Oleh Tarjum
Tak mudah meyakinkan orang terdekat, bahwa anda mengalami problem psikologis.
Beberapa hari yang lalu, seorang pemuda meminta waktu saya untuk curhat langsung lewat telepon. Saya mempersilakan dia untuk menelepon saat jam istirahat kerja.
Pada jam yang telah disepakati, sang pemuda menelepon. Dia bercerita tentang kesulitannya meyakinkan ayahnya tentang kondisi psikologis yang dialaminya. Dia dan ayahnya berbeda pendapat tentang terapi penyembuhan derita psikologis yang harus dijalaninya. Dia merasa kecewa dan marah kepada ayahnya.
Tak Mudah Meyakinkan Orang Terdekat
Tak mudah memang meyakinkan orang lain tentang derita psikologis yang kita alami. Karena derita psikologis tak seperti derita fisik yang lebih mudah dideteksi dengan ciri-ciri gejalanya yang terlihat jelas secara fisik.
Sebagian besar orang juga pernah mengalami sakit fisik. Jadi, saat dijelaskan tentang suatu penyakit fisik, orang lebih mudah memahami dan bisa membayangkan seperti apa dan bagaimana rasa sakitnya.
Nah, kalau gangguan jiwa bagaimana kita menggambarkannya kepada orang yang tidak memahami seperti apa gejalanya dan bagaimana rasa sakitnya. Jadi, tak mudah meyakinkan seseorang yang belum memahami dan belum merasakan bagaimana sakitnya derita jiwa.
Kecewa dengan Sikap Orang Terdekat
Saya mengalami sendiri, tak mudah meyakinkan orang tua, terutama ayah bahwa saya mengalami problem psikologis. Butuh waktu cukup lama untuk meyakinkan beliau bahwa saya mengalami gangguan kejiwaan. Bahkan saat prestasi belajar saya anjlok, dari ranking 4 ke ranking 34, saat kelas 2 SMA, beliau belum sepenuhnya percaya bahwa itu akibat tekanan psikologis. Beliau menganggap penurunan prestasi akademis saya waktu itu karena saya terlalu banyak menghibur diri dengan nonton TV.
Kadang saya merasa kecewa, mengapa ayah tak mau ngerti juga bahwa saya mengalami gangguan jiwa? Mengapa ayah masih menganggap apa yang terjadi dengan diri saya adalah hal yang biasa. Namun saya berusaha memahami, bahwa tak mudah memang meyakinkan orang lain tentang kondisi psikologis yang kita alami. Karena secara fisik memang terlihat baik-baik saja, seperti tak ada masalah.
Banyak teman-teman yang curhat mengeluhkan hal yang sama. Mungkin sebagian besar orang yang pernah mengalami gangguan jiwa pernah merasakan hal yang sama, orang-orang terdekat tak memahami derita psikologis yang meraka alami. Kadang orang-orang terdekat meraka tak mau tahu atau bahkan tak peduli dengan masalah mereka.Haruskah kita menyalahkan orang-orang terdekat kita?
Kita sering terdorong untuk menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri kita. Mencari kambing hitam di luar diri kita atas masalah kita. Namun itu tak akan menyelesaikan masalah. Itu hanya akan mengalihkan tanggung jawab penyelesaian masalah kita kepada orang lain. Padahal kita sepenuhnya bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri.
Mengharap tapi Tidak Menuntut
Memang, alangkah baiknya jika orang-orang terdekat kita bisa memahami derita psikologis yang kita alami. Kita butuh orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah kita. Kita tak bisa menyelesaikan sendiri masalah kita.
Benar! Kita membutuhkan dukungan dan bantuan orang lain untuk mengatasi masalah kita. Tapi bukan berarti melepaskan tanggung jawab pribadi kita kepada orang lain. Lalu menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri kita.
Mengapa?
Karena kita tak bisa menuntut orang lain untuk memperlakukan kita seperti yang kita inginkan. Kita tak bisa mengatakan kepada seseorang, bahkan orang terdekat kita, “seharunya anda begini…., seharusnya anda memperlakukan saya seperti ini….., seharusnya anda tidak bersikap seperti itu…., seharusnya…dan seharusnya… yang lain….”
Kita tidak bisa memaksakan keinginan kita kepada orang lain dengan kata “seharusnya”, “semestinya”, atau kata-kata lain yang kesannya “menuntut”. Karena tuntutan jika tak terpenuhi biasanya akan melahirkan kekecewaan bahkan kemarahan. Saya sudah pernah membahas tentang hal ini pada posting ini, ini dan ini.
Bagaimana agar kita tak terlalu kecewa bahkan marah kepada seseorang karena mereka tidak bisa memahami masalah kita atau tidak melakukan seperti yang kita inginkan?“Ubah kata-kata tuntutan menjadi kata-kata harapan!”
Berikut beberapa contoh penerapannya :
Dari pada mengatakan, “Seharusnya anda bisa memahmi masalah saya! Kalau tidak, saya akan sangat kecewa pada anda!”
Lebih baik mengatakan, “Saya berharap anda bisa memahami masalah saya. Tapi jika anda ternyata belum bisa memahami, itu hak anda dan saya tak bisa memaksa anda untuk itu.”
Dari pada berpikir, “Seharusnya orang tua saya mengerti masalah psikologis saya dan mengobati saya seperti yang saya inginkan. Jika tidak, saya akan sangat kecewa dan marah!”
Lebih baik berpikir, “Saya sangat mengharapkan orang tua mengerti masalah psikologis saya dan mengobati saya seperti yang saya harapkan. Jika ternyata mereka belum bisa mehami, saya bisa mengerti. Dan saya akan terus memberi pengertian tentang masalah psikologis saya kepada mereka.”
Kuncinya adalah Komuikasi dengan Orang Terdekat
Kembali kepada topik tulisan ini tentang bagaimana meyakinkan orang-orang terdekat bahwa anda mengalami probem psikologis. Anda tak bisa memaksa mereka untuk memahami masalah anda seperti yang anda inginkan. Butuh waktu, butuh kesabaran dan usaha keras untuk meyakinkan mereka bahwa anda butuh pengertian, dukungan dan bantuan mereka.
Kuncinya adalah komunikasi yang inten dan tak kenal lelah dengan mereka. Jelaskan secara jujur, terbuka dan apa adanya tentang masalah anda kepada meraka. Sikapi dengan jiwa besar dan lapang dada jika ternyata mereka belum bisa memenuhi harapan anda.
Namun, yang terpenting dari semua itu adalah, tanggung jawab penyembuhan diri anda sepenuhnya ada di pundak anda sendiri. Bukan tanggung jawab orang lain; orang tua, saudara, kerabat, sahabat atau psikiater yang merawat anda. Mereka semua hanya membantu dan mendukung anda. Anda boleh berharap meraka membantu dan mendukung anda, tapi anda tak bisa menuntut mereka melakukan seperti yang anda inginkan.
Sehingga, anda tak akan terlalu kecewa atau bahkan marah jika ternyata orang-orang terdekat anda tak melakukan seperti yang anda harapkan. Dan anda harus terus berusaha mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah anda dengan atau tanpa dukungan mereka. Karena apa pun yang terjadi pada diri anda adalah tanggung jawab anda sepenuhnya sebagai individu.
Jangan lupa, berdo’a dan mohon petunjuk-Nya, karena Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuk anda.
Jika anda punya pengalaman, bagaimana meyakinkan orang-orang terdekat anda mengenai kondisi psikologis anda, silakan berbagi di komentar.
Jika menurut anda tulisan ini cukup menarik dan bermanfaat silakan share di twitter atau facebook dengan mengklik tombol share di bawah atau di atas posting ini. Jika mau berlangganan artikel blog ini melalui email, silakan subscribe disini.Artikel ini bisa dibaca dari ponsel anda. Masukan URL ini: http://mippin.com/curhatkita atau http://buzzcity.mobi/curhatkita di browser ponsel anda.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Maaf kang Tarjum menurut akang apakah sampai sekarang ayah akang sepenuhnya mengerti tentang penyakit bipolar atau tidak?. Apakah latar belakang pendidikan dan wawasan ayah akang sebenarnya sih?, seorang sarjanakah atau bukan, apakah nalarnya cukup untuk memahami sebuah kata bipolar dan seluk beluknya?
Maaf yah kang, saya tidak bermaksud meragukan intelektualitas ayah akang..... Smile atuh he he he
@anonim, terima kasih atas komentar dan pertanyaanya.
Beliau memahami gangguan bipolar secara umum, seperti beliau melihat dan memahami gangguan jiwa di lingkungan masyarakat. Beliau bisa memahami (secara terbatas) apa penyebab, seperti apa gejalanya dan bagaimana langkah-langkah penanggulangannya. Semua pemahaman itu beliau peroleh dari pengalaman dan pengamatan di lingkungan sekitar kami. Tentunya juga dari curhat-curhat saya.
Penanggulangan yang beliau fahami, kalau istilah sekarang adalah “Terapi Psikososial”. Pemahaman beliau mungkin sederhana dan terbatas. Namun, bagi saya waktu itu sudah sangat membantu, bagaiaman saya harus bertindak. Dan beliau memberi dukungan penuh.
Beliau hanya lulusan sekolah dasar. Namun beliau banyak belajar dan mengamati dari kehidupan.
Beliau telah menjadi ayah, sahabat dan teman curhat saat saya menghadapi masa-masa paling sulit.
Sebuah tulisan yang sangat bermanfaat bagi orang yang mengalami gangguan jiwa. Saya sangat salut dengan kegigihan mas Tarjun dalam proses penyembuannya sendiri ataupun dalam proses memperkenalkan maupun memberikan informasi tentag penyakit kejiwaan.
@anonym, terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca artikel ini. Melalalui blog ini saya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan soal gangguan kejiwaan. Saya berharap tulisan2 di blog ini bermanfaat untuk banyak orang, terutama ODMK.
hamba Allah
saya pernah di diagnosa memiliki penyakit bipolar sudah tiga tahun sampai saat ini saya masih menjalani pengobatan dengan terus control ke psikiater keadaan saya sudah membaik tapi sekarang saya tidak seaktif dulu sekarang saya lebih banyak dirumah, dan menjadi tidak terlalu PD untuk bergaul bahkan bermain ke teman2 pun malu dan tidak seceria dulu, kondisi saya sebenarnya sudah tenang, tapi akhir2 ini tiba2 saya sering merasa gelisah dan sedih sampai sering menangis tanpa alasan yang jelas saya ingin curhat sama ortu, tapi sulit karna saya memang tidak bisa terbuka sama ortu saya apa yang harus saya lakukan agar saya bisa menceritakan apa yang saya rasakan saat ini? mohon jawabannya
@hamba Allah, salam kenal.
Menutup dan menghindar dari pergaulan memang salah satu yang menjadi ciri orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Itu dalam jangka pendek membuat si penderita merasa nyaman dan tenang. Namun sebagai mahluk sosial kita butuh teman dan dukungan orang-orang disekitar kita. menutup diri malah akan membuat kita semakin tertekan, karena makin terasing dari lingkungan.
Usahakan untuk membuka diri dan menyibukan diri dengan lebih banyak melakukan aktivitas sosial. Coba lakukan kegiatan sesuai dengan minat anda, hingga anda merasa enjoy dan tak merasa terpaksa melakukannya.
Kalau anda masih sulit untuk curhat kepada ortu, coba cari seseorang yang dekat dengan anda dan anda percaya. bisa saudara, teman, atau seseorang yang anda hormati. Anda tak bisa memendam beban psikologis sendiri. Kalau anda tak membuka diri, orang lain tak akan tahu apa masalah anda. berarti kemungkinan untuk mendapat dukungan dan bantuan menjadi lebih kecil.
Seberat apa pun cobalah untuk membuka diri dan mencurahkan isi hati kepada seseorang yang mungkin bisa memahami dan membantu anda.
Itu dulu saran saya, semoga membantu.
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)