Oleh : Oki Rosgani
Bukan tanpa sebab, kenapa Allah banyak bercerita di dalam kitab
sucinya. Bahkan sering diperdengarkan bahwa sepertiga Quran adalah
berisi cerita. Kemudian dalam penelusuran saya, perjalanan pemahaman
untuk menyelami kehidupan ini, juga karena faktor masukan dari orang
lain, belakangan terasa ada keindahan dan kesenangan tersendiri kalau
bertutur melalui cerita; lelucon, anekdot dan atau sejenisnya. Tidak
hanya pembaca yang memberi respon positif, sayapun menikmati sekali
penuturan yang mengalir lewat kepala dan juga bila keluar dari mulut
kecil ini dengannya. Seorang pemikir India yang bernama Bhagawan Vyasa
mengatakan – sebagaimana dikutip salah satu serial buku Chicken Soup
For The Soul – bahwa jembatan yang menghubungkan manusia dengan
kebenaran bernama cerita. Dan Allah menegaskan; Walikulli naba’in
mustaqorrun (QS 6:67) – Setiap cerita ada tempat tetapnya. Tempat
tetap adalah sejumlah bukti yang menunjukkan sebuah kebenaran bukan?
Maha Benar Allah.
Berangkat dari sini, lahirlah kesibukan baru ini yaitu mengoleksi dan
mengolah cerita. Dari sekian cerita yang sudah terkumpul dan telah
digunakan sebagai jembatan pemahaman, ada beberapa cerita yang
terbukti bisa menggugah hidup orang lain. Nyanthol. Berkesan dan
melapangkan, sehingga orang jadi mengerti dan paham. Sepaham –
pahamnya. Berikut cerita inspiratif sebagai kendaraan pemahaman
hakikat hidup.
Seorang kaya raya yang baik hati, kala tengah merenungi keberadaannya,
didatangi sang malaikat maut. Tamu yang tak diundang itu begitu
menakutkan sampai – sampai membuat tidak berkutik dirinya. Dalam
kekalutan seperti itu, sang kematian berkata; “Aku diutus Tuhanmu
untuk menjemputmu. Akan tetapi, karena kebaikan dan kedermawananmu
selama ini, Tuhan memperkenankanmu untuk memilih salah satu orang yang
kaucintai untuk menemanimu.” Dengan tersenyum orang kaya ini memohon
waktu untuk menemui keempat isterinya satu per satu.
Yang pertama dipanggil adalah isteri keempat. Tentu saja, karena dia
seorang wanita muda yang cantik, dengan tubuh yang menawan, seksi dan
terpasang senyumnya yang indah dan mempesona di bibirnya. Namun,
betapa terkejutnya orang kaya tadi mendengar jawaban terhadap ajakan
untuk menemaninya ke alam kematian. Wanita cantik tadi menolak mentah
– mentah ajakan suaminya dengan kata-kata yang menyakitkan. “Apa...!!?
Maaf ya, bukannya tidak cinta, saya ini masih muda, cantik dan
rupawan, sekiranya Bapak pergi, pasti banyak orang yang ngantri ingin
segera melamar dan memiliki saya. Saya sudah memberi sesuai dengan apa
yang telah Bapak kasih kepada saya. Itu cukup. Impas sudah. Saya tidak
mau menemani Bapak.”
Mendengar jawaban itu, laksana petir membelah bumi. Hati orang kaya
tadi hangus terbakar dan menangis tersedu sambil menyesali pilihan
hidupnya. Karena terbatasnya waktu, diusirlah isteri kempatnya dan
segera dipanggil isteri ketiganya. Walaupun sudah berumur, wanita ini
masih kelihatan segar dan menggairahkan. Menanggapi ajakan suaminya
untuk menemani ke alam kubur dengan sopan dia berkata: ‘Maafkan kanda,
saya hanya bisa menemani sampai di sini saja. Di dunia ini saja. Saya
tidak bisa masuk menemanimu ke dalam liang kubur. Sekali lagi, maaf.”
Kalau tadi seperti diterjang petir rasanya, kali ini Bapak kaya tadi
seperti dihempas tsunami, air bah yang dahsyat dan mematikan.
Lagi-lagi ia menangis mengutuki keputusan hidupnya. Sudah dua isteri
yang dikasihinya menolak ajakannya.
Dengan semangat hampir putus asa, ia menemui isteri kedua, wanita
separo baya yang masih kelihatan enerjik. Kemudian ia mengemukakan
ajakan yang sama. Isteri kedua menjawab lebih sopan lagi : ‘Maaf, saya
akan temani kanda, namun hanya sampai di liang lahat. Saya tidak bisa
mengiringimu ke alam selanjutnya. Itu tidak mungkin.’ Ada sedikit
harapan, tetapi tetap masih menyesakkan. Tidak menyelesaikan masalah.
Buat apa ditemani sampai di liang lahat saja, karena maunya menemani
terus ke alam sana. Akhirnya dipanggillah isteri yang pertama. Pilihan
dan harapan terakhir yang masih tersisa. Tak terduga, kendati isteri
pertama nyaris luput dari perhatian, jarang diajak makan bersama,
bahkan sering disakiti, sering mendapat jatah sisa, dengan senyum
tulus dan semangat kedewasaan dibalik usianya wanita ini menjawab
dengan penuh kasih dan kelembutan; “Kanda, saya akan ikut dan menemani
kemanapun, dimanapun, bagaimanapun dan sampai kapanpun kanda berada”.
Plong !!! Akhirnya ketemu juga.
Ilustrasi tentang empat isteri di atas, sebenarnya adalah ilustrasi
tentang isteri dan suami kehidupan setiap orang. Baik laki – laki
maupun perempuan. Semua orang memiliki empat elemen isteri atau suami
atau kekasih dalam kehidupan ini. Isteri keempat yang paling seksi,
paling menarik, muda terus, menghabiskan paling banyak waktu, itulah
yang sehari-hari disebut sebagai harta, benda dan tahta. Ia memang
sejenis isteri yang menyita paling banyak waktu dan tenaga dalam
hidup. Dalam kehidupan banyak orang, lebih dari separuh waktu dan
tenaga teralokasi ke sini. Dan sebagaimana cerita di atas, siapa saja
yang memperuntukkan waktu dan tenaga hanya untuk harta dan tahta,
pasti menyesali kehidupannya di kelak kemudian hari.
Isteri ketiga yang juga mengkonsumsi waktu dan tenaga cukup banyak
adalah keluarga dan kerabat kita. Isteri atau suami kita, anak – anak
kita dan kerabat dekat lainnya perlu perhatian, kasih - sayang dan
lainnya. Ini juga menghabiskan uang yang tidak sedikit. Dan jangan
lupa, golongan isteri yang ini hanya bisa menghantar kita sampai di
liang lahat. Di taman pemakaman saja. Tidak sampai masuk ke liang
lahatnya. Sesetia-setianya mereka, hanya akan bisa menemani kita
sampai di kuburan saja. Setelah itu, mereka hanya menangis sambil
kembali ke kehidupan masing-masing.
Isteri kedua – yang selalu kita pelihara, kita jaga dan menghabiskan
banyak waktu dan harta juga adalah badan atau tubuh kasar kita. Ia
hanya bisa menghantar kita sampai di tempat dan waktu di mana kita
dipanggil sang kematian, ketika ajal tiba dan menemani kita masuk ke
liang kubur, untuk kemudian ditimbun dengan tanah. Setelah itu, ia
kita kembalikan ke pihak yang meminjamkan badan ini, yaitu kembali
menjadi tanah.
Dan sebenarnya kekasih atau isteri kita yang paling setia dan akan
menemani kita kemanapun kita pergi, dan apapun yang kita lakukan
terhadapnya ia hanya mengenal kesetiaan, kesetiaan dan kesetiaan,
menerima, menerima dan menerima ialah bernama sang jiwa, ruh kita.
Dalam sejumlah tradisi kondisi seperti ini disebut dengan kata
kesejatian, kesempurnaan atau darma. Sayangnya, kendati ia yang paling
setia, dalam keseharian ia juga yang paling jarang kita perhatikan.
Dalam banyak kehidupan, ia malah kerap disakiti. Kebencian, kemarahan,
permusuhan dan sejenisnya adalah serangkaian kegiatan yang memukuli
sang jiwa. Kalau isteri kedua (badan kasar) kita beri makan setiap
hari, kita hanya memberi makanan sang jiwa, tidak sesering makanan
badan kita, sekali-sekali saja. Ada bahkan yang tidak pernah
memberikan makanan pada jiwanya. Dan kalau makanan badan kasar kita
harus beli dan membayarnya, makanan sang jiwa dalam bentuk cinta,
cinta dan cinta, ia tersedia gratis dalam jumlah yang tidak terbatas.
Memberi, menerima dan pasrah dengan niat yang tulus dan hati yang
bersih. Baik dalam hubungannya dengan Sang Pencipta maupun dengan
sesama manusia.
Dari cerita di atas, jika kita golongkan isteri keempat, harta –
benda, sebagai kekasih yang pertama, isteri ketiga yaitu keluarga dan
kerabat pun isteri kedua yaitu jasad sebagai kekasih kedua, sedangkan
isteri pertama yaitu jiwa sebagai kekasih yang ketiga, yang merupakan
amal – amal ibadah kita, maka cerita di atas seiring dengan hadits
dari Anas r.a., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Kekasih itu ada
tiga, kekasih yang berkata, ‘Aku bersamamu sampai kamu mendatangi
pintu raja kemudian aku pulang meninggalkanmu.’ Itu adalah keluargamu
dan kerabatmu yang mengantarmu sampai kamu mendatangi kuburmu,
(kemudian mereka pulang dan meninggalkanmu). Kekasih yang lain
berkata, ‘Apa yang kamu berikan itulah milikmu dan apa yang kamu tahan
itu bukan milikmu.’ Itu adalah hartamu. Kekasih yang lainnya lagi
berkata, ‘Aku bersamamu dimana engkau masuk dan dimana kamu keluar.’
Itu adalah amalnya. Lalu dia berkata, ‘Demi Allah, kamu adalah teman
yang paling ringan bagiku’.” (Rowahu al-Hakim).
Kembali ke cerita di atas tentang perjalanan menuju kesempurnaan
hidup, hanya isteri pertamalah (ruh atau jiwa yang baik) yang bisa
membawa kita ke sana. Kembali ke surga dengan perantara hidayahNya.
Bedanya dengan isteri-isteri lain yang egois, isteri pertama selalu
mengingatkan kita agar selalu memperhatikan ketiga isteri yang lain
secara seimbang, adil dan proporsional, supaya jiwa bisa kuat, dan
sehat - walafiat. Makanya, pelihara terus keharmonisan keempat suami –
isteri kehidupan kita ini.[Q]Kisah Lainya :
Seseorang, Tolonglah Saya!
Pemuda yang Luar Biasa Gigih
Si Cacat Mental Berhati Mulia
CLBK, Malu Sama Pacar Karena Mama Sakit Jiwa
Anak Ayam yang Pincang
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
wah,,, artikel yang sangat menarik! thank's for notip!
kasta netter terbaik sadar, tetep BLOGGER! MERDEKA!
FORUM ARTIKEL UNIK DAN MENARIK | FORUM ARTIKEL TIPS DAN TRICKS LENGKAP |FORUM CURHAT DAN MOTIVASI TOP | FORUM PUISI DAN PANTUN LENGKAP | FORUM HIBURAN HOMUR LUCU GOKIL | FORUM TANYA JAWAB ONLINE TERLENGKAP | FORUM BERITA ONLINE SEKITAR KITA | FORUM KENALAN ONLINE AMAN NYAMAN MENYENANGKAN
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)