Oleh Tarjum
Pakwi dengan lukisan Togog dan Semar (facebook.com/nawa.tunggal)
Kecintaanya pada tokoh wayang, tak diragukan lagi.
Dari ribuan lukisan yang dibuatnya, sebagian besar adalah lukisan wayang dengan beragam karakter dan posisi. Itulah bukti kecintaan dia pada salah satu karya seni dan budaya khas Indonesia.
Siapakah pelukis yang luar biasa ini?
Dialah “Dwi Putro”, biasa disapa “Pakwi”
Saya pertama kali bertemu dengan Pakwi, beberapa bulan yang lalu di Pasar Seni Ancol, saat menghadiri acara “Kreasi Bipolar” yang diadakan rekan-rekan Komunitas Bipolar Care Indonesia (sebuah grup facebook tempat sharing masalah-masalah yang terkait gangguan bipolar).
Waktu itu, saya perhatikan, Pakwi nyaris tanpa henti melukis di stand pameran yang dibuat khusus untuk memajang karya-karya lukisnya. Saya berdiri tepat di hadapan Pakwi yang sedang asyik menyelesaikan lukisan wayangnya. Dia nggak peduli dengan kahadiran saya.
Pakwi, mengacuhkan saya..hehe (dok pribadi)
Saya melihat semangat, antusiasme dan stamina Pakwi yang luar biasa saat menggoreskan kuas di atas media lukis. Ketika melukis, dia seperti tak terpengaruh oleh keadaan di sekelilingnya. Dia fokus dan konsentrasi penuh pada media lukisnya tanpa peduli dengan siapa pun atau apa pun yang ada di depan, belakang atau di sampingnya.
Siapa sebenarnya Dwi Putro atau Pakwi?
Berikut saya kutif tulisan tentang Pakwi, di website kickandy.com. Pakwi juga pernah tampil di acara “Kick Andi Show” bersama beberapa orang penderita sikzofrenia dan gangguan bipolar.
Pria asal Yogyakarta itu selain terkena skizofrenia juga mengalami gangguan pendengaran dan komunikasi. Kondisinya semakin parah ketika kedua orangtuanya meninggal dunia. Pakwi pun hidup di jalanan selama beberapa tahun.
Melihat kondisi Pakwi yang makin memburuk, Sang adik, Nawa Tunggal merasa sedih dan tergerak untuk membantu dan mengangkat Pakwi dari kehidupan jalanan. Dengan penuh kesabaran dan ketekunan, Pak Wi akhirnya tidak sering mengamuk dan bisa menjadi pelukis.
Saya sendiri mengenal Pakwi dari sang adik, Nawa Tunggal. Saya pernah ketemu dengan Nawa Tunggal di salah satu seminar Kesehatan Jiwa di Jakarta. Nawa Tunggal bersama beberapa orang rekannya yang aktivis Keswa (Kesehatan Jiwa), membentuk sebuah grup di facebook bernama “Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI)".
Nawa Tunggal, Adik dan pendamping setia Pakwi(facebook.com/nawa.tunggal)
Saat ini member KPSI sudah lebih dari 9.927 orang. Member KPSI, yang tersebar di seluruh Indonesia, selain penderita sizofrenia dan gangguan jiwa lainnya, juga anggota keluarga pasien skizofrenia, psikiater, aktivitas keswa dan orang-orang yang peduli terhadap penderita gangguan jiwa.
Nawa Tunggal, yang wartawan Kompas ini, sangat telaten mendampingi sang kakak yang menderita skizofrennia. Dia berperan sebagai adik, orang tua, caregiver, mentor, sekaligus manager untuk sang kakak.
Ketelatenan, kesabaran dan kegigihannya membantu sang kakak untuk bisa hidup normal dan terus berkarya, sangat layak diacungi dua jempol. Berkat dukungan, pendampingan, arahan dan kasih sayangnya, kondisi Pakwi, semakin membaik.
Pakwi, seakan tak pernah lelah untuk berkarya, melukis beragam tema dan karakter dengan sapuan kuas yang penuh semangat, antusiasme dan daya imajinasi yang kuat.
Salah satu tema lukisan yang paling disukai Pakwi, adalah tokoh-tokoh wayang. Ini mungkin wujud kecintaan Pakwi kepada seni dan budaya khas Indonesia.
Pakwi sedang melukis Semar (facebook.com/nawa.tunggal)
Ungkapan semangat, harapan, kecintaan maupun kebanggaan terhadap negara dan bangsa Indonesia, tak selalu harus diungkapkan dengan kepalan tangan, pekik dan teriakan. Dalam diam, dalam kesunyian dan kesendirian, bahkan dalam kegalauan jiwa, semangat, harapan dan kecintaan pada negeri itu bisa diungkapkan.
Seperti Pakwi, yang mengungkapkan semangat, harapan dan kecintaanya pada negeri, melalui goresan-goresan kuasnya di atas kanvas. Lukisan-lukisan wayang yang artistik dan sarat makna adalah wujud dari semua itu.
Pakwi seolah ingin mengatakan, bahwa seorang penderita skizofrenia, yang sering dipandang negatif dan jadi bahan olok-olok orang yang tak memahami gangguan jiwa, masih tetap mampu berkarya.
Teruslah berkarya Pakwi!
Karya-karya Lukis Pakwi
Lukisan wayang Pakwi sepanjang 88 meter, memproleh rekor MURI “Difabilitas Mental Melukis Wayang Terpanjang Nonnstop".
Pakwi dan Rekor Muri (facebook.com/nawa.tunggal)
Selain melukis sendiri, Pakwi juga berkolaborasi melukis dengan beberapa orang pelukis ternama, diantaranya: Nasirun, Tisna Sanjaya, Fredy Sofian, Joko Kisworo dan Jaya Suprana.
Kolaborasi Pakwi dengan Tisna Sanjaya, Fredy Sofian dan Joko Kisworo di Pasar Seni Jakarta, Senayan, 3 - 5 November 2013.
Kolaborasi Pakwi, Tisna S, Fredy S. dan Joko K. (facebook.com/nawa.tunggal)
Lukisan Pakwi kolaborasi dengan Nasirun dan Noriyu, 10 Oktober 2013, di Bentara Budaya Jakarta.
Kolaborasi Pakwi, Nasirun dan Noriyu (facebook.com/nawa.tunggal)
“Damar Kurung” karya Pakwi dalam Pameran Tunggal “1001 Lukisan Skizofrenia”, 2 - 11 Nov 2012 di Pasar Seni Ancol.
Damar Kurung, karya Pakwi (facebook.com/nawa.tunggal)
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
sip sip sip keren...!
mantaaab.... UP UP UP
thanks ya....
lanjutkan Karyamu pak....
Subhanallah....
keren banget
Bukan hanya sekedar keren, tapi KEREN BANGET ...
bukan karya yang biasa tetapi sungguh LUAR BIASA ;)
sukses terus yah pakwi ;)
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)