Oleh : Tarjum
“Ada anak bertanya pada bapaknya, untuk apa berlapar-lapar puasa?........”
Itulah penggalan lirik lagu islami yang dibawakan grup musik legendaris Bimbo Bersaudara. Pertanyaan yang terkesan lugu ini merupakan pertanyaan yang sangat mendasar tentang apa sebenarnya tujuan berpuasa dan tujuan ibadah secara lebih luas. Menjalankan perintah Tuhan seperti ibadah puasa Ramadhan sebagaimana tertulis dalam kitab suci adalah kewajiban setiap muslim yang sudah baligh. Benar! Tapi, apakah kita berpuasa hanya sekedar menjalankan kewajiban agama? Hanya menjalankan rutinitas ritual keagamaan dengan harapan mendapatkan pahala dan menghindari siksaan api neraka?
Seorang teman yang punya pemahaman agama cukup mendalam, namun kadang nyeleneh dalam menafsirkan hukum-hukum agama, pernah cerita panjang lebar tentang tujuan berpuasa. Menurut dia tujuan puasa adalah agar mereka yang menjalaninya merasakan penderitaan orang-orang fakir dan miskin. Setelah merasakan, diharapkan tumbuh kesadaran dan kepedulian kepada penderitaan mereka. Pada akhirnya, dari kesadaran dan kepedulian tersebut diharapkan melahirkan tindakan-tindakan nyata yang bisa dirasakan oleh sesama umat manusia terutama kaum duafa.
Mengenai hal ini, seorang kyai pernah mengatakan, bahwa ukuran keberhasilan ibadah seseorang bisa dilihat dari perubahan positif dalam dirinya setelah menjalankan ibadah tersebut. Misalnya, setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, seseorang yang seblumya kikir berubah menjadi dermawan, yang sebelumnya pemarah berubah menjadi penyabar, yang sebelumnya kasar berubah menjadi lemah lembut, yang sebelumnya jutek berubah menjadi ramah dan murah senyum. Jika setelah menjalani ibadah, seorang muslim mengalami perubahan positif, berarti ibadahnya benar-benar barhasil memberi nilai-nilai positif terhadap akhlak dan tingkah lakunya.
Sebaliknya jika setelah menjalankan ibadah, kepribadian, akhlak dan tingkah laku seorang muslim tidak berubah, berarti ibadahnya bisa dibilang gagal. Ibadah yang dijalankannya hanya sebatas rutinitas ritual yang tak memberi nilai apa pun pada dirinya. Tapi, ini hanya pandangan manusia berdasarkan nilai-nilai syariat, Tuhanlah yang maha tahu tentang besar kecil nilai ibadah hambanya.
Tuhan memerintahkan ibadah kepada hambanya, tentunya kerena ibadah itu bernilai dan bermanfaat untuk hamba-hambanya, baik manfaat secara fisik, mental maupun spiritual. Sesuai kapasitas dan keterbatasan pemahaman saya tentang syariat Islam, saya sudah menulis di blog ini dua artikel khusus tantang manfaat puasa untuk penyembuhan problem psikologis. Berikut ringkasan artikelnya :
1. Saya merasakan pengaruh positif ibadah puasa terhadap kondisi kejiwaan saya. Puasa bagi saya bukan sekedar ritual ibadah, tapi menjadi terapi fisik, psikis dan spiritual penyembuhan derita jiwa. Mungkin karena dalam ibadah puasa ada aspek pengendalian pikiran dan perasaan/emosi.
Artikel selengkapnya, silakan baca disini.
2. Jadi, jika kita mampu menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini dengan baik dan benar sesuai syariat islam (bukan sekedar menjalankan kewajiban ritual agama), saya yakin pengaruhnya akan sangat positif bagi penyembuhan derita jiwa. Saat berpuasa, tubuh, pikiran dan hati kita benar-benar hening dan jernih, hanya memikirkan hal-hal yang positif saja. Tak ada kesombongan, kebencian, dendam, iri, dengki, dan penyakit-penyakit hati lainnya yang tanpa disadari sering mengganggu ketenteraman jiwa.
Artikel selengkapnya, silakan baca disini.
Selamat berpuasa bagi teman-teman muslim. Semoga puasa anda benar-benar bernilai dalam pandangan Allah dan memberi sebesar-besar manfaat untuk anda. Mohon maaf dan mohon diluruskan jika ada tulisan yang salah atau keliru.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)