BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Lagi-lagi tentang Pekerjaan

Pengalaman Pribadi

Oleh: Ulfah Nurrahmani

Saya pernah menulis tentang pekerjaan di sebuah milis. Ketika itu dipantik oleh seorang teman yang merasa belum mendapatkan apa-apa setelah dua tahun kuliah. Get nothing padahal setiap hari (kecuali hari libur) dia datang dan duduk di bangku kuliah, namun tak jua ia merasa mendapat ‘sesuatu’ yang menurutku berkaitan dengan pasca kuliahnya alias pekerjaan.

Seperti juga sekolah, bekerja juga menjadi suatu keharusan dalam menjalani perjalanan hidup manusia. Ketika seseorang dikatakan sudah dewasa, ada semacam tuntunan alam yang menyuruhnya untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhannya. Terlebih ketika ia sudah berani menikah, menjadi suami, menjadi istri, tuntutan untuk bisa hidup dengan kakinya sendiri semakin besar. Ditambah dengan kehadiran anak, bekerja adalah keharusan. Juga sebuah kelumrahan.

Mau bekerja dimana?
Menjadi pegawai negeri sipil?
Saya jadi ingat teman-teman saya yang kuliah di STAN, STIS, perguruan tinggi milik negara yang ketika nanti lulus langsung bisa diangkat menjadi pegawai negeri. Save player orang bilang begitu. Enak to. Kuliah Cuma 3 tahun kemudian pra jabatan dan langsung dapat gaji sebagai pegawai negeri. Cocok bagi yang ingin segera menikah, karena di zaman kayak gini banyak orang tua yang ingin mendapat menantu orang yang ‘mapan’. Kerjanya di tempat ber-uang lagi.
Yang sentiment dan ga suka dengan bau-bau pegawai ngeri, kata guru sma saya dahulu, pasti akan menyerampah dengan pns-pejabat eselon-pegawai structural itu. Pemakan uang rakyat, atau apalah semacamnya.

Pengalaman bapak saya sendiri, yang bekerja di struktural (pegawai kantoran, bukan guru dan dosen) sering mbolos sakkepenake dhewe. Tanpa ada rasa bersalah.
La mau gimna? Di kantor sering tidak ada pekerjaan, karena bapak saya tidak suka megang proyek (upaya menghindar dari praktek KKN, katanya). Ya udah.
Sama juga ketika saya dahulu mencari data untuk penelitian di beberapa departemen. Para pegawainya datang jam 8 kemudian apel duduk di kantor mbaca Koran. Jam 12 makan siang. Jam 2 pulang. Gaji tetap setiap bulan.

Menjadi pebisnis?
Sudah sejak dahulu saya kagum dengan sosok pengusaha. Keren, kayaknya. Dan memang kenyataannya begitu. Beberapa saat yang lalu saya asyik berkecimpung di dalamnya.
Kesan saya Cuma satu. Sulit. Apalagi saya yang tidak punya back ground dagang atau bisnis. Saya pikir, lebih sulit jadi pengusaha daripada mendaftar jadi dokter atau mahasiswa STAN atau STIS tadi.
Sedikit itung-itungan. pns gajinya berapa to? Selama hampir 25 tahun ibu saya menjadi guru, gajinya naik sekitar 50 ribu per bulan. Ra cucok dengan kerja kerasnya. 25 tahun jadi pegawai gajinya Cuma 2 jutaan.
Sedang di dunia bisnis? 2 juta bisa diraih dalam hitungan detik, jika sudah capable.
Itu lah bedanya. Yang menjadikan pengusaha itu sulit. Ya karena hadiah yang akan di dapat juga banyak.

Selain itu?
Kebebasan. Jelas ini idaman setiap orang. Bebas melakukan apa-apa, menentukan jalan hidup, bebas mengatur waktu, bebas berpendapat, tanpa harus takut gajinya berkurang atau turun jabatan. Itulah kelebihan dari para pengusaha itu. Pebisnis, pedagang atau apalah.

Jadi dokter?
Hem, sedikit bercerita saja. Kebetulan saya orang kedokteran. Jadi sedikit tahu tentang bobrok-bobroknya kedokteran dan rumah sakit. Luarnya sih kelihatan bagus. Tentang kemanusiaan. Tapi dalamnya juga banyak terjadi anti kemanusiaan. Cerita ’orang miskin di larang sakit’ ternyata sudah menjadi hal yang biasa.

Mau tahu? Berapa uang masuk kedokteran? 100juta bukan jumlah yang banyak untuk bisa masuk kedokteran. Jadi jangan heran jika tarif dokter juga mahal. Bahkan ada seorang dokter yang bercerita bahwa ketika mau menjadi spesialis, harus sudah memasok uang 200juta. Sebagai jaminan katanya.
Ada juga cerita ketika ayah saya operasi. Ayah saya akan dikeluarkan dari ruang operasi jika ibu saya sudah membayar kontan uang operasi. Padahal posisi ketika berada di ruang bedah dan bukan di depan ruang admnistrasi.

Ah, jika ingin mencari jelek-jeleknya pekerjaan, pasti tulisan ini akan berpuluh-puluh halaman. Itulah dunia. Realita saat ini.

Saya bukan orang yang suka menjelek-jelekkan ini atau itu. Semua ada baik buruknya. toh, pekerjaan itu Cuma sebuah pilihan hidup. Pekerjaan itu Cuma sebuah kendaraan hidup. Ya sama lah dengan ketika kita memilih indosat, telkomsel dan yang sejenisnya itu.
Saya pikir, langkah yang harus kita ambil tahu betul profile pekerjan yang akan kita pilih. Agar tidak seperti membeli kucing dalam karung. Atau berdalih ’yang lainnya juga begitu’.
Selanjutnya, membuat spektrum kebaikan yang paling mungkin dilakukan di tempat pekerjaan. Dengan apa? Dengan mengagungkan akhlak.

Ulfah Nurrahmani
Email : ul_zxcv@yahoo.com
Blog : healthisbeneficial.multiply.com


logo sivalintar


Lanjutkan...

Fasilitas Kesehatan Menjadi Komoditi Bisnis

Pengalaman Pribadi

Oleh : Karila

Padahal baru dua hari yang lalu aku membuat postingan tentang Kekayaan…
Ternyata sore harinya aku menelan pil pahit, bahwa masyarakat sekarang sangat materialistik…termasuk di dalam bidang yang menyangkut nyawa seseorang seperti pada fasilitas kesehatan

Aku akan bercerita sekilas tentang apa yang kualami pada tanggal 14 Juli 2009.
Sore hari setelah aku posting tentang Kekayaan itu, aku pulang ke rumah dan ternyata sakit radang tenggorakan yang diderita anakku belum sembuh, sehingga badannya panas.
Lalu Alex, anakku tersayang terkena step karena panasnya yang tinggi…Di tengah kekalutan, aku, suami dan pengasuh anakku langsung membawa anakku ke sebuah RS yang dekat dengan lokasi rumah kami, katakanlah RS X (Benernya aku pengen sih tulis nama RSU-nya biar bisa jadi masukan buat mereka…Tapi aku ga mau jadi Ibu Prita kedua..Masyarakat kita belum bisa menerima kritik secara terbuka *sigh*)

Singkat kata, kami sampai di UGD Rumah Sakit itu dengan kondisi anakku yang tertidur setelah kejangnya…
Bukannya langsung menangani anakku…mereka minta aku untuk daftar dulu (OMG!!! It’s about life and death and they still care about administration stuff..)
Aku langsung ke front desk untuk daftar (suamiku masih berusaha cari parkir mobil) dan anakku digendong oleh pengasuhnya.
Di Front desk aku masih harus antri, karena ada keluarga pasien lain yang juga sedang mengisi formulirnya. Dalam pikiranku, aku agak tenang saat itu, karena kupikir paling tidak anakku sudah ditangani para tenaga medis…
Betapa kagetnya aku, ketika kembali dari front desk (karena suamiku sudah datang dan menggantikanku untuk mendaftar)….ANAKKU MASIH TETAP DIGENDONGAN PENGASUHNYA TANPA ADA TINDAKAN YANG DIAMBIL KECUALI SEBATANG TERMOMETER RAKSA YANG NEMPEL DI KETIAKNYA!!!!
Aku langsung marahi pengasuh anakku..kenapa tidak dibawa ke para tenaga medis…
Dan dia menjawab bahwa tadi dia sudah minta pertolongan dan mengatakan bahwa anakku baru saja step, tapi salah satu tenaga medis disana berkata
“Iya, Sabar..ini masih antri..Tunggu saja disitu!!!”

Hatiku langsung mencelos…apakah seperti ini memang fasilitas di Rumah Sakit Umum….
Sekitar 1,5 tahun yang lalu, Alex sempat juga step dan kubawa ke salah satu Rumah Sakit Internasional(sebut saja RS Y), disana pelayanannya jauh lebih baik…Pada saat itu, ketika aku dan anakku datang, tim dokter langsung sigap mengambil anakku dari gendongan dan diberikan pertolongan pertama secepatnya..tanpa aku harus mengikuti prosedur yang berbelit…Baru setelah anakku melewati masa observasinya dan dinyatakan aman, aku dipanggil untuk melakukan pendaftaran, pembayaran, dll.

Jadi betapa kagetnya aku ketika anakku tidak langsung mendapat pelayanan dan observasi, walau hal itu urgent…
Baru setelah suamiku datang dengan map formulir,dsb..mereka baru mengambilkan tempat tidur untuk anakku….
Dan ketika baru saja menidurkan anakku di ranjang, Alex mengalami serangan kejang yang kedua…DAN TETAP MEREKA TENANG-TENANG SAJA…(yach, ini mungkin subyektif, aku akui..karena aku sedang panik..)

Aku ingat aku sampai harus berteriak “Pak, tolong donk..anak saya kejang lagi..Arrgghh..”
Eee..aku malah ditegur “Ibu jangan gitu..nanti anaknya tambah parah..”
DOENGGG…aku sampe speechless… Lha kalo gitu napa anakku ga langsung ditangani…

Setelah kejang yang kedua itu, anakku diberi masker oksigen..dan suamiku diminta untuk nebus resep di apotik….
Dan karena ini pengalaman kedua, aku sampe membandingkan dengan pelayanan dan pengobatan yang aku terima di RS Y..seingatku, dulu anakku langsung dikasi obat anti kejang dan obat penurun panas lewat dubur…Ketika aku minta hal itu ke mereka…mereka bilang bahwa obatnya akan dimasukkan lewat infuse anakku

BARU SETELAH SUAMIKU DATANG DENGAN OBAT2AN DAN INFUS, anakku baru dikasi infus… *sigh*
Bayangkan jika keluarga yang tidak mampu dan tidak bisa langsung nebus obat…Bisa-bisa penangannya terlambat *sigh again*

Dalam hati aku sudah ga sreg aja..aku pengen pindah Rumah Sakit..tapi takut nanti malah riskan dengan kondisi anakku yang belum stabil….

Tapi aku masih sangat beruntung dibandingkan salah satu pasien yang aku lihat ketika aku ke Lab untuk tes darah anakku (BTW, ini pertama kalinya aku lihat ada sample darah yang cuman ditaroh di toples kecil gitu aja tanpa ditutupin…Lha ya..apa steril tho yo???)

Pasien yang aku lihat itu sudah sepuh (tua) dan entah sakit apa…Dia teriak2 kesakitan dengan mulut membuka dan tangan kejang menghadap ke atas…Saat itu aku pikir, “Lho ini pasien ngapain ditaroh di depan pintu…” Jadi nenek itu ada diatas ranjang dan terletak di pintu masuk…

Ketika aku sampai di UGD dan cerita ke pengasuh anakku..dia nimpali “O,iya, bu…tadi ada disini..trus karena teriak..semua orang pada ngeliat trus ahkirnya dikeluarin…” trus pengasuhnya Alex nambahin, tadi ada salah satu paramedis Tanya ke temannya “Lho..napa orang itu?” dan temannya bilang “Sudah biarin..itu masih ngurus askes-nya..JPS” Memang kalo dilihat fisiknya, terlihat dari kalangan tidak mampu…

DUUUGGHH..aku semakin trenyuh….paramedis yang mestinya adalah profesi mulia karena menyangkut nyawa seseorang…ternyata ada beberapa oknum (aku ga bilang semua seperti itu..dan semoga memang tidak..) yang menolong orang dengan pilih-pilih berdasarkan status ekonomi pasien itu….

Aku jadi serasa menjilat ludah sendiri tentang postinganku tentang kekayaan…
Ternyata kekayaan itu bisa berdampak juga terhadap nyawa anda…
Ketika anda miskin nyawa anda akan terkesan semakin tidak berharga…
Kalo anda kaya, maka bisa “membeli” fasilitas terbaik yang dapat menyelamatkan nyawa anda…
Reality bites….Reality bites… *sigh*

Aku hanya dapat berdoa dan berharap..semoga masih ada yang mengemban tugas mulia sebagai tenaga medis dengan integritas tinggi…dengan kebahagiaan utama untuk membantu menyelamatkan nyawa…Semoga..Semoga.. *sigh*

Dan semoga pemerintah baru yang terbentuk melalui pemilu ini, dapat memastikan bahwa seluruh rakyat akan dapat menerima fasilitas kesehatan yang terbaik..tak peduli bagaimanapun kondisi ekonominya…Amien…

Melalui tulisan ini, aku tidak bermaksud menyinggung siapapun…tapi semoga bisa menjadi refleksi bagi semuanya..bisa menjadi masukan…bisa menjadi cerminan realitas yang ada…

Karila
Email : karilaw@ymail.com


logo sivalintar


Lanjutkan...

The Amazing of The Secret

Pengalaman Pribadi

Oleh : Wida Mirawati

Alam semesta bergerak disekelilingmu. Ada yang pernah mendengar the Secret? Buku, film serta konsep pemikiran tersebut mengajarkan bahwa manusia adalah magnet kehidupan. Segala apa yang kita inginkan akan terwujud dengan kekuatan pikiran. Bayangkan lalu yakini, maka keinginan itu akan menjadi nyata. Ini adalah kekuatan pikiran dan kekuatan mimpi.

Dulu semasa kuliah aku begitu akrab dengan istilah you are what you think you are, kau seperti apa yang kau pikirkan. Buku-buku motivasi hidup untuk menggapai mimpi dan cita-cita selalu kubaca, tapi selalu berlalu tanpa aplikasi, hanya sebatas teori. Setelah kurenungi ternyata semua berawal dari satu hal, mimpi. Lalu mimpi itu disimpan di otak, menjadi pikiran yang tak pernah luput, lalu diaplikasikan dalam perencanaan, agar lebih nyata segera tuliskan, lalu mulailah wujudkan, satu per satu. Tentu disertai dengan kekuatan doa.

Maka kucoba mewujudkan mimpi. Salah satu yang selalu kusyukuri dan menguatkan keyakinanku akan kekuatan mimpi, pikiran dan doa adalah saat aku ingin mengikuti pelatihan jurnalistik di sebuah media cetak. Untuk menjadi anggota dilakukan penyaringan yang cukup ketat. Calon peserta wajib menyertakan hasil tulisan, serta melakukan wawancara. Aku bersaing dengan beberapa teman yang berasal dari beberapa universitas terkemuka di Bandung. Saat itu aku begitu minder, namun kutetapkan niat agar lolos menjadi peserta. Walhasil, dengan kekuatan tekad, aku pun lolos menjadi peserta. Dari sana kubuat rencana, kutuliskan: tiga bulan dari sekarang aku mengikuti pelatihan, lalu tiga bulan berikutnya aku harus melaksanakan job training di lembaga tersebut , dan masih di lembaga yang sama tiga bulan berikutnya aku harus bisa bekerja di bagian redaksi sebagai penulis dan reporter.
Ah, ajaib tanpa mantra, cukup yakin, kerja dan doa, ketiga rencana tersebut satu per satu mampu kuwujudkan.

Keajaiban kekuatan mimpi dan pikiran perlahan begitu terasa. Saat kuliah aku bertekad untuk meraih beberapa hal, yaitu 1] saat mata kuliah yang berhubungan dengan menulis aku harus menjadi yang terbaik, 2] saat akan menghadapi praktek pembuatan film aku bertekad bahwa skenario buatankulah yang akan dijadikan film, 3] aku harus lulus tepat waktu yaitu 4 tahun kuliah, 4] sebelum lulus kuliah aku harus sudah bekerja, dan 5] usia 22 tahun sesaat sebelum lulus aku harus sudah menikah. Semua itu kutuliskan dengan perencanaan yang matang diserta waktu kapan akan terjuwud.

Dahsyatnya kekuatan pikiran dan doa, satu per satu perlahan tapi pasti kuraih semua rencana tersebut. Di setiap mata kuliah penulisan aku begitu diandalkan oleh teman-teman kelas, praktek pembuatan film mempergunakan skenario yang kutulis sendiri, bulan Agustus 2008 tepat empat tahun kuliah aku diwisuda, dan di bulan Mei 2008 beberapa bulan sebelum lulus akhirnya aku menikah. Luar biasa, bukan atas apa yang kucapai, tapi luar biasa untuk dahsyatnya kekuatan pikiran dan doa.

The Secret memang dahsyat, namun jika diperhatikan, ternyata konsep yang baru popular tahun-tahun belakangan ini telah ada ratusan tahun lalu, saat Islam hadir di muka bumi. Ingatkah akan sebuah perkataan bahwa Allah sesuai prasangka hamba-Nya? Jika baik prasangka manusia, maka akan baik pula hidupnya, bukankah hidup Allah yang mengatur. Maka jangan heran jika banyak orang yang gagal hidupnya hanya karena prasangkanya yang selalu buruk pada Allah. Berapa banyak orang yang mengutuki kemiskinan hidupnya tanpa mau bangkit, berusaha dan berdoa? Lalu dia berkubang dalam kegagalannya, dan akhirnya mati didalamnya. Tapi lihatlah sebaliknya, orang-orang yang sempat terpuruk namun mampu bangkit karena kuatnya prasangka baik terhadap tuhannya. Coba lihat pula para pesulap, misalnya dalam program the Master di sebuah televisi, bagaimana seorang Dedy Cobuzer mampu membengkokan sendok? Selain karena kekuatan pikiran (tentu jika tidak ada magic). Dan beragam contoh lainnya yang pasti bertebaran di sekeliling kita.

Apa yang telah kucapai adalah hal-hal kecil, namun aku yakin, kekuatan pikiran dan doa mampu mewujudkan mimpi-mimpi besarku. Karena alam semesta berputar di sekeliling kita, maka berdoa dan berbuatlah yang terbaik, niscaya seluruh alam semesta akan mendoakan kita.

Wida Mirawati
Email : widamyrawati@yahoo.com


logo sivalintar


Lanjutkan...

Hari Terakhir Pengiriman Naskah Lomba Menulis

Oleh : Tarjum

Lomba Menulis Curhatkita
Tak kusangka…..ternyata peserta lomba menulis ini di luar dugaanku.
Ketika aku mengumumkan lomba menulis ini di blog kesayangan ini, aku sempat khawatir, “Jangan-jangan pesertanya gak ada…?.” Soalnya sampai hari ketiga pengumuman lomba belum ada tanda-tanda peserta yang mengirimkan naskah tulisannya. Tapi kekhawatiran itu aku tepis jauh-jauh. Aku ingat kata-kata orang bijak yang kurang lebih begini, “Apa yang kita pikir itulah yang akan terjadi”. Kalau kita berpikir akan gagal kita akan gagal, kalau kita berpikir akan sukses kita akan sukses. Aku yakinkan diri sendiri, peserta lomba ini akan banyak dan lomba ini akan sukses. Waktu itu aku berpikir ada 10 peserta saja sudah cukup bagus.

Ternyata pesertanya lumayan banyak, sampai aku kewalahan mempostingnya. Sampai hari ini saja, saat aku menulis postingan ini, jam 17.30 sudah masuk 73 naskah, 51 naskah sudah diposting dan sisanya menunggu giliran diposting (yang belum diposting sabar ya..he..he..). Padahal aku hanya mempromosikannya via beberapa blog teman, di facebook dan promosi saat blogwalking.

Hari ini, Jum’at tgl. 31 Juli 2009 jam 24.00 adalah hari terakhir pengiriman naskah lomba menulis Pengalaman Pribadi. Naskah yang masuk melewati waktu ini, tak akan diikutkan lomba. Namun naskah tersebut akan tetap diposting sebagai tulilsan biasa.

Selanjutnya, mulai tanggal 1 - 10 Agustus 2009, giliran 7 orang anggota tim juri yang akan bekerja keras menilai naskah-naskah peserta lomba. Saya yakin para juri tak akan mudah memilih dua naskah terbaik yang akan jadi pemenang. Naskah peserta bagus-bagus, kisahnya unik, menarik dan inspiratif dengan gaya bahasanya masing-masing. Pemenang lomba akan diumumkan insya allah jika tak ada halangan pada tanggal 14 Agustus 2009, 3 hari menjelang perayaan hari kemerdekaan negeri tercinta ini.

Teman-teman peserta lomba, aku dan teman-teman Komunitas Blogger Subang belum bisa memberi hadiah yang layak, hanya alakadarnya saja sebagai tanda persahabatan. Tapi aku percaya, anda sekalian mengikuti lomba ini bukan semata mengharapkan hadiah, lebih dari itu anda punya niat mulia untuk berbagi pengalaman dengan teman-teman kita yang lain. Melalui lomba ini, selain menjalin tali silaturahmi, kita juga bisa saling belajar dari pengalaman orang lain.
Akhir kata, semoga tulisan kisah pengalaman anda bermanfaat bagi orang lain.

Salam sejahtera untuk anda sekalian,
Admin Curhatkita / Penyelenggara Lomba










Tarjum



Lanjutkan...

Apa Salahnya sih Jadi Orang Miskin?

Pengalaman Pribadi

Oleh : Ulfah Nurrahmani

Setelah beberapa jam duduk dan terlibat pembicaraan dengan orang-orang yang “bernafsu “ menjadi orang kaya raya yang punya mobil dan rumah mewah,
Sekali aku ikut acara bisnis begituan, sikapku acuh tak acuh.
Tapi lama-lama muncul sebuah gelitik pemikiran di otakku.
Iya.ya. enak ya jadi orang kaya. Apa-apa tersedia. Uang melimpah. Butuh ini itu selalu terpenuhi. I can get what I want.

Tetapi selama hidupku yang setua ini (nyaris 23 tahun), hidup yang bisa aku bilang pas-pas-an ala pegawai negeri, enjoy-enjoy aja dengan segala keterbatasan dan beberapa kekurangan. Serius.

Siapa bilang? Berkeringat, capek, kelaparan, kepanasan, kehujanan, itu suatu hal menyiksa? Ga juga ah. Enjoy aja lagi. Ga makan di resto yang pakai table manner juga ga pa-pa.
Kehujanan karena ga punya mantol, jalan kaki jauh karena ga punya motor…it’s a nice memory. Kenangan yang ga bakal terlupa dari ingatan. Sungguh.
Aku pikir….Allah itu adil.
Orang yang serba kekurangan materi bisa tetap diberi kesempatan agar dilimpahi sebuah kenikmatan ruhani kok.

Kebahagiaan (yang tidak selalu dilekatkan pada harta tahta dan wanita) diberikanNya kepada siapa saja tak perduli kaya dan miskin.
Jadi, apa salahnya sih jadi orang miskin?
Toh, Allah kan menilai seseorang bukan dari kaya tidaknya seseorang secara materi. Iya, kan? Allah menilai dari amalnya kan?

Bahkan orang yang kaya itu nantinya akan mendapat deretan pertanyaan jauh lebih banyak dan njlimet di akherat nanti.
Dari mana kamu dapat? Bagaimana kamu membelanjakannya?
Kalau orang miskin, kan ga bakal dapat pertanyaan semacam itu? Iya kan?
Siapa bilang, orang miskin ga bias beramal? Dengan kesabaran dan keuletannya menghadapi cobaan hidup, itu bakal jadi amalnya.
Iya kan?
Nha, kalau aku tarik sebuah benang merah, mengapa kemudian ada kaya dan miskin, itu kan hanya masalah “peran”. Seperti di papan catur, kita mau mengambil peran apa dalam hidup. Apakah mau jadi miskin atau jadi orang kaya.
It’s our choice.
Semuanya ada resiko dan konsekuensinya.

Aku jadi teringat dengan kejadian beberapa saat yang lalu. Seorang teman menjadi penanggung jawab sebuah acara social. Bisa ditebak, seperti halnya acara-acara organisasi lainnya, acara itu defisit sekian ratus ribu. Sementara itu, kas organisasi sepertinya kosong, kalau pun toh ada, masih banyak program yang lebih prioritas untuk didanai.
Akhirnya, dia kerja sendiri. Mencoba menutupi deficit dengan dagang kecil-kecilan. Untung sekian puluh rupiah dikalikan 30 hari dan kira-kira baru dalam jangka waktu 5 bulan kekurangan itu dapat ditutupi.
Hiks. Aku hampir nangis karena kepolosannya, ketulusannya, kesungguhannya. Ya Allah, berapa orang Islam yang kaya sih di dunia ini hingga untuk sebuah acara yang mengagungkan namaMu harus kesusahan seperti itu. Atau memang harus seperti itu ya?

Secara kasat mata, kalau melihat temanku itu, konyol banget ya. Mau-maunya nabung rupiah demi rupiah untuk sebuah kepentingan yang tidak ada kepentingan untuk dirinya sendiri.
Ah, tapi aku yakin ia melakukan itu bukan tanpa alasan. Ya, dia menanam investasi untuk akheratNya. Tidak melulu pengusaha yang bermodal besar saja yang bisa menanam investasi tetapi orang “setidak punya” dirinya bisa berinvestasi untuk masa depannya di akherat nanti.

Kalau orang seperti dia mau beramal seperti itu, lalu orang yang lebih mampu daripada dia, kira-kira mau melakukan hal yang sama gak ya?
Ah, aku juga tak tahu. Toh aku juga belum pernah merasakan jadi orang kaya yang biasa belanja tiap dua hari sekali di supermarket besar.

Ulfah Nurrahmani
Email : ul_zxcv@yahoo.com


logo sivalintar

Lanjutkan...

Rahasia Besar Dibalik Didikan Ayahku

Pengalaman Pribadi

Oleh : Empok Geo

Aku terlahir bukan dari kalangan orang yang berada. Keluarga kami untuk tetap dapat hidup harus meninggalkan pulau jawa (Transmigrasi) menuju pulau Kalimantan. Di pulau Kalimantan kami pun bukan tinggal didaerah perkotaan, namun kami tinggal disebuah desa terpencil. Dan ternyata desa tersebut baru saja dibuka dari hutan belantara yang dialih fungsikan menjadi perkampungan. Di desa kami untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi kami harus ke kota kabupaten yang memiliki jarak 500 km kira-kira jauhnya, atau pergi ke kota-kota lain yang berjarak tidak kurang dari 200 km. karena di desa kami pendidikan formal baru sampai setingkat Sekolah Dasar (SD).

Ayahku yang bekerja sebagai seorang guru honorer mendapatkan gaji yang hanya pas-pasan untuk makan saja. Sehingga ayah saya harus mencari pekerjan sampingan yang bisa menutupi biaya-biaya lainnya seperti biaya sekolah, biaya beli pakaian dan lain-lain.

Pekerjaan sampingan orang tuaku itu adalah berkebun dan berternak kambing dan sapi. Untuk mengerjakan pekerjan sampingannya itu, ayah ku tidak bisa mengerjakannya sendirian. Dia membutuhkanku untuk membantunya mengerjakan pekerjaan sampingannya itu.

Aku yang masih duduk dibangku kelas lima SD sudah mendapat tugas yang amat berat. Tugas yang diberikan padaku mengembalakan kambing di waktu siang hari dan mencarikan rumput untuk diberikan pada malam harinya. Kambing peliharan kami berawal dari dua ekor saja, kambing betina dan jantan. Kemudian kambing peliharan kami terus berkembang hingga pernah mencapai 15 ekor, yang membuatku lelah mengurusinya.

Pekerjaanku ini tidak membuatku malu dan minder kepada teman-teman sebayaku, karena pekerjaan ini telah membudaya dikerjakan oleh anak-anak seusia itu di desa kami pada waktu itu. Sebab kita semua baru mengawali hidup didaerah yang baru sehingga kemapanan masyarakat disana belumlah terjamin.

Tapi kedongkolanku disebabkan oleh kakakku yang juga seorang lelaki, dia tidak pernah membantu kami bekerja. Ini membuat aku merasa bahwa ayahku tidak berlaku adil pada kami, aku pun sering marah dan ngomel-ngomel disaat aku disuruh untuk memperhatikan dan merawat ternak dengan baik. Perilakuku yang demikian itu tidak membuat ayah membebaskanku dari tugas. Ia tetap saja menyuruhku untuk mengurusi hewan ternak itu. Aku yang masih anak-anak itu belum mengerti betul bagaimana aku harus bersikap terhadap keadaan pada waktu itu.

Kakakku memang tidak tinggal bersama kami, karena dia melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota kecamatan yang jaraknya cukup jauh itu, yang tidak memungkinkan dia untuk pulang pergi sehingga ia harus menetap disana (ngekos). Berdasarkan inilah dia tidak dapat membantu kami bekerja. Karena belum mengertinya aku terhadap pentingnya pendidikan, aku pun tidak menerima alasan orang tua ku yang selalu mengatakan ini padakaku “kakak mu itu sekolah”, dan aku selalu menjawabnya “kalau gak sekolah kenapa sih?”. Karena melihat aku yang mulai berani membantah pembicaraan mereka, Ayah dan ibuku selalu menasehati aku tentang pentingnya pendidikan.

Setelah aku lulus SD ternyata di desa kami telah berdiri SMP yang dipelopori oleh Ayahku sendiri, sehingga akupun sekolah disitu. Mengapa harus sekolah jauh-jauh kalu di desa sendiri sudah ada, tidak hanya diringankan oleh biaya sekolah, tetapi juga masih diuntungkan dengan keberadanku yang masih berada di desa sehingga saya masih bisa membantu mereka mengurusin hewan peliharan dan lain-lain.

Karena orang tua saya melihat bahwa saya telah tumbuh menjadi besar dan memiliki tenaga yang cukup, maka tugas sayapun ditambah olehnya, dengan ikut serta mengolah kebun. Karena saya sekolah masuk pukul 12.30 a.m dan pulang pada pukul 16.30 a.m, maka di pagi hari saya pergi kekebun pukul 7.30 a.m hingga pukul 11.00 a.m dan setelah pulang sekolah saya pun bersama ayah saya mencari rumput untuk ternak kami. Jadwal pun seakan tersusun rapi yang harus saya kerjakan sesuai dengan waktunya.

Kesempatan aku untuk bermain pun tidak ada kecuali pada hari minggu dan hari libur lainnya, dan dikala ayahku pergi ke kota untuk urusan-urusan sekolah. Sering kali aku merasakan kesedihan karena melihat teman-teman yang sedang bermain-main. Namun aku tidak mampu melawan perintah orang tuaku sejak kejadian diwaktu SD dulu, dan aku juga takut menjadi anak yang durhaka kepada orang tua.

Ketika aku melanjutkan sekolah ke tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi, aku harus pergi meninggalkan kampung, dan meninggalkan orang tuaku. Kehidupanku menjadi tidak teratur karena serba kekurangan, biaya orang tua tidak bisa menghandel seluruh kebutuhanku. Karena keinginanku yang kuat untuk sekolah aku pun harus tetap bisa bertahan dengan keadaan itu.

Berbekal dengan kerja keras, mental baja, dan kemampuan dalam bekerja aku pun bisa mencukupi kebutuhanku. Meskipun aku harus bekerja menjadi seorang kuli bangunan, pencuci piring dikantin sekolahanku, hingga menjadi seorang guru praktek computer di sekolahan SMK yang aku tempati sekolah dulu. Ini semua aku peroleh dari didikan orang tuaku yang mengajarkanku untuk bekerja keras, menjadi seorang bermental baja, dan memiliki kemauan untuk bekerja dan akhirnya aku bisa hidup mandiri meskipun aku masih berusia muda.

Empok Geo
Email : faizinempokgeo@longger.co.cc


logo sivalintar

Lanjutkan...

Hikmah di Waktu Ashar : Maling

Pengalaman Pribadi

Oleh : Roswita Puji Lestari

Hari itu, 6 Juli 2009 ada kejadian di depan tempat wudhu akhwat di masjid Al-Ghifari yang sedikit aneh....
Sore itu baru pulang dari kosan temen, karena mau ada agenda lagi untuk tim Sapa Sahabat, jadi mau shalat ashar dulu. Karena males sendirian, kebetulan liat silvy lagi ngobrol ma neng. Yaudah wita samperin. "Sil, sholat yu!". Pas lagi wudhu, pas lagi pasang kaos kaki, baru sadar kalau silvy masih smsan di luar yaudah wita panggil. "Bocah (maksudnya silvy), cepetan wudhu!". Silvy pun langsung masuk. Gag tau kenapa biasanya wita ninggalin jaket "sepaket" sama tas di luar. Tapi tiba-tiba lagi pengen bawa jalet ke dalem. Jadi luar cuma ada tas wita sama silvy. Sambil nunggu silvy wudhu (masih dalam proses pasang kaos kaki...) tiba-tiba ada sosok mencurigakan. Wita sih pertama santai, coz wita kira ikhwan algif (baca:marboth), tapi kok gelagatnya kok mencurigakan ya....?! (sok tau mode: on)

Kita panggil ajj dia MAS-MAS MENCURIGAKAN PAKE BAJU PINK YANG KAYAK OM-OM disingkat MMMPBPYKOO. Si MMMPBPYKOO sepertinya tak sadar kalau ada akhwat manis yang memperhatikan gerak-geriknya yang aneh dari celah pintu tempat wudhu. Dia berpose seakan-akan lagi masang kaos kaki, padahal dia gag pake kaos kaki (aneh kan??) , sambil mendekat ke arah tas wita ma tas silvy. (waduh tas qta bau sikil (baca: kaki) ni vy! =p).

Mungkin terjadi sedikit perdebatan (dalam dunia hayal) antara MMMPBPYKOO, dan tas-tas yang tidak berdosa....

MMMPBPYKOO : (mungkin) "Hmm.... gag ada orang nee...!"

Tas Silvy (TS) : "Tas wita (TW)! Kayaknya kita dalam bahaya nee!!"

Tas Wita (TW) : "Napa mank TS??"

MMMPBPYKOO : (makin mendekatkan tangan dan kaki ke TS dan TW, dan masih dalam pose "pasang kaos kaki")

Tas Silvy : "Kayaknya tuh om-om mau meracuni kita dengan gas sikil (KQ)..... BAHAYA!!!!!"

Tas Wita : "WHAT?!!! @#%$^&$?!@! TIIDDDAAAKKKKK..!!!!!"(lebay mode: on)

MMMPBPYKOO : (sedikit lagi tangan dan kaki akan mendarat dengan sukses...)

Tas Silvy : "TW!!! SIAGA SATU..!!! SIAGA SATU..!!!" (Apa coba?!!)

Tas Wita : "OK (tenang...)! Hmm.....kita PURA-PURA MATI AJA TS!!"

Tas Silvy : "Mank qta lagi ketemu beruang apa?!!!! Arrgggghh.....TIDDAAAKKKK!!"

MMMPBPYKOO : (mendarat dengan mulus dan sukses tepat di dekat TS, dan TW sedikit bernapas lega..)

OK LANJUT!!!(Kembali ke dunia nyata...)

Trus karena penasaran wita perhatiin ajj ni MMMPBPYKOO, dia masih gag sadar kalau gerak-geriknya lagi dipantau sama akhwat manis ini. Si MMMPBPYKOO pun mulai melancarkan serangannya. Karena suasana di nilai cukup memanas (kebetulan sore itu cukup panas), akhirnya wita pura-pura keluar mau ngambil tas dan dimulai dengan kata “Ehem…!!!”, yang sukses bikin MMMPBPYKOO gelagapan. Kayaknya si MMMPBPYKOO malu berat karena aksinya ketauan sama wita. Dan dia pun langsung buru-buru naek tangga sambil terus ngeliatin muka orang yang udah “mergokin” dia. Wita sih santai-santai ajj masang tanpang innocent (polos mode: on). Pas wita keatas buat sholat ashar eh si MMMPBPYKOO lagi sholat juga. “Alhamdulillah…”,wita harap dia bisa tobat setelah sholat. Tapi pas wita beres sholat, pas wita cari-cari si MMMPBPYKOO, dia udah menghilang entah kemana...

"Wahai MMMPBPYKOO…. dimanapun kamu berada…. TOBATLAH….!!! Malu dund nyolong di rumah Allah…."

Hari yang aneh….

Roswita Puji Lestari
Email : roswitapujilestari@gmail.com
Blog : roswitapujilestari@blogspot.com


logo sivalintar


Lanjutkan...

Berharga Saat Tidak Ada

Pengalaman Pribadi

Oleh : Dewani

Apakah kita sering bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang? Mungkin kita merasa biasa saja dengan apa yang kita punya saat ini. Tapi, bagaimana jika kita kehilangan salah satu atau semua yang kita punya sekarang?

Saat saya sehat, saya jarang sekali berpikir bagaimana rasanya apabila saya merasa sakit atau jika ada sesuatu masalah dengan tubuh saya ini. Maklum, selama ini saya jarang terkena penyakit yang tergolong berat, paling hanya flu saja. Walaupun begitu, ketika saya merasa ada yang tidak beres dengan kesehatan saya, betapa terasanya bahwa nikmat sehat itu sungguh berharga.

Pasti anda pernah merasakan radang tenggorokan kan? Nah, apakah makan anda terasa nikmat? Tentu tidak bukan? Terkadang makanan favorit anda pun rasanya menjadi tidak enak sama sekali saat dimakan. Ketika rahang saya bermasalah pun begitu. Menelan ludah pun terasa menyakitkan. Sulit sekali rasanya hanya untuk menelan ludah yang apabila kita sehat merupakan hal yang sepele.

Sungguh betapa nikmat yang kita punya seharusnya kita syukuri. Ketika nikmat itu ada selayaknyalah kita jaga agar nikmat itu tetap ada. Memang, seringkali kita menyadari betapa berharganya sesuatu ataupun seseorang itu saat orang /sesuatu itu sudah tidak ada lagi. Saat semuanya tidak ada, baru kita akan merasakaan kehilangan sesuatu. Kita baru akan menyadari bahwa sesuatu yang hilang itu adalah hal yang sangat berharga bagi kita.

So, jaga apa yang kita punya sekarang baik seseorang, barang, apapun itu. Hargai semua yang kita punya. Agar suatu saat semua itu bukan milik kita lagi, kita akan merasa puas karena kita telah melakukan hal yang terbaik untuk semuanya.

Dewani
Email : noviana.dewani@gmail.com
Blog : http://dewanidewani.wordpress.com


logo sivalintar


Lanjutkan...
Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial