Oleh Tresya Agnashila
Memang benar, mama mas Doni adalah orang yang sangat konsumtif. Dia berbelanja, entah itu makanan, pakaian,perhiasan dan barang-barang lainnya tanpa memikirkan cukupkah gaji suaminya untuk menopang kebutuhan belanjanya.
Dan ternyata, selama ini mama mas Doni selalu meminjam uang pada mamaku. Awalnya hanya 1 sampai 2 juta, tapi lama-lama hingga puluhan juta.
Awalnya mamaku nggak tau kalo mama mas doni terhimpit hutang oleh rentenir. Mama mas doni selalu bilang kalau uang itu untuk biaya pendidikan mas Doni. Padahal mas doni termasuk siswa yang berprestasi, tidak banyak uang yang dikeluarkan keluarganya untuk menopang pendidikannya. Karna pada dasarnya, mas doni memang seorang anak yang pintar.
Dan ternyata, ketika papa mas doni masuk rumah sakit terkena serangan jantung, itu karena dia syok ketika ada rentenir yang menagih hutang-hutang istrinya di rumah. Dan orang-orang di rumah sakit yang aku kira itu adalah keluarga/teman mamanya mas Doni, ternyata itu adalah rentenir yang menagih hutang.
Dan mama, mama pernah bilang akan memberikan apa pun asal anaknya bahagia, adalah ini. Mama mau memberikan sejumlah uang pada mamanya mas doni, asal aku dan mas doni bisa terus bahagia.
Ternyata uang dari mama yang membuat dia sayang padaku
Aku masuk, aku masuk kedalam kamar kakaku dan menanyakan pada mama, benarkah apa yang kudengar ini?
Mama dan kakaku kaget melihat kedatanganku, dan mama menunduk sambil menangis tersendu-sendu. Aku lemas, tubuhku begitu lemas. Melihat mamaku menangis dan mendengar semua kenyataan ini. Ternyata selama ini mama mas Doni menerimaku hanya karena uang dari keluargaku. Bukan karena dia tulus menyayangiku sebagai kekasih dari anaknya.
Lalu aku tanya pada mamaku, sudah berapa jumlah uang yang mamaku berikan padanya? Mama tidak mau menjawab. Mama tetap diam, dan aku berteriak.
“Kenapa mama menutupi semua ini dariku……………?????”
“Aku malu mah…aku malu sama diriku sendiri…aku sudah membeli kasih sayang dari orang itu. Aku kira aku cukup baik untuk disayangi…untuk dijadikan seorang menantu...ternyata uangku…uang dari mama yang membuat dia sayang padaku.”
Mama bilang sama aku, jangan sampai doni tau akan hal ini. Doni anak yang baik, dia sama seperti ayahnya, dia tidak menuruni sifat ibunya. Bahkan mas doni pernah menghampiri mama tanpa sepengetahuanku, dan mas doni berjanji sama mama, bahwa dia akan menyayangiku, menjagaku, dan dia akan berusaha keras dalam kariernya untuk mencukupi kebutuhan hidupku kelak.
Aku tau itu, aku yakin, mas doni memang pribadi yang baik dan bertanggung jawab.. tapi lagi-lagi aku tidak terima dengan sikap mamanya. Yang tega menjual anak lelakinya, kepada wanita yang mau memberikan dia uang. Dan ternyata, ketika akhir-akhir ini sikap mama mas doni berubah agak sinis padaku, itu karena mamaku sudah mulai susah dimintai uang olehnya.
Ketika dia minta dalam jumlah nominal yang besar, mamaku hanya mampu memberikan sebagian dari jumalh yang ia inginkan. Aku jadi berfikir, kelak, ketika mama sudah tak memiliki uang untuk diberikan lagi padanya, dia pasti akan menendangku… dia pasti akan mencampakanku dan bisa-bisa dia menyuruhku untuk meninggalkan anak lelakinya.
Mamaku mencoba untuk menenangkanku, dan mama bilang… agar aku baik-baik saja dan pura-pura tidak tau akan hal ini. Aku tidak bisa, meskipun mungkin mama sanggup memenuhi keinginan mama mas doni, tapi hati kecilku tersiksa menerima kenyataan ini. Kalaupun nantinya aku harus jadi pendamping hidup mas doni, aku ingin aku dicintai dan disayangi karena diriku sendiri… bukan karena uang atau kedudukan orang tuaku… mungkin mas doni memang tulus menyayangiku, tapi keluarganya…mamanya..aku juga ingin diterima karena pribadiku..karena sifat dan sikapku..bukan uang orang tuaku, yang kapanpun itu bisa habis ditelan waktu..dan ketika uang itu habis, sayang itu juga pasti akan habis untukku.
Harus kubawa kemana hubungan ini?
Setelah berfikir dan merenungkan diri, aku pergi ke rumah mas doni. Aku beranikan diri untuk bicara 4 mata dengan mamanya. Aku ingin menanyakan kebenaran ini…meskipun aku percaya sepenuhnya pada wanita yang sudah melahirkan serta membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Aku ingin memantabkan hatiku..dan memastikan, harus kubawa kemana hubungan ini.
Aku datang, dengan seragam SMA ku, dan dengan penampilanku yang benar-benar apa adanya. Dia menyuruhku masuk, dan duduk seperti biasa. Ketika dia akan mengambilkanku minum, aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan dengannya.
“Tante…. Boleh trey ngomong sebentar sama tante?” Dilihat dari raut mukanya, nampaknya dia sudah paham dengan apa yang akan aku katakana.
“oh…mau ngomong apa sama tante?”
“maaf tante, trey Cuma pengen tau…selama ini tante baik sama trey, tante menyetujui hubungan trey dengan mas doni, tuluskah dari dalam hati tant?”
“Dengan pandangan sinis dan dahi yang di kerutkan dia menjawab, “lho, kok tumben ngomong gitu?”
Aku menghela nafas…..“iya tant, trey penasaran aja… sebelumnya trey minta maaf karena telah meragukan ketulusan tante.”
Dia sambil berjalan mencoba menjauhiku, “mama kamu ngomong apa?”
Benar kan, dia tau kemana arah pembicaraan ini…“mama sudah ngomong semuanya… benarkah itu tant?”
“iya, kalo benar kenapa??” Dengan tegasnya dia mengatakan itu padaku.
Aku seperti tersambar halilintar….. aku yang memang mencari-cari kenyataan ini, sekarang ingin rasanya pura-pura tak mendengar dan tak pernah tau akan hal ini….Tuhaaan, tubuhku terhenti, bibirku terkunci dan otakku serasa tak bisa berfikir apa-apa lagi. Sungguh saat-saat yang tak ingin aku lewati…sama sekali aku nggak pernah bermimpi bisa ada dalam posisi ini.
“kenapa tant? Kenapa tante tega sama aku…..?”
Dengan senyum sinis di bibirnya…“apa? Tega? Emang tante apain kamu? Kamu senang kan? Kamu cinta kan sama anak tante? Trus apa salahnya?”
Aku masih tertegun…tak bisa menjawab nya…
“Asal kamu tau aja, Doni itu anak lelaki semata wayang tante… dari kecil tante menjaga, merawat dan membesarkan dia hingga kini dia menjadi seorang pria tampan, pintar, dan seorang Taruna, Calon Perwira Tinggi Negara! Semua itu tidak mudah, dan tidak juga MURAH !!!”
Astaghfirullah haladzim…. Semua tanggung jawabnya sebagai orang tua dia hitung dengan rupiah… lantas berapa rupiah yang harus mas doni keluarkan untuk membayar darah dan air susu nya?????
Aku benar-benar terkejut dengan setiap perkataannya… aku nggak habis pikir, bagaimana jalan pemikirannya… Ya allah, aku lemas… aku terduduk dan tak bisa lagi berkata apa-apa.
Kemudian dia kembali menghujaniku dengan kata-kata….
“tante nggak nyangka, baru segitu aja mama kamu sudah mengeluh… ini belum seberapa dengan rupiah yang harus tante keluarkan untuk membesarkan anak tante”
Aku mengumpulkan keberanianku untuk menjawab kata-katanya…“maaf tant, mama saya nggak pernah mengeluh dengan semua ini… mama juga nggak pernah menceritakan semua ini kalau bukan saya yang memaksa. Dan asal tante juga tau, mama saya menyayangi saya, membesarkan saya, dan menyayangi mas doni, dengan tulus. Tanpa mengharapkan imbalan apapun..terlebih dihitung dengan lembaran kertas yang setiap saat bisa terbakar”
Dia terlihat marah mendengar aku bisa menjawab semua kata-katanya…
Dengan emosi dia bilang, “tante sudah tau semua akan menjadi seperti ini. Anak kecil yang belum tau apa artinya uang. Kamu anak manja yang masih menggantungkan hidup dari uang orang tua. Kamu belum merasakan pahit dan lelahnya mencari uang. Jadi kamu bisa ngomong gitu, kamu belum bisa menghargai uang! Dan kini tante semakin yakin, untuk tidak meneruskan hubungan kamu dengan anak tante! Tante nggak rela, anak tante mendapat pendamping hidup yang tidak menghargai uang ! Doni itu asset EMAS buat tante!!”
Aku kembali menjawabnya, “saya tau bagaimana papa saya bekerja hingga larut malam. Bagaimana mama mengatur keuangan agar dengan gaji yang papa saya miliki mama bisa membiayai hidup kami dan menyekolahkan kami hingga ke tingkat yang paling tinggi. Tapi kami hidup bukan dengan uang tant, kami hidup dengan kasih sayang. Uang hanya kami jadikan alat, tapi bukan kami yang dijadikan alat oleh uang! Dan kasihanilah mas doni tant, anggaplah dia sebagai anak tante, jangan sebagai ASET EMAS tante…”
Dia marah….dan dia mulai membentakku, “kamu, anak kecil masih pake seragam sekolah berani mengajari orang tua!!!!”
Dengan tersenyum bangga aku bicara, “justru itu, saya ingin menunjukkan pada tante. Anak kecil dengan seragam sekolah di depan tante ini, bisa lebih menghargai kehidupan, tau apa arti ketulusan, bukan dengan uang! yang sewaktu-waktu bisa saya robek dan saya bakar !!! dan jangan salah tant, anak kecil ini sudah memberikan tante uang puluhan juta!!!”
Dia marah..mukanya memerah, dan aku langsung pergi meninggalkannya.
Semua ini terlalu indah untuk aku musnahkan…
Dalam perjalanan pulang aku menangis… aku telah mengibarkan bendera perang pada orang yang aku harapkan menjadi mertuaku kelak. Aku tak tau lagi harus bagaimana. Aku tidak bisa hidup dengan pria yang paling aku cintai jika keluarganya masih seperti itu.
Sungguh, aku sangat mencintainya… dialah cinta pertamaku…aku tak tau bagaimana hidupku kelak jika aku harus berpisah darinya.
Ya allah, kenapa engkau berikan cobaan secara berangsur-angsur setelah engkau memanjakanku dengan kebahagiaan yang hampir membuat hidupku sempurna?
Bisa dibilang, saat itu aku mengalami fase yang disebut dengan “frustasi”.
Aku masih sangat mencintainya dan masih ingin merajut masa depan dengannya… semua ini terlalu indah..untuk aku musnahkan.. aku dan dia tidak pernah mengalami per cek-cok an…hampir selama ini kami selalu bisa saling mengerti..hanya masalah kemarin yang belum terselesaikan dengan tuntas, itupun karna kami belum bertemu… tapi selama kami bersama, tidak ada yang tidak bisa kami selesaikan.
Kami sudah terlanjur saling mengisi…aku akan kosong tanpa dia.
Aku benar-benar terpuruk, harus menghadapi cobaan ini sendiri. Dia masih dalam karantinanya….dan harus pada siapa aku meletakkan keterpurukanku ini.
Bersambung…
Lanjutkan...