Oleh : Tarjum
Beberapa diantara teman yang curhat di Curhatkita (via Forum atau email) mengungkapkan, bahwa dia sudah tak kuat lagi dengan beban mental yang mereka alami. “Saya sudah tak tahan lagi dengan kondisi yang saya alami saat ini…..”, seperti itulah biasanya ungkapan perasaan yang mereka sampaikan.
Benarkah mereka sudah tak tahan atau tak kuat lagi secara psikis dengan tekanan mental yang mereka alami? Benarkah tekanan mental yang mereka alami sudah di luar batas kemampuan mereka?
Saya pernah menulis artikel di blog ini dengan judul “Batas Kemampuan”. Dalam tulisan itu saya menjelaskan, bahwa kita kadang terlalu rendah menilai kemampuan diri sendiri. Kita ini ibarat mesin Mercedes yang dianggap cuma bisa berlari secepat mobil Oplet tua. Kita kadang menganggap diri sendiri hanya seekor ayam, padahal kita sebenarnya seekor burung rajawali yang bisa terbang mengerungi angkasa nan luas.
Saya punya cara sederhana untuk mengetahui batas kemampuan diri kita yang sebenarnya. Ini hanya perbandingan, karena cara yang saya maksud, bagaimana mengetahui batas kemampuan kita secara fisik. Bagaimana caranya? Silakan simak penjelasan di bawah ini.
Anda mungkin pernah Joging di pagi hari saat hari libur. Berapa jauh anda kuat berlari tanpa berhenti? Satu, dua atau tiga kilometer? Anda merasakan napas anda tersengal-sengal, kaki anda terasa lemas, jantung anda berdegup kencang. Anda berhenti berlari, lalu berjalan kaki atau duduk istirahat di pinggir jalan dengan napas yang masih tersengal. “Huh….saya sudah tak kuat lagi berlari……”, begitu mungkin anda bergumam. Lalu anda berpikir, “Saya hanya kuat berlari 3 km.” Benarkah? Tentu tidak! Anda sebenarnya masih kuat berlari beberapa km lagi kalau anda mau.
Ketika anda merasa sudah di titik puncak kelelahan saat berlari, cobalah terus berlari. Beberapa saat kemudian rasa lelah dan capek yang tadi anda rasakan akan mulai berkurang. Selanjutnya anda akan merasa nyaman berlari dan anda bisa terus berlari sejauh yang anda mau.
Mengapa bisa begitu? Sepertinya tubuh kita menyesuaikan diri dengan aktivitas yang kita lakukan. Saat tubuh sudah menyesuaikan diri setelah melewati puncak kelelahan, tubuh kita akan sampai pada titik nyaman. Benarkah demikian? Silakan anda coba sendiri. Apa yang saya sampaikan ini berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya sendiri dan sudah saya coba berkali-kali. Tapi saya tidak menganjurkan mencoba cara ini bagi anda yang menderita penyakit jantung atau penyakit kronis lainnya.Mungkin teman-teman sekalian ada yang bertanya-tanya dalam hati, tulisannya kok kebanyakan berdasarkan pengalaman melulu ya? Bukan hasil study, riset atau penelitian? Emang pengalamanya banyak banget ya? Nggak juga kok.
“Okelah kalo begitu…” saya jelasin ya alasanya biar nggak penasaran..he..he….
Begini teman-teman, Pengalaman adalah guru terbaik, begitu kata pepatah. Dalam setiap pengalaman ada pelajaran yang bisa diambil kalau kita jeli mengamatinya. Pengalaman jika diamati dan dipelajari akan melahirkan sebuah pemahaman dan pengetahuan yang bisa kita jadikan sarana pembelajaran. Pembelajaran itu bisa untuk kita sendiri atau dibagi kepada orang lain. Begitulah saya memahami dan memaknai sebuah pengalaman, sesederhana apa pun pengalaman itu. Menurut saya, selalu ada makna dibalik setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita atau di sekitar kita. Karena setiap kejadian bukan sekedar sebuah kebetulan tapi atas kehendak yang maha kuasa. Wallahu alam bissawab.
Kembali ke (bukan laptop) tema tulisan ini. Sebenarnya ada cara lain yang lebih sederhana untuk mencoba trik ini. Bagaiamana caranya dan apa kaitannya dengan kekuatan mental yang dimaksud di awal tulisan ini? Akan saya bahas pada tulisan berikutnya.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)