Oleh Tarjum
Ini kisah yang benar-benar aku alami.
Hanya dalam rentang waktu sekitar 6 jam, aku kehilangan 2 penopang hidup keluargaku, pekerjaan dan kendaraan (Sepeda Motor).
Seperti pepatah, “Sudah jatuh tertimpa tangga pula”. Peristiwa itu terjadi tiga tahun yang lalu, tepatnya tanggal 20 Juni 2008. Saat itu anak pertamaku baru masuk sekolah dasar dan istriku sedang hamil 7 bulan.
Silakan simak ceritanya.
Hari itu, sekitar jam 10.00, saat aku sedang bertugas di lapangan, aku dipanggil untuk menghadap bossku ke kantor. Menurut Bossku, aku dianggap telah melakukan kesalahan/kelalaian dalam manjalankan tugas pekerjaan yang bisa merugikan perusahaan. Tapi, menurutku alasannya kurang jelas dan kurang kuat. Namun intinya beliau secara halus memintaku untuk mengundurkan diri.
Akhirnya, karena aku merasa suasana kerjanya sudah tak kondusip lagi, hari itu juga sekitar jam 13.00, dengan tekad bulat aku menyatakan mengudurkan diri dari pekerjaanku. Pekerjaan yang telah aku jalani dengan penuh dedikasi selama 12 tahun lebih, hari itu aku tinggalkan.
Aku pamit kepada rekan-rekan kerja di kantor dan di lapangan. Mereka semua tampak kaget mengetahui aku mengundurkan diri dari pekerjaan. Hari itu aku resmi menjadi seorang pengangguran, tidak punya pekerjaan dan penghasilan. Padahal waktu itu uang simpananku kuperkirakan hanya cukup untuk biaya hidup keluargaku selama satu bulan kedepan.
Sore harinya menjelang maghrib, dengan mengendarai sepeda motor membonceng anakku, aku bermaksud berkunjung kepada salah seorang sahabat yang baru saja melangsungkan hajatan pernikahan.
Setelah mengucapkan selamat dan ngobrol sebentar aku pamit pulang karena adzan maghrib sudah berkumandang. Sesampainya di rumah motor aku parkir di halaman depan rumah. Sepeda motor sengaja tidak aku naikkan ke teras rumah karena kami bertiga berniat pergi ke pasar untuk membeli makanan. Sepeda motor dalam keadaan terkunci, sementara aku dan istriku menunggu anakku yang sedang mandi di ruang keluarga sambil ngobrol.
Setelah semua siap, kami bertiga keluar rumah berniat pergi ke pasar. Pintu rumah sudah di kunci dan kami bertiga berdiri di pinggir teras depan rumah. Alangkah kagetnya kami bertiga, sepeda motor yang tadi aku parkir di depan teras ternyata sudah tak ada di tempatnya. Beberapa detik kami termangu kaget setengah tak percaya bahwa motor kami sudah raib digondol maling.
Aku dan istriku segera menghubungi saudara dan kerabat. Tak lama kemudian hampir semua keluarga kami dan para tetangga dekat datang ke rumah. Mereka semua menanyakan bagaimana cerita kejadiannya.
Dalam keadaan shok, kaget, marah, kecewa, sedih dan bingung aku mencoba menenangkan diri dan berusaha berpikir jernih. Seorang kerabat menyarankan untuk segera melapor kepada pihak kepolisian setempat untuk mengurusi asuransinya.
Malam itu saudara, teman dan kerabat mencoba membantu mencari jejak, kemana motor itu dibawa pencuri. Namun sama sekali tak ada petunjuk yang bisa dijadikan acuan kemana harus mencari jejak sepeda motor kesayanganku itu.
Esok harinya aku memutuskan untuk tidak mencari sepeda motor yang sudah digondol maling itu karena tak ada petunjuk sama sekali. Aku hanya akan mengurus pesyaratan claim asuransi kehilangannya saja kepada pihak kepolisian.
Ternyata untuk mengurus laporan dan berita acara kehilangan sepeda motor, prosesnya lumayan berbelit-belit. Aku sampai harus berurusan dengan pihak Polsek, Polres dan Polda. Butuh waktu 3 hari untuk mengurus surat laporan dan BAP kehilangan. Aku sampai harus menginap semalam di mesjid komplek markas Polda Jabar.
Biaya yang dihabiskan untuk mengurus laporan kehilangan di Polsek, Polres dan Polda berikut ongkos tak kurang dari 1 juta rupiah. Semua berkas laporan berikut persyaratan claim aku serahkan ke pihak Leasing untuk diproses. Beres sudah pengurusan claim asuransi kehilangan, aku tinggal menunggu prosesnya sekitar 3 bulan.
Selanjutnya aku mulai berpikir, langkah apa yang harus aku ambil untuk mencukupi kebutuhan keluarga sementara aku tidak punya pekerjaan dan penghasilan. Aku tak ingin berlama-lama berdiam diri merenungi nasib. Akhirnya aku memutuskan untuk sementara aku akan bekerja membantu orang tua di sawah. Menanam sayuran yang hasilnya nanti bisa kujual untuk biaya hidup sehari-hari istri dan anakku. Aku kembali ke sawah, melakukan pekerjaan yang sudah 12 tahun aku tinggalkan, mencangkul dan bercocok tanam di sawah dan kebun. Jadilah aku seorang petani.
Beberapa orang teman mengolok-olokku, “Mantan pekerja kantoran kok kerja di sawah?” Tak masalah bagiku, yang penting aku bisa menafkahi keluarga. Pagi hari aku berangkat ke sawah, bekerja seharian di sawah sampai sore hari.
Aku dan ayahku mulai mengolah tanah dan menanaminya dengan sayuran yang laku di pasar. Itulah pekerjaanku saat itu. Anakku suka meledekku, katanya dulu kalau ada teman seokalahnya tanya, “Ayahnya kerja di mana?” dia jawab “Di kantor”. Sekarang kalau temannya tanya, jawabnya “Ayah kerja di sawah”. Hampir sebulan aku jadi petani.
Pada suatu hari, saat aku sedang bekerja di sawah, adik iparku menyusul, katanya Pak Kades mencariku. “Ada apa ya, Pak Kades mencari-cariku?” gumamku dalam hati penuh penasaran. Aku segera pulang dan bertemu Pak Kades di rumah orang tuaku. Beliau cerita bahwa hari itu juga aku diminta datang ke kantor pabrik Garment, ada lowongan pekerjaan.
Aku segera pulang ke rumah, ganti pakaian dan cerita ke istri bahwa aku akan melamar pekerjaan di pabrik Garment yang lokasinya tak jauh dari rumah. Istriku tampak sumringah mendengar kabar baik itu. Sesampainya di pabrik aku segera menemui manager HRD, menanyakan perihal lowongan pekerjaan. Ternyata benar pabrik tersebut membutuhkan seorang staff HRD. Oleh Manager HRD yang baik hati itu aku diminta datang dua hari kemudian untuk tes.
Dua hari kemudian aku datang ke kantor pabrik, membawa lamaran lengkap untuk mengikuti tes calon karyawan. Alhamdulillah, semua tes bisa aku selesaikan dengan lancar hari itu. Manager HRD menyatakan aku lulus tes dan akan dikabari nanti, kapan aku mulai bekerja. Hari itu aku pulang dengan perasaan bahagia, tinggal menunggu panggilan kerja.
Esok harinya ponselku berdering, ternyata Manager HRD itu mengabari aku bahwa hari itu juga aku harus datang ke kantor untuk mulai bekerja. Mulai hari itu (26 Juni 2008) aku resmi menjadi Staff HRD perusahaan garment terbesar di daerahku, dengan 5000 orang karyawan. Aku menampati ruang kantor yang cukup luas dan megah bersama sekitar 40 orang staff administrasi department lainnya.
Inilah skenario Tuhan yang harus aku jalani. Keluar dari perusahaan lama, menjadi petani selama sebulan, lalu masuk ke perusahaan baru yang jauh lebih besar dan representatif dengan gaji yang lumayan.
Aku mendapat banyak pelajaran berharga dari kejadian yang cukup mengguncang dalam waktu singkat itu. Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, baik atau buruk, keberuntungan atau kemalangan, semua itu atas kehandak-Nya. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang terbaik untuk kita. Namun kadang karena ketidaktahuan kita akan rencana-Nya, kita suka berburuk sangka kepada-Nya.
Terlepas dari apa pun rencana Tuhan yang tidak kita ketahui, kita wajib ikhtiar maksimal, berdo’a dengan tulus, berbaik sangka kepada-Nya dan bersyukur atas apa pun yang telah Tuhan berikan untuk kita. Lalu serahkan segala urusan kepada-Nya. Karena kita hidup dan menjalani kehidupan hanya untuk mengabdi dan mengharap ridha-Nya.
Ketika di lain waktu saya mengalami kejadian yang tak diinginkan atau suatu kemalangan, saya mengingatkan diri-sendiri, “Ada skenario Tuhan yang belum saya fahami. Pasti ada hikmah di balik semua ini.”
Jika anda punya pengalaman atau cerita-cerita unik seperti ini, silakan sampaikan di komentar atau kirim ke editor blog ini.
Jika menurut anda posting ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.
Tarjum adalah pendiri dan editor Curhatkita, Forum Curhat, Grup Teman Curhat dan Solusi Bipolar Facebook. Penulis buku psikomemoar "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini dan ikuti Tarjum di Facebook dan Twitter.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)