ????
Noooooooooooooooooooooooooo !!!!
Aku nggak mau hamil sebelum nikah…. Tuhan….apa yang harus aku lakukan !!!!!!
Aku langsung menelfon tirta…
M : “ Ta, kamu sayang kan sama aku ? kamu cinta kan sama aku ????”
T : “ Ya iyalah lah… kenapa sih ???”
M : “ Kamu mau kan nikah sama aku ???”
T : “ Hahahaha…. Mau banget lah…ayok kapan ? sekarang??”
Aku langsung menutup telfonnya, aku langsung lari pergi keluar kantor… yang ada dipikiranku saat itu Cuma aku harus cek keadaanku. Test pack !!! yaa, aku harus beli alat test kehamilan !!!
Didepan apotik, sempet ragu juga sih buat masuk…duh, gmna ya ? beli nggak ya ?? tapi aku kan udah dewasa…gak bakal dicurigain juga deh kalo aku beli test pack!
Aku beranikan diri untuk masuk ke apotik dan aku beli alat test kehamilan itu… petugas apotik menanyaiku…
“Udah telat berapa bulan mbak ?”
“Haaah, berapa ya ? lupa mbak..yg penting udah telat gtu aja…”
“Owh….semoga jadi ya mbak.“
Alamak !!!! semoga jangan atuh mbak !!!! (gumamku dalam hati !!!!)
Bersambung...
Nulis komentar di posting Cerbung “Bukan Manusia, Jika itu Sempurna” bisa dapat hadiah. Tema komentarnya bebas; bisa berupa kesan, pesan, saran atau kritik untuk cerbungnya. Gaya tulisan juga bebas, boleh menggunakan bahasa gaul, nggak harus dengan tata bahasa Indonesia yang baku. Yang penting sopan. Diakhir kisah akan dipilih 10 komentar terbaik yang berhak mendapatkan kenang-kenangan dari blog Curhatkita. Selengkapnya silakan baca di sini.
Artikel Terkait:
curhat cinta tresya
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 37 - Selesai )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 36 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 35 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 34 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 32 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 31 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 30 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 29 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 28 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 27 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 26 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 25 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 24 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 23 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 22 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 21 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 20 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 19 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 18 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 17 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 16 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 15 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 14 )
- Bukan Manusia, Jika Itu Sempurna ( 13 )
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
bagus..., bahasanya menarik
saya suka nih.. memang manusia tak sempurna
makin penasaran kelanjutannya.. tpi kenapa skg kok ceritanya gk panjang y..
part 34 nya koq balum ada??
udah lama nunggu lanjutannya,,
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)