BUKU: 2 KUTUB

Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal gangguan bipolar, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah buku “2 KUTUB: Perjalanan Menantang Di Antara Dua Kutub”.

Info Buku >> KLIK DISINI

Menjalani Proses Pengobatan dan Pemulihan Gangguan Jiwa, Butuh Keyakinan dan Kesabaran

    

Oleh Tarjum


Bahan tulisan ini saya kutif dari diskusi yang saya ikuti di situs jejaring sosial. Berawal dari komentar di status facebook seorang aktivis kesehatan jiwa, berlanjut menjadi diskusi yang menarik.

Diskusi mengenai pengobatan bipolar khususnya dan gangguan jiwa umumnya di situs jejaring sosial selalu hangat dan menarik. Tak jarang terjadi perdebatan sengit diantara peserta diskusi.

Sampai saat ini, banyak hal yang sudah diketehui dan difahami dari masalah-masalah seputar gangguan jiwa, tapi jauh lebih banyak yang belum diketahui dan difahami. Seiring semakin banyaknya pengguna internet, media social seperti blog, facebook dan twitter cukup efektif membantu menyebarkan informasi tentang gangguan jiwa kepada publik melewati batas-batas negara.

Mendeteksi gangguan jiwa tak semudah seperti mendeteksi gangguan fisik. Bahkan dengan alat medis paling canggih sekalipun belum bisa dideteksi secara akurat. Mungkin karena letak gangguan jiwa yang berada di dimensi yang abstrak (pikiran dan perasaan), walaupun sebagian bisa dideteksi di salah satu organ tubuh manusia yang paling rumit dan komplek yaitu otak.

Jika ada teman ODB/ODMK yang curhat soal gangguan jiwa yang dialaminya, saran pertama saya adalah, konsultasi ke psikiater untuk memastikan gejalanya, agar tak hanya menduga-duga, karena banyak kesamaan gejala gangguan jiwa yang satu dengan yang lainnya. Jika sudah konsultasi ke psikiater, ikuti anjurannya. Kalau dianjurkan dan perlu minum obat ya minum obat sesuai jenis dan dosis yang dianjurkan.

Mereka biasanya balik tanya, “Mas Tarjum sendiri kan gak pernah konsul ke psikiater dan gak pernah minum obat?”

Saya jawab begini, “Jaman saya waktu itu jangankan istilah bipolar, skizofrenia atau jenis gangguan jiwa lainnya, istilah psikiater saja saya belum tahu, lha saya kan anak desa yang sehari-harinya cuma menggembala domba. Waktu itu istilah yang saya tahu hanya seputar stress, depresi, gangguan kecemasan dan psikolog.

Orang tua saya juga petani yang hanya lulusan sekolah rakyat (SR), yang tak tahu-menahu soal gangguan jiwa. Untuk konsul ke psikiater dan dan beli obat yang harganya tak murah, mana mampu keluarga saya waktu itu.”

Jadi saya nggak konsul ke psikiater dan nggak minum obat karena waktu itu belum tahu dan belum memungkinkan.

Tapi, walaupun saya tak pernah konsultasi ke psikiater, sebisa mungkin saya mencari informasi dari buku, majalah dan surat kabar untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan diri saya dan gangguan jiwa jenis apa yang saya alami, kok ada fase-fasenya.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk memahami gangguan jiwa yang saya alami sendiri. Uniknya saya baru tahu istilah “ Gangguan Bipolar”, 12 tahun (2002) setelah saya merasakan gejalanya (1990). Jadi selama 12 tahun itu saya tidak tahu gangguan jiwa jenis apa yang saya alami.


Menanggung derita psikis sperti bipolar atau skizofrenia memang berat. Seorang psikiater bahkan menggambarkan seperti ini, “Sakit psikis 10 kali lebih berat dari sakit fisik yang paling berat sekalipun.” Kita seakan tak kuat lagi menanggung beban tekanan psikis itu dan sampai titik tertentu kita merasa akan menyerah. Saya dan teman-teman ODB/ODS/ODMK yang lain juga pasti pernah merasakan suasana hati seperti itu.

Mungkin sebagian orang menganggap, gangguan bipolar yang saya alami tergolong ringan, jadi tanpa dibantu obat pun saya bisa pulih. Ini pandangan yang keliru. Seringan apa pun gangguan jiwa, terasa sangat berat bagi orang yang merasakannya. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam dan hari demi hari harus dijalani dengan suasana hati yang sangat tidak nyaman; tertekan, cemas, sedih, takut dan beragam perasan negatif lainnya yang sering tak bisa dikendalikan dan tak bisa diredakan.

Suasana hati dan pikiran yang sangat tak nyaman itu dirasakan dan dijalani selama bertahun-tahun lamanya, tanpa si penyandangnya tahu kapan derita jiwanya akan berakhir. Dengan gambaran suasana hati penyandang gangguan jiwa seperti yang saya jelaskan sekilas di atas, masihkah anda menganggap gangguan jiwa sebagai hal yang ringan, mudah dikendalikan dan mudah diatasi?

Bukan hanya itu, ketidaknyamanan psikis hanya satu dari sekian banyak ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ODMK. Gangguan fisik juga sering mengiringi gangguan mental. Ketidakfahaman orang-orang terdekat tentang gangguan jiwa menambah berat beban psikis ODMK. Belum lagi stigma negatif yang sampai saat ini masih melekat kuat kepada ODMK.

Bukan hal yang mudah untuk bisa mengendalikan sikap, suasana hati dan tindakan bagi seorang penyandang gangguan jiwa.

Mungkin teman-teman bertanya-tanya, “Tapi kok mas Tarjum bisa pulih tanpa obat? Apakah itu sebuah keajaiban?”

Sebenarnya tak ada yang ajaib bagi Tuhan kalau Dia menghendaki. Tapi keajaiban Tuhan juga tidak turun dari langit begitu saja. Perlu ikhtiar terus menerus yang melelahkan dan sering membuat kita merasa ingin menyerah. Namun, waktu itu saya memutuskan untuk terus berusaha dan tak mau menyerah, karena saya punya harapan dan keyakinan saya bisa pulih dan bisa hidup normal.

Satu hal yang harus selalu kita ingat dan yakini adalah, ketika Tuhan memberi kita sebuah ujian, salah satunya dengan gangguan jiwa, Tuhan tahu betul sampai di mana batas kekuatan mental kita.

Buktinya sampai saat ini, saya anda dan teman-teman penyandang gangguan jiwa yang lain masih bisa bertahan, masih diberi kesadaran, kekuatan dan masih bisa mengendalikan diri. Itu artinya kita masih kuat dan memang harus kuat, sampai kita bisa benar-benar bisa mengelola suasana hati dan pikiran kita, lalu berdamai dengan diri-sendiri.

Sesuai pengetahuan yang saya dapat dari bahan bacaan, saya mencoba mengatasi derita jiwa saya sebisa mungkin. Saya berusaha mengubah pola pikir, sikap dan tindakan, walau itu tak mudah. Yang tadinya kurang gaul, mulai memberanikan diri bergaul, diantaranya; nonton acara hiburan, aktif berolahraga, aktif di organisasi kepemudaan, dll). Saya juga merubah penampilan saya yang culun jadi lebih trendi.

Selain itu, saya juga melatih dan mengasah bakat yang saya miliki yaitu melukis dan membuat patung. Jadi, sebisa mungkin saya menyibukan diri dengan sikap, pola pikir dan aktivitas-aktivitas yang positif.

Tak lupa, setiap saat terutama sehabis sholat saya membaca do’a khusus yang maknanya untuk menjernihkan pikiran dan perasaan. Saat berdoa, sambil bersimpuh dan bersujud hadapan-Nya, saya sering menangis memohon kesembuhan, menumpahkan segala beban psikis di hadapan-Nya.

Kadang muncul keraguan dalam hati, benarkah Tuhan mendengar do’a saya? Benarkah Tuhan akan mengabulkan do’a saya dan akan memberi saya kesembuhan? Namun saya berusaha menepis semua keraguan itu. Selalu terngiang di kepala saya, pesan seorang ustadz, “Jangan pernah berburuk sangka kepada Tuhan, berbaik sangkalah kepada-Nya. Karena Tuhan sebagaimana prasangka dan keyakinan kita kepada-Nya.”


Setelah ikhtiar panjang selama bertahun-tahun, diiringi do’a, berbekal harapan dan keyakinan, akhirnya Tuhan memberi saya kesembuhan. Proses pemulihan tidak seketika dan serta-merta begitu saja, namun perlahan dan bertahap. Butuh kesabaran dan keyakinan dalam proses pemulihan gangguan jiwa, baik dari penyandangnya maupun dari caregiver dan orang-orang terdekatnya.
Di sinilah letak masalahnya. Banyak teman-teman ODB/ODMK dan keluarganya yang tidak sabar menjalani proses panjang pengobatan dan pemulihan gangguan jiwa. Ini hal yang wajar sebenarnya, karena dalam banyak hal kita selalu ingin mendapatkan hasil dengan cepat dengan cara yang mudah, bahkan kalau bisa dengan cara instan. Itulah mungkin salah satu penyebab mengapa banyak penyandang gangguan jiwa yang mencari pengobatan alternatif.
Padahal untuk meraih sebuah tujuan dalam hal apa pun, ada proses yang harus dilalui dan tak bisa diraih dengan cara-cara instan. Sebagai contoh, berapa teman ODB mengeluh karena setelah beberapa waktu lamanya menjalani terapi dan pengobatan, belum juga merasakan hasilnya, lalu menghentikan proses pengobatannya dan mencari alternatif pengobatan lain. Dia ingin cepat merasakan hasilnya dan segera pulih setelah menjalani pengobatan. Dia tidak sabar menjalani proses panjang yang harus dilalui untuk meraih kesembuhan.


Proses yang anda jalani untuk mengendalikan gejolak perasaan dan pikiran itulah yang tanpa anda sadari akan menempa jiwa anda menjadi lebih kuat. Seperti seorang atlet angkat besi yang terus melatih otot-otot tubuhnya setiap hari dengan mengangkat beban. Dengan kesabaran dan disiplin diri yang tinggi dia menjalani latihan beban setiap hari, menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat setiap hari. Sampai akhirnya, setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun berlatih, dia mampu mengangkat beban yang jauh melebihi berat tubuhnya sendiri dan menjadi pemenang dalam kejuaraan.

Gangguan jiwa membuat saya bisa lebih memahami diri sendiri dan orang lain. gangguan jiwa mendorong saya untuk mencari dan menggali informasi sebanyak mungkin tentang bagaimana memahami gejalanya dan bagaimana mangatasinya.

Dengan pengalaman, pemahaman dan pengetahuan itu pada akhirnya saya bisa mengendalikan gejolak jiwa, berdamai dengannya dan perlahan-lahan bisa melepaskan diri dari belenggunya. Bukan hanya itu, saya juga bisa berbagi pengalaman dan pemahaman kepada teman-teman ODB/ODMK yang lain.

Itulah sekilas yang saya maksud hikmah dari gangguan jiwa yang saya alami. Soal ini sudah saya jelaskan dengan gamblang di buku psikomemoar “Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”.

Kesimpulannya, Tak ada yang mustahil atau tak mungkin dalam proses pemulihan gangguan jiwa jika Tuhan menghendaki. Tapi kehendak Tuhan juga mengikuti hukum alam, hukum sebab akibat. Kita tetap harus ikhtiar dan berdo’a untuk meraih kesembuhan. Dalam menjalani proses pengobatan dan pemulihan itu, diri kita dan orang-orang terdekat kita dituntut untuk bersabar dan tak mudah menyerah.



Bookmark and Promote!



Artikel Terkait:

Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.

Komentar :

ada 1
Yohana Mimi on Kamis, 06 November 2014 pukul 10.13.00 WIB mengatakan...

Setuju dengan tulisan ini. Memang, dibutuhkan proses yang panjang dan lama untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dan dibutuhkan kesabaran dan ketahanan untuk menjalani proses itu. Bagi saya, yang terpenting bukanlah semata-mata hasilnya melainkan bagaimana menjani setiap proses itu yaitu dengan mengambil hikmah atau maknanya. ^^

Posting Komentar

Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)

Tiga Serangkai eBook Bipolar

3 eBook Bipolar ini ditulis berdasarkan pengalaman nyata penulisnya. Mengupas secara detail dan sistematis dari gejala awal, saat berada di puncak manik dan depresi, sampai langkah-langkah pemulihannya. Inilah ebooknya : "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah”, “Berdamai dengan Bipolar” dan “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”.
eBook 1: "Mengubah Mimpi Buruk Menjadi Mimpi Indah"

Buku psikomoar ini bercerita tentang pergumulan saya selama bertahun-tahun dengan gangguan jiwa yang tidak saya fahami dan membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang terjadi dengan diri saya? Penyakit apa yang saya alami? Bagaimana cara mengatasinya?” Ironisnya, saya baru tahu apa yang terjadi dengan diri saya, 8 tahun setelah saya pulih, bahwa saya mengalami Gangguan Bipolar. [Selengkapnya]




eBook 2: "Berdamai Dengan Bipolar"

Bagaimana mengenali dan mengatasi Gangguan Bipolar?
Bagaimana menanggapi sikap negatif orang-orang di sekitar anda?
Bagaimana mendampingi orang yang mengalami Gangguan Bipolar? eBook ini memberi jawaban dan solusi alternatif penanganan Bipolar. [Selengkapnya]



eBook 3: “7 Langkah Alternatif Pemulihan Bipolar”

eBook ini merupakan inti dari pengalaman dan pemahaman bipolar saya. Inti dari tulisan-tulisan saya di buku, ebook, blog, facebook, twitter dan media lainnya. eBook ini bukan teori-teori tentang gangguan bipolar! Bukan formula ajaib untuk mengatasi gangguan bipolar! eBook ini tentang tindakan, langkah-langkah penanganan bipolar. [Selengkapnya]


eBook Novel: “Pengorbanan Cinta”

Novel ini bukan sekedar kisah cinta yang romantis dengan segala macam konflik di dalamnya. Saya berani menyebut novel ini sebagai “Buku Pelajaran Cinta”. Beda dengan buku pelajaran pada umumnya, Buku Pelajaran Cinta ini tak membosankan, malah sangat mengasyikan dibaca. Setelah mulai membaca, jamin Anda tak ingin berhenti dan ingin terus membacanya sampai akhir cerita. [Selengkapnya]



eBook Panduan: “7 Langkah Mudah Menyusun & Memasarkan eBook”

Jika dikemas dengan desain cover yang apik dan diberi judul yang manarik, kumpulan posting blog atau catatan facebook anda bisa disusun menjadi sebuah ebook yang akan memikat pembaca di ranah maya. Selanjutnya ebook anda tinggal dipasarkan secara online.
[Selengkapnya]

 
 © Copyright 2016 Curhatkita Media  template by Blogspottutorial