Oleh Tarjum
Seseorang yang sangat berperan dalam proses pemulihan gangguan bipolarku. Siapakah dia? Dialah ayahku (lihat foto ilustrasi).
Kesabaran dan ketelatenannya mendampingi, mendukung dan membimbingku saat aku sedang terpuruk tiada bandingannya.
Teman Curhat yang Sabar, Penasihat yang tak Pernah Bosan
Beliau bisa dengan sabar mendengarkan curhatku berjam-jam lamanya bahkan sering sampai larut malam.
Ayah tak tampak bosan atau lelah memberi nasihat, dukungan dan dorongan semangat padaku. Aku masih ingat kata-katanya, "Bapak gak akan bosan-bosan nasihatin kamu. Mungkin saat ini kamu blom bisa nerima nasihat bapak, tapi suatu saat nanti kamu akan ngerti maksud dari nasihat bapak."
Pengamat Kehidupan
Ayahku hanya seorang petani biasa, sekolahnya hanya lulusan SD. Beliau lebih banyak belajar dari pengalaman dan sekolah di kehidupan nyata. Beliau suka memperhatikan dan mempelajari karakter orang-orang disekitarnya dan mengamati perjalanan hidup mereka, baik yang sukses maupun yang gagal.
Hasil dari pengalaman dan pengamatannya itulah yang ayah bagikan padaku. Ketika beliau memberi saran atau nasihat, biasanya beliau membuat perbandingan dengan sebuah peristiwa atau cerita yang terjadi di sekitar kami, agar aku lebih mudah mencerna maksud dari nasihatnya.
Begitu pula ketika ayah mencoba memahami derita psikisku. Setelah ayah mendengarkan curhatku dengan sabar, beliau akan mencoba menganalisa apa yang aku alami dan aku rasakan dengan pengalaman pribadinya atau dengan hasil pengamatannya terhadap karakter orang-orang yang dikenalnya.
Setelah itu ayah akan menggambarkan hasil analisa tentang derita psikisku dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna. Dan aku pun mengangguk setuju.
Ayah juga memberikan saran-saran apa yang sebaiknya aku lakukan dan yang tak boleh aku lakukan. Salah satu saran beliau yang selalu aku ingat adalah: bergaulah dan jangan menutup diri serta lebih banyak melakukan kegiatan yang menghibur dan menyenangkan.
Apa Untungnya Bergaul?
Beliau menggambarkan pentingnya bergaul dan bersosialisasi dengan sebuah cerita tentang si A dan si B yang mengalami mimpi buruk.
Pada suatu malam si A mengalami mimpi buruk yang menakutkan. Si A, orangnya kurang gaul dan tertutup. Si A tak pernah menceritakan tentang mimpi buruknya itu kepada siapa pun. Dia memikirkan sendiri impiannya tersebut, membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi dari mimpinya itu sampai dia ketakutan sendiri oleh pikiran negatif tentang mimpinya itu.
Si B, juga mengalami mimpi buruk. Karena si B ini orangnya gaul, dia menceritakan mimpi buruknya kepada kepada teman-temannya dalam suatu obrolan. Ternyata, teman-temannya menganggap mimpi buruk si B sebagai hal yang biasa. Salah seorang temannya berkomentar, "Ah, itu sih mimpi kesengsem aja. Aku sering mimpi buruk kayak gitu, tapi gak pernah terjadi hal-hal buruk padaku."
Mendengar komentar teman-temannya, si B pun merasa tenang dan menganggap mimpi buruknya hanya sebagai bunga tidur. Si B pun melupakan mimpinya itu dan memang tidak terjadi hal-hal buruk setelah itu.
Begitulah biasanya ayah menggambarkan suatu masalah dengan cerita dan perbandingan, sehingga aku lebih mudah mencerna maksud dari saran-saran dan nasihatnya.
Beliau tak ngerti apa itu psikologi, tak faham tentang ilmu kejiwaan. Tapi beliau bisa mehamami gangguan jiwa yang aku alami dari pengalaman, pemahaman dan pengamatannya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perjalanan hidupnya.
Dengan segala keterbatasannya ayah berusaha membantu dan membimbing putra tercintanya melewati masa-masa sulit dalam perjalanan hidupnya. Ketekunan, kegigihan dan kesabarannya tak tertandingi.
Ayah tak Memanjakanku
Meski demikian, ayah tak memanjakanku. Dengan kondisi psikis yang masih labil, aku tetap diharuskan menjalani aktivitas sehari-hariku seperti biasa. Dari mulai belajar di sekolah, mengaji di mesjid sampai membantu bekerjaannya di ladang dan sawah harus tetap aku jalani dengan disiplin. Ayah juga mengajari dan mengarahkanku untuk mandiri dan tak bergantung kepada orang lain.
Terima kasih ayah, engkau adalah sahabat, teman curhat, penasihat dan caregiverku. Tanpa dukungan, bimbingan dan dorongan semangatmu, entahlah apa yang akan terjadi denganku.
Tentu saja disamping peran seorang ayah ada peran seorang ibu yang penuh cinta kasih kepada puteranya.
Ibu memang lebih banyak diam, tidak banyak bicara dan aktif seperti ayah. Namun dibalik diamnya aku merasakan perhatian, cinta dan kasih sayang ibu yang menenteramkan jiwa.
Aku tak akan pernah bisa membalas cinta kasih dan budi baik ayah dan ibu yang luar biasa. Hanya Allah yang bisa membalas cinta dan kebaikan mereka berdua.
Terima kasih ayah dan ibu, terima kasih. Hanya itu yang bisa aku ucapkan. Karena Tak ada kata-kata yang bisa mewakili rasa terima kasihku kepada mereka berdua.
Anda punya pengalaman menarik dengan ayah, ibu atau orang terdekat anda? Silakan berbagi di komentar.
Artikel Terkait:
Ingin mendapat artikel seperti ini langsung ke Email anda? Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan.
Komentar :
mas bapaknya mirip sama mas tarjum lho. :P (yaiyalah) #plak
Hahaha...klo gak mirip saya gak diakui anaknya dong :D
Posting Komentar
Sampaikan komentar terbaik anda di kolom komentar :)