Sebuah Gagasan yang Lahir dari Keprihatinan
Oleh : Tarjum
Kasus gangguan kejiwaan menurut seorang pakar psikologi seperti puncak gunung es, yang nampak di permukaan hanya sebagian kecil saja dari kondisi yang terjadi sebenarnya. Mengapa? Karena hanya sebagian kecil penderita yang mau secara terbuka mengakui masalah kejiwaan yang dialaminya. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan mengapa penderita gangguan jiwa cenderung tertutup dan tak mau menceritakan masalahnya. Namun kemungkinan ada tiga alasan utama yang membuat mereka enggan cerita :
Pertama, karena penderita tidak memahami apa yang sebenarnya mereka alami, bagaimana mengatasinya dan kepada siapa mereka bisa minta tolong.
Kedua, mereka memahami kondisi mereka, tapi mareka malu cerita kepada orang lain. Mereka malu karena stigma negatif yang masih melekat kuat pada penderita gangguan jiwa.
Ketiga, mereka enggan konsultasi dan berobat kepada psikolog/psikiater karena alasan biaya.
Nah, karena sebagian besar penderita gangguan jiwa enggan menceritakan masalahnya secara terbuka, akibatnya sebagian besar problem psikologis tak pernah terungkap ke permukaan. Penderita gangguan jiwa baru diketahui setelah kondisinya cukup kronis dan tentu saja proses pengobatannya jauh lebih sulit dengan biaya yang lebih mahal pula. Padahal jika diketahui lebih dini, mungkin proses penyembuhannya relatif lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah dari segi biaya.
Apa yang saya paparkan di atas hanya satu sisi dari masalah gangguan kejiwaan. Jika diibaratkan sebatang pohon semua itu hanya merupakan cabang, ranting dan daun dari keseluruhan batang pohon problem psikologis. Lalu dimana akar penyebab dari problem-problem kejiwaan ini? Inilah sisi lain dari masalah kejiwaan dan kesehatan mental yang masih jarang dibicarakan. Akar masalah dari beragam gangguan kejiwaan di masyarakat menurut hemat saya adalah kurangnya pemahaman masyarakat atau individu secara khusus terhadap masalah kejiwaan. Kita ambil contoh, jika dalam sebuah keluarga ada salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan, si penderita bingung dan tak memahami apa yang terjadi dengan dirinya. Dia juga enggan cerita kepada anggota keluarga yang lain. Jika dia berani cerita pun, tanggapan yang dia dapat mungkin tidak seperti yang dia harapkan bahkan sebaliknya mendapat tanggapan yang negatif, karena anggota keluarganya juga tidak memahami apa yang diderita olehnya.
Jadi bagaimana solusi untuk mengatasi akar masalah problem kejiwaan ini? Bagaimana sebaiknya cara memberikan pemahaman tentang psikologi kepada individu, keluarga dan masyarakat yang lebih luas? Inilah yang perlu kita pikirkan bersama.
Saya punya sebuah ide/gagasan, bagaimana cara memberi pembelajaran dan pemahaman tentang psikologi kepada individu, keluarga dan masyarakat yaitu : Psikolog/Psikiater Masuk Sekolah. Istilah ini mengacu pada istilah serupa yang sering kita dengar seperti ABRI Masuk Desa (AMD), Dokter Masuk Desa dan istilah-istilah sejanis lainnya.
Istilah Psikolog/Psikiater Masuk Sekolah ini kita singkat saja dengan PMS. Apa yang melatar belakangi munculnya ide PMS ini? Seperti kita ketahui bersama, saat ini banyak remaja yang sedang berada dalam masa transisi dan sedang mencari jati diri, terjebak dan terjerumus kepada hal-hal yang negatif seperti, tawuran antar siswa, minum-minuman keras, kecanduan narkoba sampai sex bebas. Banyak juga remaja yang mengalami problem psikologis namun tak ada media penyaluran dan penyelesaiannya. Sepertinya lembaga sekolah pun kesulitan mengontrol dan mengarahkan perilaku para siswanya, baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah (masyarakat).
Lalu tujuan apa yang ingin/bisa dicapai dengan adanya Program PMS? Ada dua tujuan utama yang ingin (bisa) dicapai, yaitu tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai dari program PMS adalah selain memberi pembelajaran dan pemahaman bidang psikologi kepada siswa dan guru, kehadiran psikolog/psikiater di lingkungan sekolah juga bisa memberi solusi untuk penyelesaian problem-problem psikologis siswa di lingkungan sekolah dan diluar lingkungan sekolah. Berikut tujuan jangka pendek dari program PMS :
- Menumbuhkan motivasi belajar siswa di sekolah
- Menjembatani komunikasi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan orangtua siswa.
- Menggali dan mengarahkan bakat siswa
- Menyelesaikan perselisihan antar siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan orangtua siswa
- Menyelesaikan problem pribadi siswa
Dengan hadirnya seorang psikolog atau psikiater di sekolah, ada sosok, media atau tempat mengadu bagi siswa, guru dan orangtua siswa jika ada masalah di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah yang masih ada kaitan dengan kegiatan sekolah. Bagi siswa juga ada saluran untuk curhat dan konsultasi seputar masalah-masalah pribadi mereka. Jadi, jika ada masalah di sekolah menyangkut kegiatan belajar mengajar atau masalah kesiswaan bisa ditangani dan diselesaikan secepatnya.
Tentu saja tidak semua masalah psikologis di sekolah bisa di selesaikan. Tapi paling tidak ada solusi alternatif untuk mengatasi masalah di lingkungan sekolah yang sebelumnya terabaikan dan tak tertangani dengan baik.
Tujuan Jangka Panjang
Selain tujuan jangka pendek yang saya sampaikan sekilas di atas, ada beberapa tujuan jangka panjang yang bisa dicapai dari program PMS ini, antara lain :
- Memberikan pemahaman yang lebih luas tentang psikologi kepada siswa yang nantinya juga akan terjun ke masyarakat.
- Para siswa yang nantinya juga akan berkeluarga dan mempunyai anak, bisa menularkan pemahaman tentang psikologi kepada keluarga dan anak-anaknya.
- Para siswa yang sudah memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang psikologi bisa memahami gejala-gejala gangguan psikologis yang dialami anggota keluarganya dan bisa memberi solusi terbaik untuk penyelesaiannya.
- Para siswa juga nantinya bisa menyebarkan informasi dan persepsi yang benar dan proporsional tentang problem-problem psikologis kepada masyarakat di lingkungannya.
- Jika masyarakat sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang psikologi, stigma-setigma negatif terhadap penderita gangguan jiwa bisa dikikis bahkan mungkin bisa dihilangkan. Sehingga orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan tak akan merasa malu lagi mengungkapkan masalahnya kepada orang-orang di sekitarnya.
- Jika orang sudah merasa tak malu dan berani mengungkapkan masalah psikologisnya sejak dini tentunya masalahnya bisa diatasi lebih cepat dan lebih mudah dengan biaya yang lebih murah.
- Pada akhirnya, orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan tak lagi merasa malu dengan kondisi yang dialaminya, karena tak ada lagi setigma negatif yang melekat padanya. Di masyarakat orang-orang yang menderita problem psikis akan dipandang dan diperlakukan sama dengan orang-orang yang menderita problem fisik. Mereka sama-sama mendapat perlakuan dan pengobatan yang layak dan manusiawi.
Manfaat lain Program PMS
Selain dua tujuan utama program PMS di atas, ada manfaat lain yang bisa diperoleh semua pihak yang terlibat dalam program ini yaitu : psikolog/psikiater, siswa, guru, orangtua siwa, penderita gangguan jiwa dan masyarakat pada umumnya.
Dengan hadirnya psikolog/psikiater di lingkungan sekolah yang memberi pembelajaran dan pemahaman tentang psikologi, akan lebih mengenalkan profesi psikolog/psikiater di sekolah khusunya dan luar lingkungan sekolah. Siswa, guru, orang tua siswa dan masyarakat nantinya tak merasa asing lagi dengan profesi psikolog/psikiater. Dengan pemahaman yang benar dan akurat terhadap profesi psikolog/psikiater orang-orang yang mengalami problem psikologis tak takut atau malu lagi menemui dan meminta bantuan psikolog/psikiater.
Siswa yang mempelajari ilmu psikologi di sekolah juga mungkin akan tertarik menekuni dan medalami disiplin ilmu psikologi. Artinya akan semakin banyak lagi orang-orang yang berminat menekuni bidang psikologi dan menjadi psikolog/psikiater. Dengan lebih banyak psikolog/psikiter, akan lebih banyak pula orang-orang yang mengalami masalah kejiwaan yang bisa dibantu dan disembuhkan.
Saya punya pemgalaman pribadi yang menarik soal profesi psikolog/psikiater ini. Waktu itu ada seorang gadis yang curhat via email tentang problem psikis yang dialaminya. Dia tinggal satu daerah dengan saya di Subang, Jawa Barat. Di akhir curhatnya, si gadis menyanyakan nama dan alamat psikolog yang ada di kota subang. Waktu itu saya tak bisa memberitahu nama dan alamat praktik psikolog yang dia maksud. Saya memang tidak tahu nama dan alamat psikolog yang praktik di daerah Subang (weleh…, jadi malu nih). Padahal jika yang ditanyakan dokter sepesialis anak atau dokter spesialis kandungan, saya tahu persis nama dan alamatnya bahkan saya tahu nomor teleponya. Itulah salah satu contoh kasus bahwa profesi psikolog/psikiater masih jarang dan belum begitu dikenal di masyarakat dibanding profesi bidang kesehatan lainnya.
Karena itu harapan saya, salah satu manfaat dari program PMS ini adalah semakin dikenal dan diminatinya profesi psikolog/psikiater di masyarakat.
Gagasan ibarat benih yang baru tumbuh dan muncul di permukaan tanah. Jika tidak dipelihara dan dilindungi bisa layu bahkan mati sebelum sempat tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang kokoh. Saya berharap gagasan ini bisa dilindungi, dipelihara dan dipupuk agar bisa tumbuh subur menjadi pohon yang berbuah dan memberi manfaat kepada banyak orang.
Bagaimana menurut anda mengenai gagasan ini?
Silakan tuangkan pendapat anda di kolom komentar.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
Kalo kehadiran psikiater dan psikolog nga harus stand by setiap hari mungkin bisa ya mas..tapi kalo harus setiap hari hehehe...nga sanggup mas. Toh, di setiap sekolah sdh ada guru BP biasanya yg menjadi guru BP juga dari psikologi atau guru yg jurusannya konseling kalo tidak salah ya. Nah..nanti untuk kasus-kasus mmg perlu penanganan psikiater ato psikolog baru deh di konsulkan. Gimana mas Tarjum??
@Entik,
Tentu saja psikolog/psikiater tak harus tiap hari berada di sekolah. Sehari seminggu, dengan beberapa jam dalam sekali kunjungan mungkin cukup. Kehadiran psikolog/psikiater di sekolah untuk memberikan pengenalan dan pemahaman yang benar dan proporsional tentang masalah kesehatan mental kepada para siswa. Jadi bukan seperti guru yang mengajar psikologi. Bagusnya mungkin dilakukan uji coba dulu di beberapa sekolah untuk melihat respon para siswa, guru dan orang tuasiswa.
Gitu mungkin Enti, ini baru sekedar gagasan yang perlu di kaji lebih mendalam. Mari kita diskusikan gagasan ini dengan pihak-pihak yang kompeten.
saya juga di subang om denger2 kalau di subang ada di perum dya ketua idi subang...tapi itu psikiater jadi pake terapi obat...kalau ada info psikolog terdekat baik subang maupun purwakarta boleh deh di infoin untuk menangani rasa rendah diri saya
Hindi sexy Kahaniya - हिन्दी सेक्सी कहानीयां
Chudai Kahaniya - चुदाई कहानियां
Hindi hot kahaniya - हिन्दी गरम कहानियां
Mast Kahaniya - मस्त कहानियाँ
Hindi Sex story - हिन्दी सेक्स कहानीयां
Nude Lady's Hot Photo, Nude Boobs And Open Pussy
Sexy Actress, Model (Bollywood, Hollywood)
chudai ki hindi kahani
welcome to chudai kahani me - आग लगाने वाली चुदाई
Visit best sexy hindi story - मजेदार सेक्सी कहानियां
Hindi sex kahani dekhiye eiha – आंटी की चुदाई कहानियां
Sexy kahani ke world me apka soyagat hai
New Open Hindi Song Site (New Songs are here)
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)