Cerbung
Curhatkita
Oleh Tarjum
Cerita sebelumnya…
Sesampainya di Rumah Rina, setelah memarkir motor, jaka berjalan ke arah pintu ruang tamu, lalu mengetuk pintu. Tak lama kemudian terdengar langkah kaki menuju pintu ruang tamu itu. “Cepetan dong Ina keluar, aku udah kangen ingin ketemu kamu,” gumam Jaka, detak jantungnya terasa berdegup kencang.
Yang membuka pintu ternyata Yanti, kakaknya Rina.
“Eh, Jaka, mau ketemu Rina ya?” Tanya Yanti.
“Iya kak. Ada Rina nya Kak?” Tanya Jaka sumringah.
“Tadi pergi sama temennya, katanya sih gak lama. Tunggu aja, sebentar lagi mungkin pulang. Sini atuh nunggunya di dalam,” kata Yanti, mempersilakan Jaka masuk.
“Makasih Kak, tunggu di luar aja,” jawab Jaka, tampak kecewa.
“Oh gitu, ya udah kakak tinggal dulu ya,” kata Yanti, seraya meninggalkan Jaka yang masih berdiri termangu.
Jaka hanya mengangguk, lalu duduk di teras menghadap ke jalan raya.
Waktu berlalu terasa begitu lambat. Suasana malam minggu yang cerah, tampak muram di mata Jaka. Satu jam telah berlalu, Rina belum ada tanda-tanda akan pulang. Jaka bangkit berdiri, lalu berjalan ke arah jalan raya yang ramai oleh hilir mudik kendaraan bermotor para kawula muda. Jaka berharap Rina segera pulang, menghampiri Jaka dengan senyum manisnya.
Waktu sudah menunjukan jam 10, Rina belum juga pulang. “Rin, kemana sih kamu? gak tahu apa aku kangen banget sama kamu?” gumam Jaka.
Karena malam semakin larut, Jaka menemui Yanti, lalu pamit pulang.
“Salam aja buat Rina ya Kak?” Kata Jaka, berusaha menyembunyikan kekecewaannya.
“Ya, nanti kakak bilangin.”
Malam itu Jaka pulang dengan rasa kecewa dan segudang tanda tanya. “Kemana sebenarnya Rina pergi? Mengapa dia pergi tepat sebelum aku datang? Apakah dia lupa malam ini aku mau datang? Ataukah sengaja dia pergi untuk menghindariku? Hmmhh….ada apa sih Rin sebenarnya dengan kamu,” gumam Jaka.
Tiga hari kemudian, malam Kamis, Jaka pergi ke rumah Rina. Bukan untuk apel, Jaka hanya ingin menemuinya sebentar dan menanyakan beberapa hal ke Rina. Sekitar jam 8 malam Jaka nyampe di rumah Rina. Kali ini Rina ada di rumah.
Jaka duduk di teras samping rumah. Rina duduk disampingnya dengan sikap dingin. Sejak tadi Rina hanya diam membisu, tak terucap sepatah-kata pun dari bibirnya. Hanya matanya yang sesekali melirik Jaka. Sampai beberapa saat, Jaka pun hanya berdiam diri.
“Ina, ada apa sebenarnya dengan kamu?” Tanya Jaka, memecah kebisuan.
“Enggak ada apa-apa, emang kenapa gitu?” Rina balik bertanya. Sikapnya dingin, tak ada senyum atau sorot mata berbinar seperti yang sering Jaka lihat.
“Aku ngerasa, kamu sudah berubah sekarang. Aku bisa merasakan walaupun kamu tak mengatakannya,” kata Jaka, memandang Rina dengan tatapan penuh tanda-tanya.
“Berubah apanya? Aku ngerasa nggak berubah, biasa-biasa aja. Mungkin itu hanya perasaan kamu aja yang sensitif.”
“Ya, gak apa-apa klo emang Ina ngerasa nggak berubah. Moga aja perasaanmu padaku juga nggak berubah,”
Rina hanya diam tak berkomentar. Pandangannya seperti menerawang jauh ke suatu tempat.
“Malam Minggu kemarin Ina kemana? Aku nungguin sampai jam 10 lebih, blom pulang juga?” tanya Jaka, penasaran.
"Main ke rumah temen, ada tugas sekolah yang harus dikerjain bareng,”
“Oh.. gitu. Kirain kemana. Emang Ina gak tahu klo aku mau datang?”
“Tahu sih, tapi ya gimana, temanku minta aku ke rumahnya. Emang gak boleh klo aku main ke rumah temen?” Tanya Rina.
“Boleh aja! Aku kan gak pernah ngelarang kamu main sama temen. Cuma paling nggak titip pesan sama kak Yanti, biar aku nggak bingung dan bertanya-tanya, kemana dan sama siapa kamu pergi.”
“Iya sih kemarin aku lupa gak ngasih tahu kak Yanti.”
Sampai di sini Jaka bisa menerima penjelasan Rina. Namun entah mengapa perasaan Jaka masih galau. Jaka merasa ada sesuatu yang disembunyikan Rina darinya. Kata-kata Rina memang mayakinkan, tapi tidak demikian mimik muka dan gerak tubuhnya.
Malam itu, Rina memang menemani Jaka ngobrol, membicarakan banyak hal tentang hubungan mereka berdua. Tapi Jaka merasa, pikiran Rina tak bersamanya. Entah ke mana dan dengan siapa pikirannya mengembara, tapi yang jelas bukan bersamanya.
Walaupun ada rasa kecewa mengendap di relung hati, kerinduan Jaka cukup terobati setelah bertemu dan mengungkapkan isi hati kepada sang kekasih.
Walaupun masih betah duduk berdua dan ngobrol dengan sang pujaan hati, karena sudah cukup larut, Jaka pamit pulang. Malam itu Jaka pulang menjelang tengah malam. Dan Jaka baru akan bertemu lagi dengan Rina dua minggu yang akan datang, seperti permintaan Rina.
Biasanya ketika Jaka pamit pulang, Rina seperti enggan berpisah. Tapi kali ini beda! Sikap Rina biasa-biasa saja, bahkan seperti tak peduli. Lagi-lagi membuat tanda-tanya di hati Jaka.
Bersambung...
Jika menurut anda cerita ini cukup menarik dan memberi inspirasi silakan share di twitter atau facebook. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.
Tarjum adalah pendiri dan editor Curhatkita, Forum Curhat, Grup Teman Curhat dan Solusi Bipolar Facebook. Penulis buku psikomemoar "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah". Anda bisa kenal lebih dekat dengan Tarjum di sini dan ikuti Tarjum di Facebook dan Twitter.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)